Aplikasi Rahasia Di Ponsel Suamiku

Wita begitu bersemangat menyiapkan untuk acara tasyakuran sabtu ini. Mulai dari catering, dekorasi, dan juga souvenir untuk tamu undangan yang datang. Tasyakuran ini bukan hanya saja untuk rasa syukurnya karena jabatannya naik. Tapi juga, untuk mendoakan rencana keberangkatan dia umroh. Wita sudah mendapatkan izin dari perusahaan tempat dia bekerja. Sehingga keberangkatan dia menjadi dipercepat. Kedua anaknya pun mengerti dengan keputusan bundanya.

"Semoga kamu selalu mendapatkan kebahagiaan. Kamu pantas mendapatkannya," ucap sang mama.

Wita tampak meneteskan air matanya. Ada perasaan menyesal di benaknya, karena dia dulu lebih membela Randy daripada orang tuanya. Wita memeluk ibunya.

"Maafin Wita ya, Ma! Selama ini Wita salah," ucap Wita diiringi isak tangis.

"Kami tidak pernah marah sama kamu. Hanya malas saja mendatangi rumah kamu, saat kamu masih sama sih Randy. Sudahlah! Yang lalu biarlah berlalu. Kini saatnya kamu meraih kebahagiaan yang sesungguhnya. Kamu cantik, kamu cerdas, kamu memiliki potensi untuk menjadi orang hebat. Randy akan sangat menyesal telah menyia-nyiakan kamu. Semoga kamu bisa segera bertemu jodoh yang terbaik. Bagaimanapun, kamu membutuhkan pendamping hidup, dan ayah pengganti untuk Anak-anak kamu. Yang terpenting laki-laki itu mau menerima Kemal dan Rara," ucap sang mama.

"Wita belum terpikir, Ma, untuk saat ini. Aku mau fokus sama Anak-anak aja. Apalagi sekarang Wita mengemban jabatan yang berat. Tanggung jawabnya besar terhadap perusahaan. Wita gak mau mengecewakan Pak Ronald yang sudah memberikan kepercayaannya kepada Wita," ucap Wita dan sang mama mengiyakan. Dia mendukung keputusan yang terbaik bagi anaknya.

Serangkaian acara telah dilaksanakan. Semuanya berjalan lancar, hingga selesai. Wita merasa bersyukur, karena dia bisa berbagi kebahagiaan dan juga rezekinya kepada para tamu undangan yang datang.

Di balik kebahagiaan Wita, ada perasaan menyesal yang luar biasa yang dirasakan Randy. Saat dia mendapat informasi dari temannya yang satu kantor dengan Wita. Kehidupan mantan istrinya semakin menanjak. Sedangkan dia? Dia masih saja belum bisa menjadi orang sukses. Randy merasa malu pada dirinya sendiri, karena sampai saat ini dia masih belum bisa memberikan nafkah untuk kedua anaknya. Selama ini Wita pun tak pernah meminta. Karena dia bukan pengemis. Dia sanggup untuk membiayai kedua anaknya. Biar Randy menanggung dosanya sendiri, karena tak memberikan nafkah kepada kedua anaknya.

"Nanti, kalau bunda berangkat umroh. Kakak jagain ade ya! Kalau hari Sabtu kakak sama ade mau ke rumah Uti, mau kumpul sama ayah gak apa-apa. Tapi, hari minggunya pulang lagi ya ke rumah! Kalian harus sekolah. Nanti minta jemput ayah aja! Kakak chat ayah ya!" Ucap Wita kepada anak sulungnya.

Meskipun Randy bukan ayah yang bertanggung jawab, Wita tak pernah membuat kedua anaknya membenci ayah kandungnya. Permasalahannya, antara dia dan Randy. Hanya saja, mereka sudah mengerti. Mereka sudah bisa menilai sikap ayahnya selama ini kelas mereka.

"Gak ah, aku malas. Percuma juga aku ke sana. Paling ayah sibuk sama urusannya sendiri. Aku sama ade di rumah aja sama Bibi," sahut Rara.

"Kalau ayah tahu, kalian mau nginep di sana. Pasti ayah berusaha untuk memberi waktunya untuk kalian. Uti juga takutnya kangen sama kalian. Ingin ketemu kalian. Bagaimanapun, Uti 'kan tetap kakek kalian," rayu Wita.

"Ayah sibuk. Ayah harus pergi. Kamu sama Uti aja. Soalnya ayah harus cari uang," ucap Rara menirukan jadi ayahnya. Dia sudah sangat paham, dengan apa yang ayahnya akan katakan. Jika sudah seperti ini, Wita sudah tak bisa berkata-kata lagi. Semua ini salah Randy sendiri, yang membuat mindset anaknya seperti itu.

***

Hari ini, hari keberangkatan Wita ke tanah suci. Dia terlihat begitu bahagia dan terharu, karena akhirnya dia bisa menginjakkan kakinya di tanah suci. Meskipun tanpa seorang pendamping. Padahal dulu, dia berharap bisa umroh bersama Randy. Namun, pada akhirnya. Allah memiliki rencana lain untuknya.

Ada perasaan sedih di benaknya, karena harus meninggalkan kedua anaknya. Tapi, dia harus melakukan ini demi untuk menyempurnakan ibadahnya kepada Allah. Inilah kebahagiaan dia yang sesungguhnya.