Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MP
Acara pesta pun selesai. Altaf dan Ara masuk kamar hotel di mana pesta di adakan.
Rasa lelah dan tenang menjadi satu. Lelah karena mengikuti serangkaian acara yang panjang. Tenang karena semua berjalan lancar. Kini Ara duduk di tepi ranjang yang sudah dihias begitu indah. Kamar pengantin impian Ara.
"Kak, tolong bantu Ara buka resleting gaun Ara ini kak!" Kata Ara manja.
"Kakak yang buka?" Tanya Altaf memastikan.
"Ya iya lah siapa lagi?!" Tanya Ara kesal.
"Nanti kakak lihat punggung Rara lho!" Goda Altaf sama sang istri.
"Ya kalo nggak mau lihat punggung Ara, merem aja!" Jawab Ara tambah kesal.
"Beneran nih minta kakak yang buka?!"
"Nggak jadi! Biar OB aja yang bukain, Ara minta tolong sama OB aja!" Kata Ara sambil pura-pura melangkah keluar kamar.
"Eh.....eh ....jangan! Sini kakak bukain, dulu aja nglarang kakak lihat punggung Rara, ini malah sengaja suruh kakak lihat!" Kata Altaf sambil membuka resleting gaun Ara.
"Beda! Dulu kita belum nikah sekarang udah nikah, udah sah!" Jawab Ara ngegas.
"Ra, nggak baik lho ngomong ngegas sama suami, dosa!"
"Habis suaminya nyebelin! Udah ah Ara mau mandi, kakak merem dulu, Ara mau ambil handuk!"
Setelah perdebatan itu Ara masuk kamar mandi. Menyelesaikan ritual mandinya. Badannya yang terasa gerah membuatnya betah lama di kamar mandi.
Altaf menunggu sambil memainkan ponselnya. Mengecek di media sosial memang tak ada yang tahu mengenai pernikahannya.
Ara keluar dengan handuk kimono nya.
"Kak, buruan mandi!" Kata Ara pada sang suami.
"Nanti aja Ra, keringat kakak belum kering!"
"Nggak usah banyak alasan, mau main ponsel kan? Udah sini dulu ponselnya!" Kata Ara sambil mengambil ponsel Altaf yang dipegang.
"Nanti dulu!" Altaf mempertahankan ponselnya agar tak direbut Ara.
"Apa, kakak mau ubah kata sandinya? Mau ganti dengan tanggal pernikahan kita?" Kata Ara membuat tebakan.
"Tunggu dulu, dulu Rara buka ponsel kakak ya?"
"Kalau iya kenapa? Malu? Ketahuan mencuri, suka mencuri foto Ara?!" Kata Ara sukses membuat Altaf mati kutu.
KABUR.......
Sebelum perdebatan tambah panjang Altaf memilih kabur masuk kamar mandi. Menyelesaikan acara mandinya yang lumayan lama. Akhirnya selesai mandi juga namun baru sadar kalau tidak membawa handuk.
"Ra...Rara! Tolong handuk kakak Ra, kakak lupa!" Kata Altaf berteriak dari dalam kamar mandi sambil kepalanya nongol di balik pintu.
"Keluar aja lagi!" Kata Ara menjahili suami.
"Ra, plis... Bawa sini handuk kakak!"
"Nggak mau!" Kata Ara sengaja menggoda sang suami.
"Beneran nih kakak keluar ya!" Altaf tak kalah jahil sengaja membuka pintu kamar mandi.
"Hihhhhh, kebangetan banget sih punya suami!" Kata Ara sambil berlari menuju pintu kamar mandi memberikan handuk Altaf. Altaf tersenyum penuh kemenangan.
Altaf keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya memperlihatkan perutnya yang sixpack.
Altaf berjalan kesana kemari dan duduk di ranjangnya masih hanya dengan handuk saja. Altaf melihat Ara yang sudah berganti dengan gaun malam berbahan satin dengan tali spaghetti di pundaknya. Memperlihatkan kulitnya yang putih mulus, dadanya yang padat, dan bodynya yang tinggi ramping.
Senyum Altaf terukir mengagumi keindahan pemandangan di depannya.
"Kak, ganti baju sana, jangan cuma pakai handuk!" Kata Ara.
"Panas Ra, gini aja, kakak lebih nyaman gini kok!" Jawabnya sengaja menjahili sang istri lagi.
"Kak, geli Ara lihat kakak begitu, itu Ara udah siapin baju tidur kakak!"
"Nggak usah, enakan gini aja!"
"Hih.....bener-bener ya punya suami, ayok! Ganti nggak?!" Kata Ara sambil menarik tangan Altaf bangkit dari ranjang untuk berganti baju. Dan karena tarikan Ara kasar membuat handuk Altaf terlepas. Menyadari hal itu Ara langsung menutup muka dengan kedua tangannya.
"Kakak! Tuh kan jatoh!" Kata Ara ngegas.
"Ra, buka tangan Ra, lihat kakak! Ini gara -gara Rara!" Kata Altaf semakin jahil.
"Enggak mau, kakak jorok! Kakak mesum, ihhhhh!"
"Buka Ra!"
"Nggak mau!"
"Buka nggak!"
"ENGGAK!"
"Hayo buka Rara! Lihat kakak! Kakak paksa nih!
"Kakak!" Altaf sengaja membuka jari-jari tangan Ara yang menutupi mukanya. Dan.....
TA.....RA.....
"Hih ....kok pakai celana basket sih, kakak mau malam pengantin apa mau main basket?!" Kata Ara yang tak habis pikir ternyata sang suami memakai celana basket di balik handuknya.
"Kakak biasa pakai celana basket gini Ra kalau tidur. Sayang kalau nggak dipakai, banyak celana kakak kayak gini, satu almari.
"Ya tapi ya nggak dipakai malam pengantin juga kali!" Kata Ara tak terima.
"Ya nggak masalah, mau tidur aja kok repot. Udah ayok tidur Ra, udah malam! Nggak capek apa ngikuti acara dari pagi!" Kata Altaf yang langsung menuju ranjang dan berbaring, lalu memejamkan matanya.
"Kak, masa mau langsung tidur?" Tanya Ara kesal.
"Ya terus mau ngapain?" Altaf memancing reaksi Ara.
"Ya kan kita pengantin baru, malam pertama dong!" Kata Ara tanpa malu-malu.
"Emang Ara nggak takut ingin malam pertama sekarang?"
"Takut apa, kata buku yang Ara baca, malam pertama itu bikin orang melayang, nikmatnya sampai ke ubun-ubun!" Kata Ara polos.
"Rara salah, yang bener, buat cewek sakitnya sampai ke ubun-ubun. Suaaaaaakiiiiiiit banget Ra!" Altaf sengaja menjahili sang istri.
"Masa sih, bohong ah kakak!"
"Beneran Ra, kakak nggak bohong, bisa nangis-nangis, sampai pingsan malah!"
"Ih....kakak bohongin Ara kan? Kata Ara yang langsung menubruk sang suami, memukuli dada bidangnya. Dengan cepat Altaf menangkap tangan istrinya. Ara memandang wajah tampan di depannya tanpa berkedip. Saat bibir Altaf menyentuh bibirnya, Ara memejamkan mata. Sesaat kemudian dua insan yang mabuk cinta itu sudah dalam keadaan tidak berjarak. Altaf bangun dan bertumpu di atas lututnya. Memandang keindahan ciptaan tuhan di depannya yang sudah halal untuknya.
"Ya Tuhan sungguh indah ciptaan Mu ini. Ibarat makanan, ini adalah sebuah kue dengan bentuk yang sangat menarik, yang sangat nikmat rasanya. Mau dimakan sayang, nggak dimakan tampilan dan rasanya sungguh menggiurkan." Kata Altaf dalam hati lalu tersenyum bahagia.