Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menginap di hotel
"Apa menurut mu ada gadis berhijab yang mau di bawa ke hotel untuk menggoda lelaki? Sebodoh-bodohnya gadis berhijab ia tidak akan mau jika ia masih waras." Lelaki berjas itu memjawab dengan raut wajah yang sedikit lelah. Tangannya terlipat di dadanya. Sementara punggungnya bersandar di kursi.
"Lalu untuk apa kamu membawa gadis yang akan di campakkan ke sini?" Raffy melihat ekspresi gadis itu. Memastikan apakah ia tersinggung. Namun di luar dugaannya gadis itu malah tersenyum.
"Pakailah akal mu sedikit bro. Perempuan berhijab meski di bayar mahal tidak akan mau melakukan hal bodoh ini. Lagian saya tidak punya kenalan gadis-gadis berhijab."
"Lalu sekarang apa?" Raffy kesal dengan temannya ini. Bagaimana mungkin ia membawa gadis yang seksi ini. Pasti tuan Alex akan marah dan mencampakkkannya lagi.
"Kamu sungguh ingin membantu tuan Alex agar tidak menjomlo terus?"
"Ya, tentu saja." Raffy menjawab dengan pasti.
"Ya udah, bawa gadis ini ke hotel di mana tuan Alex menginap lalu suruh dia pakai hijab. Simpel kan." Si lelaki berjas itu bergumam dengan santai.
Raffy terkejut mendengarnya. Refleks ia menoleh ke arah lelaki berjas teman yang kini di anggapnya gila.
"Apa? Kamu sudah gila? Itu sama aja menodai hijab dan melecehkannya, kamu tidak takut dosa?" Spontan kalimat itu terlontar dari mulut Raffy. Si lelaki berjas tertawa lebar mendengarnya. Ia tak habis fikir ternyata Raffy masih memikirkan dosa dalam masalah seperti ini padahal sholat aja mungkin dia hanya sekali setahun yaitu sholat idul fitri. Benar-benar membingungkan. Si lelaki berjas tidak yakin kalo temannya ini masih memikirkan dosa. Jika si Raffy sungguh memikirkan dosa kenapa malah mencari gadis berhijab untuk menggoda tuan Alex? Aneh bukan?
"Hay Raffy, kalo lu masih memikirkan dosa terus melakukan hal ini, dosa mu sudah banyak lo. Lebih banyak lagi dosa lu menyuruh gadis berhijab menggoda tuan Alex daripada lu menyuruh gadis seksi ini berhijab untuk menggoda tuan Alex."
"Keduanya sama-sama besar dosanya, gak ada yang ringan kok." Bantah Raffy tidak mau kalah. Si lelaki berjas jadi kesal di buatnya.
Memaksa gadis berhijab menggoda orang di hotel dosanya besar, menyuruh gadis seksi mengenakan hijab tuk menggoda juga dosanya besar. Karna dua-duanya sama-sama mempunyai dosa besar mending kita nyuruh si seksi pakai jilbab."
"Ta...
"Jangan bahas dosa lagi." Si lelaki berjas memotong kalimat Raffy membuat kalimatnya tergantung. Si lelaki berjas melempar bungkusan pada Raffy dan spontan Raffy menangkapnya.
"Sudah ku bilang suruh gadis seksi ini berhijab." Si lelaki berjas terlihat kesal. Langsung saja ia berdiri dan berjalan menuju pintu keluar meninggalkan Raffy dan gadis itu. Raffy memberikan bungkusan itu pada sang gadis yang ternyat berisi pakaian dan hijab.
"Ikut aku." Ajaknya melangkah ke arah pintu.
Gadis itu mengikuti Raffy keluar dari restoran itu. Raffy segera membawanya ke hotel di mana tempat tuan Alex akan menginap. Raffy membuka pintu kamar dan si gadis mengikutinya.
"Ganti baju mu di kamar mandi." Perintahnya pada gadis itu. Gadis itu menuruti perintah Raffy, ia masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
Raffy memeriksa cemilan di atas meja, berbagai makanan lezat juga sudah di siapkan di sana. Minuman memabukkan juga ada di siapkan dengan berbagai jenis. Segala sesuatunya sudah di siapkannya untuk membuat tuan Alex bersenang-senang di sini. Tidak lama kemudian si gadis itu keluar dari kamar mandi dengan memakai gaun panjang berwarna putih, memakai hijab pink, make upnya sengaja di buat tidak terlalu norak agar sesuai dengan pakaiannya yang tertutup. Raffy memperhatikannya. Kelihatannya sudah cukup bagus.
