Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 Dia datang ?
"Saya sudah memeriksa laporan keuangan dan memastikan tingkat kewajaran . Dari sini saya menemukan ada terjadinya indikasi kecurangan ." Anggita mengatakan nya tanpa ragu .di ruangan tertutup yang hanya ada empat orang itu dia memberi tahu apa yang di temukannya dalam proses audit .
Direktur Joni menghela nafas kemudian meletakkan berkas tersebut di atas meja .
"Bukankah terlalu terburu-buru mengatakan hal ini sebagai bentuk kecurangan ? Saya sebagai perwakilan Bridt And Meeting dapat melaporkan masalah ini jika sampai berita buruk tentang Bridt And Meeting tersebar ."
Meski mengatakannya dengan tenang tapi setiap kata penuh dengan penekanan . Sinta menarik tangan Anggita dari bawah meja . Dia tampak khawatir melihat situasi yang berseteru seperti ini .
Namun Anggita memberinya anggukan samar agar dia tenang .kemudian Anggita kembali mengangkat wajahnya menatap Direktur Joni .
"Ada atau tidak adanya kecurangan itu , semuanya dapat di cari tahu dengan menelusuri dari laporan pembukuan dan laporan keuangan ."
"Itu tidak perlu ." Direktur Joni berdiri dari tempat duduknya setelah memotong kalimat Anggita .
"Selama ini , Birdt And Meeting melakukan audit dan tak pernah ada kecurangan . Entah bagaimana caranya Moonlight yang bahkan bukan termasuk perusahaan besar bisa memenangkan tender ini . Mungkin saat ini akal akalan kalian saja , untuk menarik perhatian dengan memanfaatkan nama besar Birdt And Meeting , Benar bukan ?"
"Jika begitu kita akhiri saja kerja sama ini . Birdt And Meeting masih bisa memilih perusahaan yang lebih baik dari Moonlight ." pungkasnya lalu berniat akan pergi .
Sinta yang melihat kekacauan itu tentu saja semakin panik .proyek besar yang baru di dapatkan oleh Moonlight sekarang berada di ujung tanduk . Jika benar benar membatalkannya bukankah reputasi Moonlight akan hancur ?
"Mbak Anggita ,bagaimana ini ?"
Anggita pun ikut berdiri , dia menghentikan Direktur Joni saat akan menarik gagang pintu ruangan .
"Tunggu Direktur Joni , kenapa anda begitu terburu buru ? Apakah anda merasa bersalah tentang hal ini .?"
"Melihat reaksi Directur Joni yang seperti ini . Saya malah berpikir Direktur Joni sudah mengetahui kecurangan ini . Atau mungkin..."
Direktur Joni berhenti dan langsung menatap ke arah Anggita ." Apa maksud kamu ."
"Saya tidak bermaksud apa apa .saya hanya berspekulasi atas sikap Direktur ." balas Anggita
tentu saja Direktur Joni semakin menaikan alisnya ." Kamu tahu , kamu berbicara tanpa bukti dapat membuat seseorang masuk penjara ."
Bukannya takut Anggita malah masih bisa tersenyum begitu tenang ." Karena Direktur Joni begitu yakin tidak terlibat , bagaimana jika kita menghadirkan Presdir Maxsim untuk datang? Dengan kehadirannya bukankah semua akan menjadi mudah ?."
Raut wajah Direktur Joni menjadi pucat ketika mendengar nama Maxsim . Namun sedetik kemudian dia mencibir karena mengingat siapa wanita yang ada di depannya .
"Kamu pikir dirimu siapa bisa memanggil Presdir Maxsim datang ke sini ? Presdir Maxsim terlalu sibuk dan biasanya tidak mengurusi masalah seperti ini ."
Sinta kembali menarik tangan Anggita ." Mbak Anggita apa sungguh kamu bisa menghubungi presdir Maxsim untuk datang ke sini ? Presdir Maxsim sangat sibuk dan biasanya tidak mengurus masalah seperti ini ."ucap Sinta .
Anggita belum sempat menjawab pertanyaan Sinta ,tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar . Suasana pun menjadi hening , Sinta yang mengerti tugasnya segera berlari untuk membuka pintu ,namun saat pintu terbuka tubuhnya mendadak mematung dan raut mukanya terlihat terkejut .
"Sinta siapa ?" tanya Anggita .
