Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kisah A Moy
"Mom!"
"Eh, iya, Sayang. Ada apa?"
"Bolehkah aku tidur dengan Om Tito dan Om Yoyo?"
"Nah kan, baru juga diomongin."
A moy tersenyum sambil mengangkat tubuh anaknya. Tak lama kemudian Binbin pun ikutan bergabung dan memilih rebahan dengan kepala dipangkuan A win, sang Ibu kandung.
"Binbin mau tidur bareng Om Tito dan Om Yoyo juga?" tanya A zia yang duduknya tepat di dekat kaki Binbin terbentang.
"Iya, Mom. Aku kan mau diajari berkelahi," jawab Binbin setelah melepas botol susunya.
"Loh kok berkelahi?" tanya A win dengan wajah nampak terkejut mendengar penuturan anaknya. Begitu juga dengan yang lain.
"Iya,biar bisa melindungi Mommy agar tidak dipukuli Daddy."
Deg!
Enam wanita yang ada disana begitu terkejut mendengar penuturan jujur dari seorang anak berusia lima tahun. A win mengusap pipi anaknya dengan lembut. Dia tidak menyangka anaknya masih menyimpan kenangan buruk satu tahun yang silam sebelum A win bercerai dengan ayahnya Binbin.
Enam wanita yang ada di rumah itu memang mengalami pernikahan yang menyakitkan. Selain karena orang ketiga, diantara mereka jug ada yang menjadi ajang taruhan dan balas dendam. Ada juga yang mantan suaminya menjalani kehidupan yang tidak normal dan menikah hanya untuk menutupi aib si laki laki.
Enam wanita yang dipertemukan oleh takdir itu, memilih hidup bersama dalam satu atap karena takdir yang sama dan pekerjaan yang saling berkaitan.
"Jika anak anak minta tidur sama penjaganya, apa nggak sebaiknya di kamar anak anak dikasih kasur tambahan, Moy?" tanya A win.
"Bisa di atur kalau soal itu. Sekarang apa adanya aja dulu. Di kamar anak anak juga ada sofa yang bisa dialih fungsikan menjadi tempat tidur, kan?" balas A moy.
"Ah iya, ada."
"Ya udah, siapapun tolong panggilkan mereka."
"Biar aku saja, kak," ucap A mey, lalu dia langsung saja beranjak keluar dari ruangan itu.
Sementara itu di taman belakang rumah itu, Tito dan yoyo juga sedang duduk bersama dengan Bibi Sri dan Bibi Nur, sambil bercakap cakap. Sudah banyak yang mereka bahas, dari pengalaman kerja sampai cerita di kampung masing masing. Berhubung mereka tinggal di propinsi yang sama, kadang mereka ngobrol memakai bahasa daerah masing masing. Meski gaya bahasanya berbeda, obrolan mereka tetap nyambung karena memakai logat jawa.
"Berarti Bibi Sri belum lama bekerja di sini?" tanya Tito dengan raut terkejut.
"Ya belumlah, nanti tiga bulan lagi baru satu tahun genap bekerja disini," balas wanita berusia tiga puluh empat tahun itu.
"Owalah, kalau Bibi Nur sih?" tanya Titi semakin penasaran. Sedangkan Yoyo lebih banyak mendengarkan sambil memangku toples berisi kacang.
"Kalau aku udah hampir empat tahun. Dulu ini tuh bukan rumahnya Miss A moy," jawab wanita berusia tiga puluh enam tahun.
"Lah terus ini milik siapa?"
"Rumah ini dulu milik pamannya Miss A moy, tapi sejak Miss A amoy cerai, setahun yang lalu. Rumah ini dibeli orangtuanya Miss A moy, dan pamanya pindah ke eropa."
"Berarti Miss A moy jadi janda belum lama, Bi?" kini Yoyo yang bertanya. Biar bagaimanapun dia juga penasaran dengan kehidupan pribadi majikannya.
"Ya sekitar setahun lah, dulu tuh Mis A moy cuma tinggal sama Zoe disini. Terus ada aku, Pak Li, dan Pak Yoko yang jaga gerbang. Dua bulan kemudian baru teman teman yang lain datang dan tinggal di rumah ini. Makanya satu bulan kemudian, Bibi Sri masuk ke sini."
Semua nampak manggut manggut. Yoyo pun kembali melempar pertanyaan. "Bibi tahu nggak? Kenapa mereka semua jadi janda?"
"Ya kurang tahu. Aku cuma tahunya kisah Miss A moy aja. Yang lain aku nggak berani cari tahu."
"Owalah, gitu ya, Bi," ucap Tito, dan Bibi Nur nampak mengangguk. "Oh iya, Bi. Tadi kan disekolah ada mobil hitam di depan sekolah Binbin dan Zoe. Kata Miss A ling, itu mobilnya Ayahnya Zoe, tapi dia nggak turun dan menyambut anaknya gitu, aneh kan?"
Bibi Sri tersenyum sinis. "Mana berani dia menemui anaknya."
"Loh? Kok gitu? Emang kenapa, Bi?" cerca Tito semakin penasaran. Begitu juga dengan Yoyo dan Bibi Sri.
"Zoe itu trauma jika melihat wajah ayahnya. Tuan Darren, ayahnya Zoe dipengaruhi oleh selingkuhannya kalau Zoe tuh bukan anak kandung dia."
"Astaga!"
"Dan yang lebih parahnya, tiap ayahnya marah, Darren tidak segan segan berteriak di depan wajah Zoe dan menudingnya kalau Zoe bukan anaknya."
"Hah!"
...@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor