NovelToon NovelToon
Titik Koordinat Mimpi

Titik Koordinat Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Harti R3

Zefanya Alessandra merupakan salah satu mahasiswi di Kota Malang. Setiap harinya ia selalu bermimpi buruk dalam tidurnya. Menangisi seseorang yang tak pernah ia temui. Biantara Wisam dosen tampan pengganti yang berada dalam mimpinya. Mimpi mereka seperti terkoneksi satu sama lain. Keduanya memiliki mimpi yang saling berkaitan. Obat penenang adalah satu-satunya cara agar mereka mampu tidur dengan tenang. Anehnya, setiap kali mereka berinteraksi mimpi buruk itu bak hilang ditelan malam.
Hingga sampai saat masa mengabdinya usai, Bian harus kembali ke luar negeri untuk menyelesaikan studinya dan juga merintis bisnis. Saat keberangkatan, pesawat yang diduga ditumpangi Bian kecelakaan hingga menyebabkan semua awak tewas. Semenjak hari itu Zefanya selalu bergantung pada obat penenang untuk bisa hidup normal. Mimpi kecelakaan pesawat itu selalu hadir dalam tidurnya.
Akankah harapan Zefanya untuk tetap bertemu Bian akan terwujud? Ataukah semua harapannya hanya sebatas mimpi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harti R3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lelucon Orang Tua

Tok tok tok!

“Permisi, Pak.”

“Ya, masuk. Ada apa Felicia?”

“Ada yang mau ketemu sama Pak Bian?”

“Saya gak ada janji sama mahasiswa hari ini.”

“Bukan mahasiswa Pak, tapi orang luar. Katanya tunangan Pak Bian.”

“Kamu ngeprank saya, Fel? Tunangan? Bahkan saya gak pernah punya hubungan sama cewek.”

“Gak ngeprank, Pak. Beneran orangnya ada di depan sama Zizi, namanya.... Ca.. Cati..” Felice tak terlalu mengingat namanya.

“Catherine?”

“Ah iya bener, Catherine tunangan Pak Bian kan?”

“Dia teman sekampus saya di Berlin yang sama-sama magang di Indo. Bukan tunangan saya.” Jawab Bian dingin tanpa ekspresi.

Felicia yang menyadari perubahan sikap pada dosennya memilih segera mengantarkannya bertemu.

“Di sana, Pak.” Felice menunjukkan keberadaan Catherine yang sedang bersama Zizi.

***

“Bian sayang, bersiap-siaplah siang ini kamu ikut mama dan papa makan siang bersama di restoran.”

Bian asyik bermain lego di kamarnya. Panggilan Mamanya yang jelas terdengar, ia abaikan. Dia terlalu malas bertemu dengan rekan kerja papanya. Hanya masalah uang dan perjodohan yang mereka bahas ketika berkumpul. Sedangkan Bian masih berusia 9 tahun. Ia tak suka jika harus bergabung dengan para orang tua yang membahas masa depan anaknya.

“Bian? Kok masih mainan? Ayo kita berangkat, papa udah nunggu di bawah.”

“Bian di rumah aja, Ma.”

“Gak bisa Bian, kamu harus ikut mama. Gak ada orang di rumah, gak ada yang jagain kamu. Kakakmu kan ada acara perkemahan sampai hari minggu. Udah ayo ikut.”

Dengan langkah gontai, ia menuruti permintaan mamanya.. Ia mengganti pakaiannya kemudian turun. Bak pangeran negeri dongeng, Bian kecil sangat berkarisma walaupun hanya memakai kaos oblong warna hitam dipadukan dengan celana hitam.

“Waaah anak papa emang kece yaa” Kata papa melihat Bian menuruni tangga.

“Bian boleh di rumah aja gak Pa?”

“Kamu harus ikut, di sana nanti banyak anak temen-temen papa juga ikut. Lagian di rumah gak ada siapa-siapa.” Jawab Papa.

Bian hanya bisa menghela nafas panjang. Menuruti kemauan orang tuanya. Sesampainya di resto, sudah banyak orang yang datang. Bian pikir hanya dua atau tiga keluarga, ternyata ada lebih dari lima. Memang benar ada teman sebayanya di sana. Adapula yang masih kecil.

“Wah anakmu ganteng banget jeng. Kecil aja ganteng apalagi kalau udah gedhe. Bisakah kita besanan?” ucap salah satu istri teman papa.

“Jelas dong, papanya aja cakep gimana papanya. Hehehe.” Jawab mama Bian bercanda.

“Namanya siapa adek? Ini anak tante namanya Catherine, kenalan dulu sayang.”

“Bian.” Jawabnya singkat sambil bersalaman dengan Catherine dan mamanya.

“Biasanya jeng, anak cowok cueknya minta ampun. Bian ayo ajak main Catherine.”

“Rasanya cocok banget ngelihat berdua gitu. Besanan lho jeng besok.”

“Bisa dibahas lah besok kalau udah pada gedhe jeng.”

Bian hanya menatap dua wanita yang sedang bercanda itu. Dia kemudian bergabung dengan anak-anak yang sedang bermain di playground. Gelagatnya tak nyaman kala Catherine terus saja membuntutinya.

“Bian kita main prosotan yuk.” Ajak Catherine.

Ia mengikuti Catherine yang menarik tangannya. Sesekali ia larut dalam permainan bersama teman-teman barunya. Hingga kemudian dia duduk menonton teman-temannya yang masih bermain. Catherine ikut duduk menghampirinya.

