NovelToon NovelToon
Lagu Dendam Dan Cinta

Lagu Dendam Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa / Menikah dengan Musuhku / Pengasuh
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Susri Yunita

Dalam hidup, cinta dan dendam sering kali berdampingan, membentuk benang merah yang rumit. Lagu Dendam dan Cinta adalah sebuah novel yang menggali kedalaman perasaan manusia melalui kisah Amara, seseorang yang menyamar menjadi pengasuh anak di sebuah keluarga yang telah membuatnya kehilangan ayahnya.

Sebagai misi balas dendamnya, ia pun berhasil menikah dengan pewaris keluarga Laurent. Namun ia sendiri terjebak dalam dilema antara cinta sejati dan dendam yang terpatri.

Melalui kisah ini, pembaca akan diajak merasakan bagaimana perjalanan emosional yang penuh liku dapat membentuk identitas seseorang, serta bagaimana cinta sejati dapat mengubah arah hidup meskipun di tengah kegelapan.

Novel ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari cinta dan dampaknya terhadap kehidupan. Seiring dengan alunan suara biola Amara yang membuat pewaris keluarga Laurent jatuh hati, mari kita melangkah bersama ke dalam dunia yang pennuh dengan cinta, pengorbanan, dan kesempatan kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susri Yunita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25. Tekanan dari Keluarga Hart

Hari itu, ruang tamu keluarga Laurent terasa lebih sunyi dari biasanya. Hujan yang mengguyur sejak pagi menciptakan suara gemericik di luar jendela besar. Nyonya Laurent duduk di kursi utama, ditemani oleh Dante yang duduk di sampingnya. Di seberang mereka, Tuan dan Nyonya Hart duduk dengan sikap angkuh namun penuh kontrol.

“Kami menghargai kesabaran Anda selama ini, Nyonya Laurent,” ujar Tuan Hart dengan suara yang berat namun terkontrol. “Tetapi kami merasa sudah cukup menunggu. Janji antara keluarga Hart dan keluarga Laurent ini harus segera diwujudkan.”

Nyonya Hart menambahkan dengan nada yang lebih tajam, “Kami tidak meminta terlalu banyak, Nyonya Laurent. Mia telah cukup menderita karena penundaan ini. Anda tahu betul apa yang menjadi taruhan.”

Dante menatap tajam ke arah Tuan dan Nyonya Hart. “Mia menderita? Bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan hidupku yang kalian coba kendalikan? Apakah kalian pikir aku hanya pion dalam permainan ini?”

Nyonya Hart menoleh padanya dengan senyum tipis yang penuh sindiran. “Dante, ini bukan soal permainan. Ini soal tanggung jawab. Kau tahu, Mia tidak sehat. Dia membutuhkanmu, dan itu adalah bagian dari kesepakatan yang telah lama dibuat.”

“Kesehatan Mia bukan alasan untuk memaksa seseorang menikah,” Dante membalas dengan suara yang mulai meninggi. “Kalian tidak berhak menentukan hidupku.”

Nyonya Laurent Memihak Keluarga Hart, ia melirik Dante dengan pandangan tajam. “Cukup, Dante. Jangan bicara seperti itu kepada tamu kita.”

Dante menoleh kepada neneknya, matanya dipenuhi dengan kekecewaan. “Jadi, Nenek, kau benar-benar rela mengorbankan aku untuk menyelamatkan nama keluarga ini?”

“Ini bukan hanya tentang keluarga, Dante,” balas Nyonya Laurent dengan nada dingin. “Ini tentang mempertahankan apa yang telah dibangun oleh generasi kita. Jika kau menolak, kau tahu risikonya. Bisnis kita akan runtuh, dan kau mungkin akan menghadapi konsekuensi hukum.”

Tuan Hart bangkit dari kursinya, menatap Dante dengan serius. “Kami memberi waktu satu minggu, Nyonya Laurent. Jika tidak ada kabar baik, kami akan menarik semua dukungan bisnis kami dan memulai proses hukum untuk mengungkap semua kesepakatan yang telah kalian langgar. Anda tahu apa artinya ini bagi keluarga Laurent.”

