Gisella Arumi tidak pernah menyangka akan menjadi istri kedua Leonard Alfaro kakak iparnya sendiri setelah ia menyebabkan Maya saudaranya koma karena kecelakaan mobil. Gisella yang mengendarai mobil di hari naas itu terlibat kecelakaan beruntun di jalan tol.
"Kau harus bertanggung jawab atas kelalaian mu, Ella. Kamu menyebabkan kakak mu koma seperti sekarang. Kau harus menikah dengan Leonard. Mama tidak mau Leo sampai menikahi perempuan lain untuk merawat Noah", tegas Meyda mamanya berapi-api sambil menunjuk wajah Gisella.
Bak tersambar petir di siang bolong, Gisella menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau. Aku akan bertanggung jawab mengurus keponakan ku tanpa harus menikah dengan Leonard. Bahkan aku tidak mengenalnya–"
Plakk!
Tamparan keras Rudi sang ayah mbuat Ella terkejut. Gadis itu mengusap wajahnya yang terasa perih. Matanya pun memerah.
"Kenapa papa menampar ku?"
"Karena kau anak tidak tahu di untung. Kau pembangkang tidak seperti Maya. Kau sudah menyebabkan kakak mu koma!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HILANG BAGAIKAN DI TELAN BUMI
Leo langsung menuju unit apartemen Ella. Apartemen tempat Ella tinggal tidak jauh dari kampusnya. Gedung itu jauh dari kata mewah. Tinggi bangunan di perkirakan tujuh lantai. Dekat dengan kampus mungkin itulah salah satu pilihan Ella kenapa ia tinggal di sana.
Kali ini Agra menemani bos-nya turun. Laki-laki itu nampak bertanya pada resepsionis. Arga berhasil mendapatkan di lantai berapa unit Ella berada.
"Unit milik istri anda di lantai tujuh tuan", ucap Agra.
Leonard menganggukkan kepalanya. Keduanya langsung masuk ke dalam lift.
Tiba di lantai tujuh, Leo langsung menekan bel di pintu. Perasaan nya menghangat setibanya di sana.
Yang ada dalam otak Leonard segera bisa memeluk Gisella. Wanita yang sangat di rindukan nya beberapa minggu ini. Karena hilang bak di telan bumi, membuat hari-hari Leonard kacau.
Belum lagi mengurus masalah dengan Maya yang kini tengah melayangkan gugatan cerai di pengadilan agama di Jakarta.
Leonard tidak menerima pesan apapun dari Ella, sejak Gisella pergi meninggalkan Jakarta.
Beberapa menit berlalu perasaan Leo mulai tidak enak karena sudah berulang kali menekan bel pintu di hadapannya namun pintu tetap tertutup rapat. Ella sama sekali tidak membuka pintu itu, seperti tidak ada orangnya di dalam.
Leonard sampai-sampai menggedor pintu dengan keras. Perasaan hangat yang ia rasakan beberapa saat yang lalu berganti menjadi rasa cemas, kuatir dan was-was. Laki-laki itu mulai panik.
"Ella..aku mohon buka pintunya. Aku baru menyusul mu sekarang karena harus menyelesaikan masalah dengan Maya, bukan berarti aku tidak peduli pada mu, sayang", ucap Leonard sambil menggedor-gedor pintu di hadapannya.
"Tuan, apa perlu kita hubungi manajemen apartemen?", ujar Agra yang menyaksikan bagaimana paniknya bos-nya itu. Bahkan selama bekerja dengan Leonard, Agra belum pernah melihat Leo seperti itu. Ini yang pertama kalinya.
"Iya lakukan. Aku ingin bertemu istriku sekarang juga. Aku tidak mau hasil yang sia-sia. Aku ingin membawa istri ku, Agra", jawab Leonard yang mulai nampak kesal dengan situasi yang ia alami.
Leo kembali menggedor keras pintu unit Gisella, namun tetap sama saja tidak ada yang membuka pintu tersebut.
Hari semakin sore ketika salah satu penghuni unit apartemen baru pulang kerja dan memberi tahu Leonard yang berdiri di depan pintu unit Gisella bahwa ia melihat Ella pergi sambil membawa koper serta handbag sekitar dua hari yang lalu.
Informasi itu semakin membuat Leonard kuatir. Bersamaan datangnya Agra dan penanggungjawab gedung diikuti dua orang keamanan.
Leo meminta pengelola gedung membuka pintu apartemen Ella, karena ia sangat mengkuatirkan istrinya. Leonard memperlihatkan buku nikah yang sengaja ia bawa kalau-kalau di perlukan ketika berada di negeri orang yang aturannya sangat ketat.
Leo tidak mau melewatkan hal sekecil apapun, ia harus memeriksa keadaan apartemen Ella sekarang juga mungkin saja Gisella meninggalkan petunjuk.
Berbekal buku nikah yang di perlihatkan Leonard, akhirnya pihak pengelola bersedia membuka pintu unit milik Gisella.
Saat pintu di hadapannya terbuka, Leonard langsung masuk ke dalam dan memeriksa setiap sudut ruangan berukuran mungil itu.
"Ella, apa kamu di dalam?", panggil Leo. Tidak ada sahutan samasekali.
