NovelToon NovelToon
Derita anakku

Derita anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda
Popularitas:391.3k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Sepeninggal suami, Nani terpaksa harus bekerja sebagai seorang TKW dan menitipkan anak semata wayangnya Rima pada ayah dan ibu tirinya.

Nani tak tau kalau sepeninggalnya, Rima sering sekali mengalami kekerasan, hingga tubuhnya kurus kering tak terawat.

Mampukah Nani membalas perlakuan kejam keluarganya pada sang putri?

Ikuti kisah perjuangan Nani sebagai seorang ibu tunggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana busuk

Rima menghela napas lalu menatap Nina. Dia tak rela jika sang ibu yang baru bersamanya akan kembali berbagi kasih sayang dengan orang lain.

Jika boleh meminta, Rima tak ingin perhatian dan kasih sayang sang ibu tak terbagi dulu secepat ini.

Namun, dia tak mau egois, jika memang ibunya ingin kembali berumah tangga, dia hanya bisa mendoakan yang terbaik.

"Apa ibu menyukui om Budi?" tanya Rima lemah.

Nina mengusap rambut panjang Rima yang kini tergerai indah.

"Bukan hanya ibu, tapi apa Rima ngga menyukai Om Budi?" balas Nina.

Rima bingung, dalam benak gadis remaja itu, jika dia berkata jujur takut menyakiti hati ibunya.

"Kamu belum siap?" tanya Nina.

"Udahlah Rim, biar saja ibumu menikah dengan Om Budi, nanti kamu kan enak jadi punya bapak lagi," sela Dibyo.

"Pak! Bapaknya Rima tetap mas Handoko, tolong bapak jangan ikut campur mengenai perbincangan kami!" tegur Nina kesal.

"Kamu itu loh Nin, bapak ini kan bapakmu! Jelas bapak memikirkan nasib masa depanmu. Memang kamu ngga cape jadi janda? Di gunjingi orang terus, apa ngga lelah kamu?" jawab Dibyo ketus.

Rima menarik napas, dia memang menyadari terkadang status sang ibu menjadi bahan olok-olokan oleh para tetangga.

Meski sekarang agak berkurang saat sang ibu bisa membuktikan diri, jika ibunya mampu berdiri dengan kakinya sendiri.

Rima berharap semuanya cukup seperti ini, tak perlu ada orang baru lagi.

"Senggaknya kita mengenal dulu ya? Ibu ngga akan maksa kalau memang Rima ngga cocok dengan Om Budi. Bagi Ibu kebahagiaan Rima adalah segalanya," ucap Nina lembut.

Kebahagiaanku adalah bersama ibu seperti ini tanpa orang baru Bu.

Rima mengangguk menyetujui ajakan sang ibu untuk bertandang ke rumah lelaki yang tengah dekat dengan ibunya itu.

Semoga keluarga Budi baik dan mau menerima dirinya. Sebab tak di ungkiri hati Rima merasa kuras sreg dengan sifat Budi.

.

.

Ketiganya sudah sampai di kediaman Budi yang terletak tak jauh dari pasar.

Rumah dua lantai yang cukup mewah bagi Nina. Hanya mereka berdua yang ikut sebab Dibyo merasa bukan ranahnya ikut campur urusan putrinya saat ini.

Keduanya di sambut hangat oleh Jannah, ibunda Budi.

"Ya Allah ini pasti Rima ya? Sini sayang," ajak Jannah menarik Rima mendekat padanya.

Sungguh Rima merasa tidak nyaman di perlakukan oleh Jannah seperti ini.

"Ayo masuk, bapak udah nunggu di dalam loh," ajak Jannah sambil menggandeng Rima.

Di ruang tamu ada lelaki paruh baya yang di yakini Nina adalah bapaknya Budi, juga ada sepasang suami istri serta dua anak mereka yang masih kecil.

"Assalamualaikum," sapa Nina dan menyalami Nurdin serta dua orang lainnya.

