Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -25- Ketahuan Lagi
Sudah waktunya makan siang, saat keluar dari kantor. Arzian malah berpas-pasan dengan Alien. "Tuan Arzian, anda mau ke mana ya?" tanyanya dengan sopan.
"Saya ingin makan siang di luar? Bolehkan? Tidak ada peraturan harus makan siang di kantin kantor kan?" Arzian menjawabnya dengan pertanyaan juga, terdengar sangat santai.
Hari pertama dan kedua Arzian bekerja di perusahaan Kavendra Group, Arzian memang makan di kantin. Walau sebenarnya ia bisa meminta pesankan oleh sekretarisnya makanan, agar bisa makan di ruangan kerjanya saja. Namun, makan di kantin sekaligus berbaur dengan karyawan yang lain itulah yang dipilih Arzian.
"Tidak ada, Tuan. Tuan bebas makan siang di mana saja, tetapi sesuai peraturan kantor. Tuan harus sudah ada di kantor saat jam makan siang selesai," tegasnya.
"Baik, Pak Alien. Saya mengerti." Setelah mengucapkan hal itu, Arzian pergi meninggalkan Alien. Ia segera ke tempat parkir mobilnya berada. Arzian memang diberikan mobil mewah oleh Yumna, awalnya diberikan supir juga. Namun, Arzian menolaknya. Dirinya jelas suka menyetir sendiri, lebih bebas juga.
Tak perlu waktu lama, Arzian mengemudikan mobilnya sampai di hotel dekat dengan kantornya. Ternyata Herfiza sudah menunggunya di depan lobby.
Setelah memarkirkan mobilnya, Arzian segera menghampiri Herfiza. Wanita itu juga tidak tinggal dia, ia langsung berlari ke pelukkan Arzian.
"Aku senang sekali akhirnya bisa bertemu lagi, sayang. Bahkan sekarang aku bisa memelukmu seperti ini," katanya dengan mesra. Herfiza semakin tergila-gila kepada kekasihnya, Arzian terlihat seperti pria tampan, kaya raya, idaman para wanita. Bertapa beruntungnya dirinya, bisa mempunyai kekasih seperti Arzian. Tampilan sekarang memang sangat cocok untuknya.
"Aku juga senang. Ayo kita masuk ke hotel." Arzian sengera mengajak kekasihnya masuk ke hotel, karena waktu mereka hanya tinggal sebentar.
***
Arzian sedang berada di kamar mandi, pria itu terdiam dibawah guyuran air. Jujur, perasaan Arzian sedang sedikit kacau sekarang. Apalagi tadi, saat dirinya dan sang kekasih melakukan hubungan suami istri. Bisa-bisanya ia membayangkan wanita lain, tidak lain adalah Yumna. Padahal yang sedang bersamanya adalah Herfiza, untung saja dirinya tidak sampai hati menyebut nama Yumna. Kalau sampai salah sebut, kekasihnya itu pasti akan sangat marah sekali.
Tadi setelah makan siang di hotel, Arzian dan Herfiza benar-benar menyewa kamar. Herfiza dengan lihai menggoda Arzian, hingga dirinya tergoda dan melakukan hubungan suami istri. Walau secara cepat, karena ia harus segera kembali ke kantor.
"Sayang, kamu mandinya belum selesai? Kata kamu waktu istirahat kamu cuma sebentar loh, ini sudah pukul berapa?" ujarnya sambil mengetuk pintu. Tak lama dari situ, Arzian keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Tentu dengan rambut basahnya.
"Kamu masih mau di sini atau gimana, sayang? Aku minta maaf banget nggak bisa antar kamu pulang hari ini," katanya dengan wajah menyesal. Sedangkan Herfiza menekuk wajahnya kembali. "Yahh, padahal sebenarnya aku mau minta kamu bolos aja sih. Aku pengen banget bisa jalan-jalan sama kamu, minimal ke mall lah. Sekarang kan kamu udah berubah jadi setampan dan semodis ini, sedangkan aku malah kayak gini. Sama sekali nggak ada perubahan. Aku semakin takut, kamu berpaling tau."
Arzian tersenyum penuh arti. "Kamu mau belanja di mall gitu?" Wanita cantik itu mengangguk. "Tapi aku maunya sama kamu, sayang."