“Nih buat kamu.” Catherine memberikan permen pada Bian.

“Makasih.”

“Semoga kita bisa temenan ya sampai besar nanti.”

“Hmm.”

Suara tangisan mengalihkan fokusnya yang sedang duduk. Celingak-celinguk ia mencari sumber suara. Ternyata ia terjatuh saat main perosotan. Gadis kecil itu terisak di dekat perosotan. Bian pun menghampiri gadis kecil itu dan mengajaknya duduk bersamanya.

“Ada yang sakit?”

“Huaaaa Ibuuu.”

“Ibumu akan segera datang. Ini buat kamu.” Memberikan permen kepada gadis kecil itu.

“Ya ampun, kamu gapapa nak? Makasih ya nak udah nolongin anak Ibu.”

“Sama-sama tante.”

Ibu dan gadis kecil itu lalu keluar playground. Untung saja ia segera tenang saat Bian memberi permen. Catherine tampak kesal, karena permen pemberiannya malah diberikan pada gadis kecil itu.

“Kok permennya malah dikasih ke dia sih.”

“Aku cuma nolongin biar dia gak nangis.”

Catherine pun pergi mengadu pada Mamanya. Bian mengikutinya.

“Bian kenapa Catherine menangis? Kaliann tadi main bareng kan?”

“Catherine memberiku permen, lalu aku kasih pada adik kecil yang menangis di playground.”

“Kamu memang baik, tapi apa kamu gak kasihan melihat Catherine menangis?”

“Maaf.”

“Sudah sudah, gapapa namanya juga anak-anak. Catherine mama masih punya cokelat, ini.” Mama Catherine mengeluarkan cokelat dari tas.

“Kali ini kamu harus makan cokelat pemberianku.”

“Hmm.”

“Aku akan senang jika kita bersama-sama terus.”

Bian tak menanggapi pembicaraan Catherine. Bian tidak suka jika ada yang begitu dekat dengannya, padahal mereka baru saja bertemu. Sampai akhirnya acara makan siang pun usai. Lagi-lagi Mamanya membahas Catherine di mobil.

“Bian, gimana Catherine cantik kan? Mama harap kamu berteman baik dengannya.

“Bian gak suka Catherine terlalu deket sama Bian.”

“Tapi Catherine anak yang baik.”

“Ma, biarkan saja. Hal bagus bukan kalau anak kita ini terlihat mahal?”

“Bukan mahal pa, tapi cuek.

“Lagipula Bian dan Catherine masih kecil, kita gak tau bagaimana perasaan mereka di kemudian hari. Jangan pernah memaksa anak.”

“Papa!”

Entah apa yang mama dan papanya bicarakan. Bian hanya diam membisu menatap kaca mobil yang mulai basah karena hujan. Perjodohan? Rasanya masih terlalu kecil untuk ikatan itu.

***

“Ini mas mbak pesanannya.” Ucap pelayan resto menyajikan makanan di meja.

“Apa yang membawa loe dateng ke kampus?” tanya Bian menginterogasi Catherine.

“Ayolah Bian jangan kaya gitu. Tentu saja aku ke kampus mau ketemu sama kamu.”

“Apa yang loe katakan ke mereka tadi?”

“Mereka siapa?” meneguk minuman “Oh cewek yang panggilin kamu tadi? Aku gak bilang apa-apa, Cuma bilang aku tunangan kamu.”

“Siapa yang tunangan siapa. Gue gak pernah ada hubungan sama loe.”

“Hey kamu lupa dulu waktu kecil kita dijodohin?”

Bian tersenyum miring. “Ya! Itu hanya lelucon yang dibuat para orang tua, loe aja yang baper. Lagi pula, hubungan bokap gue dan bokap loe hancur setelah peristiwa itu.”

“Bian, itu kan orang tua kita tapi gue harap hubungan kita masih bisa sama-sama.”

“Loe gak ingat? Betapa bebasnya orang yang melakukan korupsi tapi orang yang gak bersalah mendekam di balik jeruji besi? Siapa orang itu, bokap loe. Begitu licik."

“Bian, dengerin dulu engga seperti itu...”

“Bahkan anaknya tidak tahu malu mengemis cinta di depan korban fitnah.”

“Bian!” teriak Catherine.

“Terakhir kali gue peringatin, jangan lagi nyari gue bahkan dateng ke kampus gue.”

“Apa karena cewek itu?”

“Itu bukan urusan loe, loe gak berhak tau tentang hidup gue.” Meninggalkan Catherine sendirian di resto.

“Bian tunggu...” Catherine mengejar Bian, namun mobil Bian sudah terlebih dahulu meninggalkan pelataran resto. “Tunggu waktunya Bian, gue bakal terus mengejar loe.

1
Rami
Karya yang luar biasa. Membacanya seakan larut dalam setiap situasi. Bahagia, sedih, lucu bisa ditemukan di karya ini. Jangan lupa membacanya 🥰
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡: Iya, semangat🙏✌
Rami: salam kenal juga kak, karyamu udah banyak semoga nular di aku yaa /Pray/
total 3 replies
Yume✨
Lanjutkan terus, aku bakal selalu mendukungmu!❤️
Rami
Sabar kakak, bentar lagi rilis. Jangan merana lagi yaa hihihi
Yusuo Yusup
Lanjutin thor, jangan biarkan kami merana menunggu~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!