"Pecahkan saja semua, dan ingat jangan ada yang tersisa."ucap seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan paras sempurna itu.
"Tidak tuan tolong jangan pecahkan semua ini saya mohon... saya minta maaf atas apa yang terjadi saya janji akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan oleh adik saya."
"Siapa anda berani-beraninya menindas orang kecil seperti dia, berapa hutang ibu ini hingga anda melakukan hal kejam seperti ini?"ucap seorang gadis yang baru saja tiba di toko perabotan langganannya.
Namun tidak ada jawaban sedikit pun dari pria yang kini tengah duduk dengan angkuhnya dikelilingi para bodyguard sambil menyaksikan anak buahnya yang tengah menghancurkan perabotan tersebut.
"Jawab aku berharap hutang nya hingga kalian semua menghancurkan semuanya ini!"ucapnya lagi kali ini dia berucap dengan nada tinggi.
Seketika suasana menjadi hening saat pria yang sedari tadi duduk dengan angkuhnya itu berdiri dan menghampiri gadis yang kini tengah menatap kesal pada mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Keduanya sibuk mengurus kelima bayi yang tidak pernah mereka dapatkan satupun, setelah empat tahun menikah sampai saat ini Valeria belum kunjung dikaruniai anak.
Sementara pasangan yang menurut mereka absurd itu kini tengah sibuk menghitung dan menjalani hukumannya. Arthur benar-benar melakukan permintaan istrinya yang menghukum dirinya dengan pus up hingga ke lantai dua dimana kamarnya berada.
Arthur begitu sayang istri, dan dia tidak bisa jauh dari istri tercintanya jika bukan karena sebuah urusan penting atau perjalanan bisnisnya.
Dan rumput liar nya pun begitu, meskipun terkadang dia selalu dibuat kesal dengan hal sepele seperti saat ini.
"Ah selesai juga honey, aku selamat dan aku bisa mendapatkan jatah malam ini."ucap Arthur yang kini terbaring di lantai kamarnya itu.
"Nyonya Arthur Gael yang terhormat tolong pijat suamimu ini."ucap Arthur.
"Tidak bisa, aku harus menyiapkan makan siang untuk ketujuh anak kita."ucap Azura.
"Honey please."mohon Arthur.
Azura pun akhirnya merasa tidak tega meskipun bisa memijat Arthur itu adalah sebuah hal yang mustahil karena pria itu jelas-jelas memiliki tubuh dengan otot yang sangat keras.
Azura hanya punya satu jurus jitu yang akan membuat suaminya bangkit dengan semangat yang menggebu-gebu.
"Baiklah biar aku pijat."ucap Azura sambil menarik sebelah tangan Arthur untuk naik keatas ranjang berukuran luas dan super empuk itu.
Azura segera menarik celana jeans yang Arthur kenakan hingga hanya menyisakan bokser nya saja.
Azura langsung naik keatas tubuh Arthur, dia duduk tepat di atas benda keramat itu lalu bergerak maju mundur dan benar saja Arthur langsung bangkit bersamaan dengan batang keramat yang kini mengeras di bawah sana, kemudian Arthur meraih tengkuk Azura dan meraup bibir manis milik istrinya yang mau tidak mau harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Lepas sayang aku belum membuat makan siang kita bisa lanjut nanti malam."ucap Azura yang kini mendorong dada bidang suaminya itu.
"Please honey kamu harus tanggung jawab sekarang lihat si junior sudah bangkit."ucap Arthur yang kini menatap kepergian istrinya itu.
"Ingat adik mu belum kau sambut di bawah."ucap Azura lagi beralasan dan akhirnya pria itu pun bangkit berjalan menuju kamar mandi karena dia harus mendinginkan otak nya dan adik kecil nya itu agar tidak membuat isterinya kerepotan.
Arthur yang baru selesai mandi dan sudah wangi dengan pakaian santai yang kini ia kenakan pun bergegas turun menuju lantai bawah dimana adik dan iparnya itu berada.
Azura kini sedang memberikan pudding kesukaan Valeria dengan segala kesibukan nya di dapur mewah dan megah itu.
Terlihat anak-anak sedang bermain bersama Austin di karpet tepat di tengah sofa yang melingkar itu.