Arzian mendesah pelan. "Sayangku, aku baru beberapa hari bekerja loh. Masa harus bolos, aku takut Yumna murka nanti. Kalau kamu mau belanja, belanja aja sendiri ya. Ini ada uang buat kamu belanja, dan sesuai janjiku ganti uang kamu untuk transportasi kamu ke hotel."
Pria itu memberikan beberapa lembar seratusan ribu kepada Herfiza, dalam hati Herfiza senang sekali mendapatkan uang yang sangat banyak. Namun, sedih juga karena tidak bisa berbelanja dengan sang kekasih.
Karena waktu sudah semakin mepet, Arzian segera pamit kembali ke kantor. Saat perjalanan ke kantor, Arzian malah tidak mood. Ia berfikir mending pulang ke mansion, agar bisa menyelediki ruang rahasia itu lagi. Sampai sekarang pun, dirinya belum mendapatkan informasi apa-apa tentang password brangkas.
Arzian tadi sudah cerita sedikit pada Herfiza, tentang ruang rahasia yang ada di belakang cermin. Namun, Arzian meminta pada kekasihnya untuk tidak memberitahu apa-apa dulu pada Faisal tentang hal itu.
Sebelum mengendarai mobilnya ke mansion, Arzian memilih mengirimkan pesan pada Alien. Ia berasan sakit perut hingga tidak bisa kembali lagi ke kantor.
***
Sampai di mansion Kavendra, Arzian memperlihatkan wajah pucatnya sambil terus memegangi perutnya. Ia ingin terlihat seperti sakit perut, agar tidak ada yang curiga dengan alasan yang ia berikan pada Alien. Jika pria itu sampai tidak percaya dan tanya para pelayan di mansion.
Akhirnya, Arzian sampai juga di kamar milik Yumna. Matanya langsung mengarah ke cermin besar, tiga hari ini ia sama sekali tidak mengecek cermin itu. Masih ada ruang rahasianya atau takutnya sudah tidak ada lagi, karena dirinya sudah tahu. Makanya Yumna menghilangkan ruangan rahasia itu.
Dengan perlahan, Arzian memegang cermin. Ia berusaha membuka pintu rahasianya, pria itu menghela nafas lalu tersenyum senang. Ruang rahasianya bisa terbuka, jadi Yumna tidak berbuat apa-apa. Mungkin Yumna tidak tahu, jika dirinya sekarang sudah tahu tentang ruangan rahasianya. Tetapi, Arzian merasa itu lebih baik.
Setelah cukup lama berfikir, Arzian ingat satu tanggal penting. Tanggal kematian mantan suami Yumna, walau sebenarnya Arzian kurang yakin tanggal itu benar-benar dijadikan password.
Dengan hati-hati Arzian menekan password sesuai tanggal itu, dalam hati jelas Arzian berharapnya ia tidak salah lagi. Karena kesempatannya sudah tidak ada lagi.
Senyuman Arzian tercetak jelas di wajahnya, brangkas terbuka berarti passwordnya tidak salah. "Demi apa kebuka dong, akhirnya."
Di dalam brangkas hanya ada beberapa surat, dan ada hardisknya. Hardisk yang selama ini Arzian cari, tentu ia senang sekali rasanya. Saat hendak mengambilnya, suara ketukkan pintu berkali-kali malah membuat Arzian takut. Jarak pintu dan ruang rahasia tidak terlalu jauh, jadi suara ketukkan di pintu kamar jelas terdengar sekali di telinga Arzian. Siapakah yang mengetuk pintu kamarnya? Jika Yumna, rasanya tidak mungkin. Wanita itu kan bisa langsung buka karena punya kuncinya sendiri.
Arzian nekat mengambil hardisknya dan ditaruh di saku jasnya, ia memang belum berganti baju. Masih memakai baju kantoran.
Ketukkan pintu tidak juga berhenti, Arzian langsung kembali ke kamarnya. Sebelum membukakan pintu, ia sudah memasang wajah pucat, serta tangannya kini berada di perutnya.
Pintu terbuka, muncullah Sarita dengan membawa semangkuk bubur. "Oma," panggilnya pelan.
"Apa Oma sudah menganggu istirahatmu, Arzian?"
"Tidak, Oma." Memang Sarita tidak menganggu istirahat Arzian, tetapi mengganggunya saat tengah menjalankan misinya.