Setelah memberikan ultimatum tersebut, keluarga Hart meninggalkan ruang tamu dengan angkuh, meninggalkan Nyonya Laurent dan Dante dalam keheningan yang mencekam.

Setelah mereka pergi, Dante berjalan menuju jendela besar, memandang hujan yang terus turun. Ia mengepalkan tangannya, mencoba menahan amarah dan kekecewaan yang membara dalam dirinya.

“Aku tidak akan melakukannya, Nenek,” ujarnya tanpa menoleh. “Aku tidak akan bertunangan dengan Mia hanya untuk menyelamatkan bisnis keluarga ini. Jika kalian ingin menghancurkan hidupku, lakukanlah. Tapi aku tidak akan menyerah semudah itu.”

Nyonya Laurent mendekatinya, berdiri di belakangnya. “Dante, ini bukan hanya tentang kau. Ini tentang keluarga kita. Tentang nama Laurent. Kau harus mengerti …”

“Yang aku mengerti,” Dante memotong dengan suara bergetar, “adalah bahwa aku hanya alat bagi kalian. Aku lelah menjadi pion dalam permainan ini, Nenek.”

Dengan langkah berat, Dante meninggalkan ruangan, meninggalkan Nyonya Laurent yang termenung di tempatnya.

Lalu di dalam kamar kerjanya, Dante duduk sendirian, mencoba memahami situasi yang semakin rumit. Di satu sisi, ia tidak ingin mengkhianati Amara dengan bertunangan dengan Mia. Namun, tekanan dari keluarganya dan ancaman keluarga Hart membuatnya merasa seperti terjebak dalam jerat yang tak terhindarkan.

Namun di tengah semua ini, ia tidak bisa berhenti memikirkan Amara, sementara matanya

memandang tumpukan dokumen di meja di depannya. Ia menatap Foto-foto hitam putih, catatan kecil, dan sejumlah laporan dari orang-orang yang ia sewa untuk mencari seseorang, yaitu ibu Amara. Selama ini, ia tahu Amara merahasiakan keberadaan ibunya dengan sangat hati-hati. Tetapi setelah perceraian mereka, Dante merasa ada yang belum selesai.

Dia ingin tahu. Bukan hanya karena rasa tanggung jawabnya sebagai seseorang yang masih mencintai Amara, tetapi juga karena dorongan naluriah untuk melindungi wanita itu dari jauh.

“Saya sudah menemukan alamatnya, Tuan Dante,” ujar seorang pria bertubuh kekar sehari sebelumnya, yang adalah salah satu penyelidiknya. Ia menyodorkan sebuah amplop cokelat berisi hasil pencariannya waktu itu.

Dante memberanikan diri membuka amplop itu dengan tangan sedikit gemetar. Foto seorang wanita paruh baya dengan senyum lembut terpampang di sana, bersama beberapa catatan tentang tempat tinggalnya di pinggir kota. “Dia tinggal sendiri,” ujar penyelidik itu. “Tetangga mengatakan dia jarang keluar rumah, mungkin karena kondisinya yang tidak terlalu sehat.”

Dante terdiam saat penyelidik itu menjelaskan, hatinya terenyuh membayangkan sosok ibu Amara yang berjuang sendirian. Setelah melihat foto itu, Dante memutuskan saat itu juga untuk menemui wanita tersebut, meskipun ia tahu Amara pasti tidak akan setuju.

Pertemuan Pertama

Rumah kecil itu terletak di kawasan yang tenang. Dante menghentikan mobilnya di depan pagar berkarat, memandangi bangunan sederhana yang penuh tanaman rambat di sekelilingnya. Ada kehangatan tersendiri yang terpancar dari tempat itu, meskipun terlihat sangat sederhana.