Leonard memeriksa pintu yang ada, was-was kalau Ella kenapa-napa. Hingga ia kembali membuka pintu yang ternyata kamar Ella. Tidak ada pemiliknya di sana. Kamar berukuran mini itu terlihat kosong. Hanya ada lemari, tempat tidur dan meja gambar saja.
Aroma kamar membuat perasaan Leo seketika sedih. Merasa sangat kehilangan wanita yang di cintainya. Entah ada di mana Ella sekarang. Sungguh Leonard sangat mengkuatirkan nya.
Leo duduk di tepi tempat tidur, mengusap lembut bantal bersarung ungu muda itu.
"Kamu di mana Ella? Apakah kenangan bersama ku tidak ada yang membekas sama sekali di hati mu, Ella? Kau pergi begitu saja meninggalkan aku. Kamu tidak membalas satu pesan pun yang aku kirim", ucap Leonard memendam perasaan mendalam.
"Aku datang menjemput mu, Ella. Semua urusan dengan Maya sudah aku selesaikan".
Leonard mengambil amplop di dalam saku. Meletakkan amplop dari rumah sakit di atas bantal Ella.
"Kamu harus melihat ini, Ella. Hasil tes DNA aku dan Noah. Noah bukan anak ku. Kakak mu lagi-lagi membohongi ku. Aku tidak bisa kembali padanya Ella jika itu yang kamu inginkan", ujar Leo dengan tangan terkepal.
"Kamu jangan kuatir tentang Noah dan keluarga mu, aku tetap akan bertanggung jawab untuk mereka. Karena aku tahu kamu pasti akan sedih jika keadaan mereka tidak baik".
"Kembalilah pada ku Ella. Tidak ada yang salah dengan hubungan kita.."
Leonard menundukkan kepalanya menatap karpet merah yang terbentang di lantai.
"Bahkan aku belum mengucap kata cinta untuk mu sayang. Maafkan aku Ella. Seharusnya aku tidak ragu mengungkapkan perasaan ku pada mu. Seharusnya sejak kita tidur bersama aku mengatakan yang sebenarnya tentang perasaan ku Ella. Sekarang di mana aku bisa menemukan mu .."
*
Beberapa jam berlalu..
Kini hari semakin gelap. Jam di dinding menyentuh angka sepuluh malam. Leonard memilih kembali ke apartemennya yang berada di Manhattan. Sebuah apartemen mewah yang telah lama di miliki Leonard.
Leo merebahkan tubuhnya di atas sofa. Sejak kembali dari pencariannya di mana keberadaan Ella, Leo sama sekali belum beristirahat.
Laki-laki bahkan belum membersihkan diri, masih mengenakan pakaian saat di dalam pesawat. Hanya jaket kulit saja yang sudah ia sampirkan di atas sofa.
Leonard sangat kacau sekali. Wajahnya terlihat dingin tidak ada gurat kebahagiaan sama sekali yang terlukis di wajah tampan itu. Bahkan rambut tebal nya di biarkan kusut. Hal yang tidak akan terlihat dalam sehari-hari. Seperti bukan Leonard Alfaro yang selalu tampil memukau bagi siapapun yang melihatnya.
"Ting
"Tong
Suara bel di pintu mengejutkan Leonard. Spontan membuat laki-laki itu berdiri.
"Ella? Akhirnya kamu datang", ucap Leonard menuju pintu tanpa melihat siapa yang datang terlebih dahulu laki-laki itu langsung membuka, begitu saja pintu apartemennya.
"Honey ..kamu kembali ke sini?", ucap wanita cantik berambut pirang dengan senyuman bahagia di wajahnya menatap Leonard yang memijat keningnya begitu mengetahui ternyata bukan Ella yang datang menemuinya.
Gadis itu mengecup lembut bibir Leonard. Menyadarkan Leo dari lamunannya.
Spontan mencengkram kuat lengan wanita itu. Menatapnya tajam dengan wajah dingin tak bersahabat.
"Apa yang kamu lakukan di apartemen ku, Ivory? Sebaiknya kamu pergi", ucap Leonard menatap wanita itu dengan sorot mata tidak sukanya.
"Sayang?"
"Stop! Jangan memanggilku ku seperti itu. Hubungan kita sudah berakhir. Sekarang pergi lah. Aku tidak mau ada masalah dengan suami mu", tegas Leonard hendak menutup pintu kembali.
Namun wanita bernama Ivory menahannya. "Kata Cameron kau datang ke perusahaan sore ini?".
Leonard menghela nafas sambil memijat keningnya yang terasa semakin berdenyut-denyut. "Aku datang ke perusahaan mu karena mencari istri ku. Bukan menemui mu, Ivo!", tegas Leonard dengan penekanan kata-katanya.
Membuat wanita itu terdiam tak bergeming.
"Aku lelah sebaiknya kau pergi dan jangan pernah menemui ku lagi".
"Pernikahan ku sudah selesai, Leo", ucap Ivory pelan.
Leonard membuang nafasnya. "Tidak ada hubungan dengan ku. Jangan pernah menemui ku lagi", jawab Leonard sambil menutup rapat pintu di hadapan Ivory yang merupakan mantan kekasihnya.
...***...
To be continue