"Oke lakukan dengan baik, aku akan menunggu di luar." Gumam Raffy segera keluar. Gadis itu duduk di tepi ranjang. Jantungnya berdegup hebat menanti tuan Alex datang.
Sementara Andan tersenyum ketika mendapat pesan dari Raffy kalo semua sudah beres. Tuan Alex sempat memperhatikan wajah Andan yang tersenyum ceria dan penuh arti. Namun pandangannya tertuju pada layar HPnya.
"Apa kamu punya pacar?" Andan sedikit terkejut mendengar pertanyaan tuan Alex.
"Tidak tuan!"
"Lalu kenapa kamu tersenyum memandangi pesan yang baru saja masuk?"
"Bu... bukan tuan, bukan apa-apa."
"Jalan cepat." Mendengar perintah tuan Alex itu pak Hendy mempercepat laju mobilnya. Tidak begitu lama mereka telah tiba di depan sebuah hotel berbintang. Andan membukakan pintu untuk tuan Alex. Tuan Alex segera keluar dari mobil. Dari lantai tiga Raffy mengintil keluar, ia tidak sabar menanti tuan Alex memasuki kamar itu. Temannya itu akan segera mendapat hiburan dan mungkin juga akan jatuh cinta lalu mengakhiri jomlonya. Tak henti-hentinya ia menyunggingkan senyum di bibirnya.
Andan membawa tuan Alex menuju kamar yang sudah di pesannya. Andan memberikan kuncinya pada tuan Alex lalu membungkuk hormat sebelum akhirnya pergi.
"Penjaga akan bergantian berjaga, selagi dua orang berjaga dua orang lagi akan istirahat."
Gumam Andan.
"Hm..." Sesingkat itulah jawaban tuan Alex. Benar-benar irit dalam berbicara. Tidak apa, toh orang-orang di sekitar tuan Alex sudah terbiasa dengan perlakuan dan sikap tuan Alex. Tuan Alex membuka pintu dan langsung menguncinya saat ia sudah masuk ke dalam kamar hotel. Namun alangkah terkejutnya tuan Alex mendapati gadis berhijab sedang duduk di tepi ranjang. Jujur saja, tuan Alex mengakui kecantikan gadis itu. Tuan Alex mendekat, matanya memperhatikan gadis itu. Perlahan ia melangkah mendekati ranjang, merebahkan tubuhnya yang terasa penat. Gadis itu meperhatikan tuan Alex sambil tersenyum mendekati tuan Alex.
"Tuan! Apa yang bisa ku lakukan untuk menyenangkan mu? Gadis itu bertanya dan berusaha selembut mungkin. Sebenarnya tuan Alex sungguh ingin istirahat. Tidak ingin ada yang mengganggu. Namun gadis ini mengusik dan mengganggu istirahatnya. Tuan Alex menjadi kesal, ia duduk lalu menatap gadis itu lekat-lekat.
"Kamu sungguh akan melakukan sesuatu yang membuat ku senang?"
"Ya, benar tuan tuan!"
"Gantung dirilah di hadapan ku, lalu mati, itu akan membuat ku senang. Hanya itu, selain itu apapun yang kamu lakukan akan membaut ku muak."
Tuan Alex mendekatkan wajahnya. Gadis itu sebenarnya agak takut mendengarnya. Namun peduli amat? Ia sungguh benar-benar menyukai tuan Alex.
"Tuan! Kamu sungguh tidak tertarik pada ku?"
Pertanyaan itu membuat tuan Alex tersenyum meremehkan. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. Menatapnya dengan geram.
"Apa begitu putus asanya kamu dalam hidup? Bukan! Apa kamu sungguh tidak sanggup menahan diri ketika melihat kau? Kamu sungguh memuakkan. Gadis berhijab tapi kelakuan mu ini apa." Tuan Alex benar-benar geram.
"Tuan! Aku tulus paada mu."
"Keluar!"
"Tuan... a... ak..ak...
"Keluar! Aku bilang keluar!"
Tuan Alex membentaknya membuat kalimat gadis itu tergantung. Melihat gadis itu masih duduk di atas ranjang tuan Alex semakin geram. Tuan Alex berdiri dari tempat tidur, menarik gadis itu dengan paksa, menarik hijabnya hingga rambut gelombangnya terlihat. Tuan Alex melempar hijab itu ke lantai. Kemudian menarik rambut gelombang gadis itu dengan kasar.