Setelah menarik napas panjang, Dante melangkah ke pintu depan. Tangannya terhenti di udara sebelum mengetuk. Ada rasa gugup yang aneh merayap di dalam dirinya. Tetapi, sebelum ia sempat menenangkan diri, pintu itu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya dengan rambut sedikit beruban.

“Selamat siang,” sapa wanita itu dengan lembut. “Ada yang bisa saya bantu?”

Dante terpaku beberapa saat. Wanita itu adalah cerminan masa depan Amara, dengan senyum yang sama dan sorot mata penuh kelembutan. “Ibu, saya Dante. Suami Amara... maksud saya, mantan suaminya,” ujarnya akhirnya, dengan suara bergetar.

Wanita itu menatap Dante dengan mata membesar. “Kamu, Dante?” gumamnya. Wajahnya berubah menjadi penuh perhatian. “Amara tidak pernah membawa siapa pun ke sini.”

Dante tersenyum tipis. “Saya tahu. Saya hanya ingin mengenal Ibu. Saya merasa sudah lama ingin bertemu.”

Ibu Amara membuka pintu lebih lebar, mengisyaratkan agar Dante masuk. Rumah itu penuh dengan foto keluarga, termasuk foto Amara kecil bersama ayahnya. Dante memperhatikan semuanya dengan penuh rasa kagum.

Saat mereka duduk di ruang tamu kecil, Dante mengungkapkan niatnya. “Saya tidak bermaksud mengganggu, tetapi saya ingin tahu lebih banyak tentang keluarga Amara. Saya merasa... saya tidak pernah benar-benar memahami apa yang dia lalui.”

Wanita itu mengangguk, lalu berdiri mengambil sebuah album foto usang. Ia membuka halaman pertama dan menunjukkannya kepada Dante. Salah satu foto menunjukkan seorang pria muda dengan senyum menawan, dia ayah Amara.

Dante terpaku. Wajah pria itu mengingatkannya pada seseorang yang pernah ia cari sepanjang hidupnya. Pria yang menyelamatkan ibunya dari kecelakaan, saat Dante kecil.

“Ini ayah Amara?” tanya Dante dengan suara rendah.

Ibu Amara mengangguk. “Ya, dia pria yang luar biasa. Dia tidak hanya menjadi suami yang baik, tetapi juga pahlawan bagi banyak orang.”

Hati Dante berdegup kencang. Seakan semua potongan puzzle yang selama ini hilang mulai menyatu. Ayah Amara adalah pria yang telah ia cari, tetapi takdir membawa Dante pada keluarga itu dengan cara yang tak terduga.

Ketika Dante meninggalkan rumah itu, pikirannya dipenuhi pertanyaan. Ia tidak hanya merasa semakin terhubung dengan Amara, tetapi juga merasa ada utang budi yang belum ia lunasi kepada keluarga ini.

“Seharusnya aku tahu lebih cepat,” gumamnya, menatap langit yang mulai gelap.

Namun, ia juga sadar, kenyataan ini akan menambah lapisan rumit dalam hubungannya dengan Amara. Jika ia mengungkapkan semuanya, apakah itu akan memperbaiki hubungan mereka, atau justru membuatnya semakin renggang?

1
Umi Barokah
bab 23..?
Umi Barokah
wah .. wah ... hai Dante....🤗 sini tak bujuk...
Umi Barokah
recommended sih. . bikin penasaran sama tokoh Amara akan ambil keputusan akhirnya gimana...
Shuyu: terima kasih supportnya..
total 1 replies
Umi Barokah
huuuuwwww.... ditunggu
Umi Barokah
nanti kalau ketahuan gawat si Amara ini
Umi Barokah
semangat kaka..
Shuyu: siip...
total 1 replies
Apaqelasyy
Perasaan campur aduk. 🤯
Shuyu: owke, nanti ku chek lagi ya buat perbaikan. btw makasih komen nya.
total 1 replies
edu2820
Makin penasaran dengan kelanjutannya!
Shuyu: siap siap episode selanjutnya kaka...insyallah up hari ini. makasih sdh baca.../Applaud/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!