"Halo mbak Nina saya Rahma dan ini mas Deni suami saya," balas Rahma sambil tersenyum hangat memperkenalkan dirinya.

"Rahma ini adik mas Nin dan mereka keponakan Mas Arul sama Aruna," ucap Budi sendu.

"Mereka lah yang menjadi pengobat rindu mas sama anak mas yang di bawa pergi sama istri mas," jelas Budi.

"Sudahlah mas, jangan ingat-ingat lagi perempuan sun*dal itu, biarkan dia kena azabnya kelak," balas Rahma sengit.

Jannah lalu meminta Nina duduk dan meminta Rima mengikutinya.

"Ayo nak Rima ikut nenek!" ajak Jannah di balas tatapan bingung Rima kepada Nina.

Tentu saja dia keberatan mengikuti orang asing yang baru di temuinya.

Melihat sang putri yang juga merasa sungkan membuat Nina berdiri menghentikan langkah Jannah.

"Maaf Bu, biarkan Rima duduk saja," tolak Nina.

Hampir saja Rima merasa lega. Namun ternyata Jannah dan Rahma justru tetap memaksanya.

"Biarkan kami dekat dengan Rima Nina, ibu yakin nanti juga Rima bakal akrab dengan kita," sergah Jannah.

"Tapi Bu," Nina ingin sekali menyela, dia sendiri tak tau akan di ajak ke mana putrinya.

Mereka adalah tamu, harusnya dirinya dan Rima duduk di sambut bukan seperti sekarang ini, seakan Rima hendak di jauhkan dengannya oleh tuan rumah.

"Iya mbak Nina tenang aja, kita mau mengakrabkan diri aja kok, yuk Rima sama tante!"

Rima di apit oleh Jannah dan juga Rahma sampai ke dapur. Setelah sampai di sana wajah keduanya lalu berubah.

"Kamu denger ya Rima! Jangan halangi om Budi untuk menikahi ibu kamu! Harusnya kamu senang bisa punya ayah baru!" ketus Jannah.

Rima menunduk, firasatnya memang sudah tak enak tentang Budi dan sekarang makin benar saat ternyata ibu dan adiknya Budi berlaku kasar padanya.

"Jangan sok-sokan menolak kamu. Terus ingat kalau nanti om dan ibumu menikah, jangan harap kamu bisa ikut mereka! Kamu sadar diri, om Budi dan ibumu akan punya anak sendiri!" sambung Rahma.

"Noh cuci piring! Jangan sok kamu di sini!"

Rima yang belum sembuh dari sakit mentalnya, terpaksa menuruti keinginan kedua orang di hadapannya ini.

Dirinya sungguh lemah, dia sangat ketakutan.

"Eh malah nangis! Diem ngga! Awas ya kamu kalau sampai ngadu yang macam-macam, kami bisa menyingkirkanmu, mengerti!" Sentak Rahma.

Rima hanya mengangguk pasrah setelah mengusap air matanya, dia melakukan apa yang di perintah oleh Jannah.

Rima tak menyangka jika keluarga Budi sangat mengerikan, dia berdoa semoga sang ibu di jauhkan dengan orang seperti Budi dan keluarganya.

Rahma dan Jannah sendiri sibuk membuat minuman untuk Nina, di ruang makan.

Samar-samar Rima mendengar rencana keduanya. Membuat Rima menajamkan pendengarannya.

"Kata mas Budi, nanti warung sembako Nina bakal di kasih ke aku Bu, uh senangnya. Kita harus bisa meyakinkan Nina untuk segera menikah sama mas Budi," ujar Rahma antusias.

"Tentu aja, nih lihat, ibu sampai menyiapkan ramuan dari Ki Darto agar bisa memuluskan rencana kita," sambung Jannah dengan tersenyum licik.

Rahma sangat tahu sang ibu sering sekali ke dukun untuk mendapatkan apa pun yang ia inginkan. Seperti hal nya saat Rahma menginginkan Deni, semua atas usaha sang ibu.