"Kau masih belum juga bisa mendapatkan benih, yang bagus untuk ditanam?"tanya Arthur yang dijawab anggukan kepala oleh Austin meskipun sebenarnya itu adalah pertanyaan mengejek.
"Kenapa tidak coba tanam saham pada orang lain saja, kau bisa dapat bonus mungkin."ujar Arthur.
"Kau ingin asisten mu mati sia-sia, apa kau tau kekejaman Edison menular pada adik mu itu."ucap Austin yang langsung ditertawakan oleh Arthur.
"Kau kalah dengan nya."ucap Arthur seakan dia lupa apa yang terjadi padanya barusan.
"Kau lupa dengan yang tadi terjadi padamu Don?"ujar Austin yang membuat lemparan bantal sofa itu mendarat di wajah Austin yang tidak sempat menghindar.
"Jelas saja beda, aku mengalah bukan kalah."ucap Arthur tegas.
"Ya apapun itu yang jelas nasib kita sama."ucap Austin.
"Rumput liar dia bilang akan mencari wanita lain untuk calon ibu baru untuk anak-anaknya."ucap Austin yang kini membuat Arthur bangkit dari duduknya dan ingin menghajar nya, tapi Azura langsung menghampiri nya.
"Silahkan saja cari wanita yang bersedia hidup susah dengan mu, karena saat ini seluruh aset kekayaan sudah ada di tangan ku dan anak-anak."ucap Azura yang membuat Arthur memeluk dan mencium Azura dari belakang.
"Jangan dengarkan dia honey dia ingin aku terkena hukuman darimu justru dia yang berniat seperti itu karena dia tidak mendapatkan apa yang dia mau dari Valeria."ucap Arthur serius.
"Oh jadi kau ingin mendua."ucap Valeria yang membuat suaminya itu ketar-ketir seakan-akan tertimpa bencana.
"Ikut aku!"ucap Valeria yang kini menarik dasi yang dikenakan oleh suaminya yang kini mengikuti langkah Valeria sambil terus berucap kata maaf dan membantah apa yang tadi diucapkan oleh Arthur.
"Honey kamu jangan percaya pada kakak mu, dia ingin aku di hukum oleh mu, bagaimana bisa aku menduakan mu yang merupakan ratu di hatiku."ucap Austin.
"Bohong!"ucap Valeria yang terlanjur kesel.
Azura yang melihat itu pun langsung menjewer kuping suaminya yang kini meminta ampun padanya.
"Kau saja tidak beres, bagaimana bisa membuat orang lain dalam masalah."ucap nya yang kini membuat Arthur terkekeh sambil mengatupkan kedua tangan nya seakan tengah menyembah istrinya lalu ia berkata.
"Ratuku aku meminta maaf padamu tolong maafkan aku."ucap Arthur.
"Sudah sana selamatkan adik ipar mu itu."ucap Azura.
Dan benar saja di atap rumah yang begitu tinggi itu Valeria sedang meminta Austin untuk melompat sebagai hukuman.
"Hentikan Valeria tadi aku hanya bercanda."ucap Arthur tegas.
"Baiklah honey jika kamu ingin aku mati dan kamu ingin ganti suami."ucap Austin yang kini berakting seolah-olah ia sudah pasrah dan membalikkan keadaan.
"Apa yang kau katakan honey aku tidak mungkin menggantikan pria perkasa seperti mu"ucap Valeria yang kini kembali menarik dasi Austin dan langsung bergegas pergi meninggalkan Arthur yang kini merasa tidak habis pikir, ternyata Austin benar bahwa Valeria mewarisi sifat kejam Edison.
"Awasi semuanya jangan sampai lengah."ucap Arthur pada seseorang yang kini menatap kearahnya.
Pria itu pun mengangguk, sementara dibawah sana Valeria tengah meminta maaf kepada Austin dengan berbagai cara tapi pria itu tetap terlihat sangat sangat sedih karena hukuman yang Valeria berikan.
"Ayolah honey aku mohon jangan seperti ini, aku minta maaf untuk semua yang terjadi."ucap Valeria.