Tubuh Sinta mematung seperti manekin yang tak bisa bergerak . Dia berkedip dua kali lalu menyingkir memberi jalan kepada tamunya untuk berjalan masuk , setelah memasuki ruangan , Baik Anggita ataupun Direktur Joni yang menatapnya langsung tertegun .
"Maxsim ?" gumam Anggita dalam hati .
"Presdir Maxsim ?." batin Direktor Joni .
"Bagaimana Maxsim bisa datang ke sini ?." batin Anggita . Sebenarnya dia menyebut nama Maxsim hanya untuk mengertak dan memakasa Direktur Joni , agar berkompromi demi menyelesaikan masalah ini . Namun yang tidak pernah dia duga Maxsim benar benar datang ke sini .
" Dia datang? Siapa yang memberi tahunya ? Itu pertanyaan yang muncul di dalam benak Anggita .
"Presdir , kebetulan Anda hadir di sini , mereka karyawan Moonlight menuduh kita melakukan kecurangan ." ucap Direktur Joni . Dengan segera di berlari mendekati Maxsim , kemudian memutar kalimat Anggita yang di tunjukan padanya.
"Bukan , tidak seperti itu ." seru Sinta panik mendengar ucapan Direktur Joni . Dia berusaha menyangkal dengan pendapatnya , tapi Anggita segera menarik tangan Sinta untuk menahan nya .
"Mbak Anggi., dia membuat cerita palsu , bagaimana jika Presdir Maxsim percaya dan melimpahkan masalah ini pada Moonlight ? Kita pasti akan kehilangan pekerjaan ." Sinta mengepalkan tangannya . Matanya menatap Durektur Joni dengan penuh amarah .
"Tenanglah , aku yakin Presdir Maxsim tidak akan mudah terpengaruh ucapan orang lain ."
Sinta tertegun mendengar penuturan Anggita , Sinta tidak biasanya , pernah melihat Anggita sepasrah ini . Kenapa tiba tiba hari ini dia sangat percaya kepada orang lain .? Apa karena dia itu adalah Presdir Maxsim ?
Maxsim sendiri semenjak datang terus menatap kearah Anggita . Dia mengabaikan ucapan Direktur Joni . Bahkan dia tidak berniat untuk mendengarkan kalimatnya .
"Reymond ."!
Rey langsung bergerak cepat mengeluarkan beberapa lembar kertas dan memberikan nya pada Maxsim .
Tidak ada yang tahu apa isi dari kertas itu sampai Maxsim berjalan dan ke tempat duduk dan meminta semua yang ada di sana duduk kembali tidak terkecuali Sinta dan Anggita .
"Persd..."
Kalimat Direktur Joni langsung terputus melihat Maxsim mengangkat tangannya . Matanya yang tajam mengumpulkan aura intimidasi yang membuat pria setengah baya itu meneguk ludah dengan kasar .
"Direktur Joni berkata kalian menuduh Birdt And Meeting melakukan kecurangan ? Apa itu benar ?." Maxsim mengarahkan pertanyaan kepada Anggita dan Ainta . Tapi tatapan matanya hanya tertuju untuk Anggita .
Anggita yang menyadari hal itu segera menundukkan wajahnya ." Kenapa dia terus menatapku ? Orang lain akan curiga kepadamu , jika kamu terus seperti ini ." gumam Anggita dalam hati ."
"Mabak Anggita bagaimana ini.? Sinta menarik tangan Anggita y!ng ada di bawah meja . Dia khawatir situasi seperti ini akan memberatkan mereka ,sinta dan juga Moonlight .
Namun Anggita masih berusaha menenangkan Sinta , dia mengambil nafas terlebih dahulu , kemudian menunjukan berkas yang ia bawa sebelumnya .
"Kami tentu saja tidak berani mengambil kesimpulan tanpa menemukan sesuatu .
Silahkan Presdir Maxsim untuk melihatnya secara langsung terlebih dulu ." ucap Anggita .
Sejenak Maxsim hanya memandang berkas di depannya itu . Matanya menelisik berkas itu lalu sekilas menatap Anggita lagi.
"Presdir , informasi yang mereka berikan belum pasti benar . Mereka seorang auditor , memanipulasi akun dan bukti adalah pekerjaan mereka ." wajah Direktur Joni sudah pucat karena panik . Dia buru buru menjelaskan , tapi untuk kedua kalinya Maxsim tidak menghiraukannya .
Maxsim malah mengambil berkas itu kemudian membaca sekilas , sebelum meletakkannya kembali ke atas meja .Anggita menatap wajah Maxsim dengan tatapan sungguh sungguh .