"Ibu yakin ramuan ini berhasil sama Nina? Aku lihat dia agak agamis Bu," tanya Rahma khawatir.

"Alah, cuma kepalanya yang di tutup belum tentu ibadahnya bagus kan? Kita coba aja, kalau gagal nanti Ibu minta Ki Darto menambah dosisnya," jawab Jannah tenang.

"Yang pasti kita harus mendapatkan kekayaan Nina, buat apa punya anak ganteng kalau ngga bisa di manfaatin seperti ini," lanjut Jannah.

Rima terperanjat kala mendengar rencana keduanya yang hendak mencelakai sang ibu. Tangan Rima gemetaran hingga tanpa sadar gelas yang sedang di pegangnya terlepas dan menimbulkan bunyi yang cukup memekakkan telinga.

Rahma dan Jannah segera menghampirinya, mereka takut jika Rima mendengar pembicaraan keduanya.

"Kamu kenapa hah!" Rahma lantas menoyor kepala Rima, membuat gadis itu mengerut ketakutan.

"Kamu denger obrolan kita ya? Awas kalau kamu buka mulut, aku pastikan kamu ngga bakal lagi bisa lihat ibu kamu! Kamu tau kan, kami bisa bunuh kamu dengan tanpa menyentuhmu?" ancam Jannah.

Nina yang mendengar suara benda jatuh dari dapur lalu bergegas menghampiri arah suara, dia mengkhawatirkan putrinya.

Matanya terbelalak saat melihat Rima ternyata tengah mencuci piring di kediaman Budi.

"Rima? Kamu lagi apa nak?" tanya Nina tak senang.

"Eh Nina, ini loh Rima bener-bener anak yang baik ya, ibu ngga nyangka, kamu benar-benar mendidik anakmu dengan baik ya meski sendiri," sela Jannah dengan ekspresi bersahabat.

"Iya loh mbak, tanpa kami minta, Rima ternyata justru ingin membantu kita, padahal udah kita larang tadi," sambung Rahma sambil mencubit pinggang Rima.

Itu adalah kode yang di berikan oleh Rahma agar Rima mengikuti drama mereka.

"I-iya Bu, ini keinginan Rima sendiri kok," jawabnya gugup.

Nina menghela napas lalu mencucikan kedua tangan Rima di pancuran air, setelahnya dia mengajak Rima meninggalkan dapur.

"Kita di sini tamu Rim, ngga boleh sembarangan menyentuh barang orang," ujar Nina penuh penekanan.

Sungguh dia tetap tak senang dengan perbuatan anaknya terlepas itu atas kehendaknya sendiri.

Dalam hati Nina berharap harusnya ibu dan adiknya Budi menolak keras dan meminta Rima duduk saja bersamanya.

Entah kenapa Nina pun merasa tidak nyaman dengan keluarga Budi. Seperti ada yang sedang mereka tutupi.

1
Dwi Rita
ceritanya bagus. recomended
Nyai Omi
/Shy/
Nyai Omi
lanjut
Nyai Omi
/Smile/
Nyai Omi
iya ksian skli sllu d jahati
Nyai Omi
jahat skli mereka
Nyai Omi
g ada akhlak nya tu ibu tri nani
Muji Lestari Tari
Budi oh budi
Muji Lestari Tari
manusia aneh
Muji Lestari Tari
aduh bikin emosi
Muji Lestari Tari
aduh main dukun
Muji Lestari Tari
jangan mau nin
Muji Lestari Tari
keluarga toxic nggak ada lawan
Muji Lestari Tari
Dibyo gila
Muji Lestari Tari
makin nggak jelas ni orang
Muji Lestari Tari
Dibyo bodoh
Muji Lestari Tari
Yanti ni pelakunya
Muji Lestari Tari
kapok
Muji Lestari Tari
mada sih Anan SMP dah berani gituan
Muji Lestari Tari
keluarga toxic
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!