"Kamu tega honey tanpa mendengarkan penjelasan ku kamu langsung ingin menghabisi nyawa ku."ucap Austin yang kemudian bangkit ingin pergi dari hadapan istrinya yang kini menahan tangan pria tampan dan cool itu.
"Ah honey sekarang kamu bisa gantian meminta aku melompat, tapi dari atas ranjang ke atas tubuh mu bagaimana."ucap Valeria yang kini mengedipkan matanya menggoda suaminya dengan jurus andalannya.
"Ah baiklah jika itu mau mu."ucap Austin yang kini membawa istrinya ke kamar mereka.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Sementara itu tangis seorang gadis muda terdengar memilukan saat ini, di tepi jalan raya yang sunyi setelah kedua orang tuanya dia temukan meninggal dalam keadaan mengenaskan di dalam mobilnya yang terlihat dipenuhi oleh darah.
Sudah hampir empat jam gadis itu menangis sambil memeluk kedua orang tuanya dengan posisi terduduk di dalam mobilnya.
Hingga seseorang menghentikan laju mobilnya diikuti oleh anak buahnya yang selama ini selalu setia menemaninya.
Pria itu langsung menghampiri mereka dengan senjata api di tangan nya untuk berjaga-jaga andaikan itu jebakan setidaknya dia bisa langsung menghabisi mereka.
"Tuan tolong aku, tolong kedua orang tua ku, sudah berjam-jam mereka meninggal tapi tidak satupun orang yang peduli atau polisi yang datang untuk menolong kami."ucap gadis cantik yang berlumuran darah yang sudah hampir kering itu.
"Periksa."ucap pria tampan itu.
"Baik Mr."jawab mereka serempak.
Setelah diperiksa ternyata benar mereka telah tiada dan Erdogan meminta mereka untuk mengurus mayat dari korban pembunuhan tersebut.
"Masuklah biar mereka yang mengurus orang tua mu."ucap Erdogan yang tidak tega melihat gadis malang itu.
Mereka pun pergi diikuti oleh anak buahnya yang lain, sementara satu mobil lainnya mengurus mayat sepasang paruh baya itu dibawa ke markas mereka untuk kemudian dimakamkan secara layak seperti permintaan tuannya itu.
Erdogan pun membawa gadis bernama Orla itu menuju apartement nya. Erdogan langsung meminta gadis itu untuk membersihkan diri sebelum mengikuti acara pemakaman keluarga nya sebelum nanti dia interogasi gadis itu.
"Mandilah sebentar lagi akan ada orang ku yang akan mengantarkan baju untuk kau kenakan."ucap Erdogan.
Gadis cantik itu pun pergi meninggalkan Erdogan menuju kamar mandi dimana dapur nya berada, itu biasa digunakan oleh asisten pribadinya jika dia datang.
Erdogan membuka gorden kamar nya, dan pintu balkon, pria yang selama ini selalu mengerjakan semuanya sendiri dengan dibantu dengan robot-robot tidak kasat mata yang membuat tempat tinggal nya bersih dan sangat nyaman.
Seperti saat ini robot asisten pribadinya tengah membuat makan malam untuk Erdogan dan gadis yang ia bawa yang kini sama-sama tengah mandi di kamar mandi yang berbeda.
Robot itu digerakkan oleh pikiran Erdogan yang kini tengah berendam di dalam bathtub-e sambil memejamkan mata karena tengah berkonsentrasi.
Dan kejadian itu sudah sampai di telinga Arthur yang kini tengah membantu istrinya menidurkan kelima bayi mereka dan direcoki oleh Gerald dan Bianca.
"Sepertinya ini adalah takdir si jomblo akut itu honey."ucap Arthur yang memperlihatkan ponselnya kepada istrinya.
"Semoga saja."ucap Azura yang juga menginginkan pria yang disegani kedua setelah Arthur itu segera mendapatkan jodoh terbaik nya, karena Azura tau, diantara ketiga pria yang ia kenal selama ini yang memiliki hati nurani terhadap perempuan itu hanya Erdogan yang selama ini selalu menghormati wanita diatas segalanya.
"Aku akan menemui dia besok, apa kau mau ikut honey."ucap Arthur.
"Tidak jika aku ikut siapa yang akan menjaga mereka suamiku."ucap Azura.
"Ada Austin dan Valeria jadi tidak usah khawatir dengan itu, lagipula kita akan segera kembali setelah bertemu dengannya."ujar Arthur yang kini mematikan lampu terang dan digantikan dengan lampu temaram.
Arthur pun langsung bergegas menggendong istrinya menuju kamar sebelah karena saat ini adalah saat yang ditunggu-tunggu olehnya sebelum mereka pergi ke alam mimpi.
Arthur dan Azura pun memulai percintaan panas nya itu dengan berbagai pemanasan hingga saat suara-suara merdu itu diperdengarkan, baik Azura maupun Arthur terus meracau nikmat.
Sementara itu di tempat pemakaman yang dilakukan pada malam hari itu, Orla kembali menangis sesenggukan saat kedua peti jenazah itu dimasukkan kedalam liang kubur.
Erdogan pun membiarkan gadis itu melupakan kesedihannya dan meminta anak buahnya yang berjenis kelamin perempuan itu untuk menenangkan Orla meskipun mereka tidak saling mengenal satu sama lain.
Setelah selesai pemakaman Erdogan pun meminta ketiga wanita yang merupakan pengawal nya itu membawa Orla menuju Mansion tempat tinggal nya, meskipun jarang ditinggali olehnya.
Dia masih membiarkan gadis itu untuk beristirahat meskipun dia sudah sangat penasaran tentang semua yang ada di dalam diri gadis itu.
Erdogan sendiri kembali ke apartment nya yang tidak jauh dari area kantor pusat perusahan Arthur tersebut.
Erdogan kini sudah berada di dalam kamar sambil melihat laporan dari anak buahnya yang telah menyelidiki kasus yang terjadi pada kedua orang tua Orla.
Akhirnya ia tau bahwa Orla dan keluarga nya adalah mantan pengawal Irena yang kabur dari kediaman wanita ular yang hingga kini masih hidup bebas setelah berulang kali lolos dari maut.
Erdogan sendiri tidak habis pikir dengan partner ranjang Edison yang kini sudah menjadi tanah itu.
Erdogan pun merasa bahwa kedua orang tua Orla mengetahui banyak rahasia tentang semua yang berkaitan dengan Irena, dia berencana untuk mengajak Orla untuk bekerja sama meskipun tetap sebelum itu dia akan mengintrogasi Orla terlebih dahulu.
Erdogan pun kini terlelap dalam tidurnya sampai pagi hari tiba dia sudah bangun dan bersiap untuk pergi ke perusahan, tapi sebelum itu dia akan menemui Orla untuk menanyakan banyak hal meskipun dia sendiri telah tahu tentang asal-usul Orla saat ini tapi dia ingin mendengar langsung dari gadis itu.
Sesampainya di Mansion pria tampan dengan tubuh tinggi tegap itu pun bergegas masuk disambut oleh asisten rumah nya yang semalam membawa Orla.
"Dimana dia?"ucap Erdogan.
"Dia ada di dalam kamar Mr."ucap salah satunya yang kini menunjukkan arah kamar dimana Orla berada.
Sesampainya di sana Erdogan langsung membuka pintu kamar tersebut tanpa mengetuk pintu itu.
"Kau masih menangisinya Orla, apa kau tidak ingin membalaskan dendam mu pada orang yang telah membunuh mereka."ucap Erdogan.
"Siapa yang bisa melenyapkan iblis seperti mereka yang tidak punya hati."ucap Orla.
"Siapa orang yang kau maksud?"ujar Erdogan pura-pura tidak tahu.
"Irena dan kekasihnya yang merupakan seorang mafia paling ditakuti di berbagai negara."ucap Orla.
Sementara Erdogan hanya diam menyimak, sementara harinya menolak perkataan Orla saat ini karena tidak ada yang paling ditakuti di negara itu selain komplotan black dragon yang dipimpin oleh Arthur dan Austin juga dirinya.
Dan jika ada pendatang maka mereka akan disingkirkan dengan cepat.
Orla pun terlihat sangat ketakutan karena dia melihat sendiri dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kejinya mereka menghabisi kedua orang tuanya yang sudah memutuskan untuk pergi dari mereka.
"Jangan."