"Puas lo udah ngehancurin hidup gue. Inikan yang lo mau? gue tahu lo bahagia sekarang?" Ucap Delmar setelah dia sah menjadi suami Killa.
"Kenapa aku yang disalahin? disini yang korban itu aku apa dia? Aku yang diperkosa, aku yang hamil, tapi kenapa aku yang salah?" Killa bertanya dalam hati.
Siapa sih yang gak mau nikah sama orang yang dicintai? Begitupun Killa. Dia pengagum Delmar sejak dulu. Tapi bukan berarti dia rela mahkotanya direnggut paksa oleh Delmar. Apalagi sampai hamil diusia 16th, ini bukanlah keinginannya.
Cerita ini sekuel dari novel Harga sebuah kehormatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KECELAKAAN
Sayup sayup Killa memdengar ponselnya berdering. Cewek itu meraih ponsel yang ada diatas nakas dan melihat ada 3 panggilan masuk dari nomor yang tak dikenal.
Killa melihat jam, sudah jam 2 dini hari. Siapa yang meneleponnya malam malam? Mungkin saja orang iseng, atau orang yang berniat jahat. Bukankah sekarang banyak modus penipuan lewat telepon..
Saat Killa ingin meletakkan lagi dinakas, ponsel itu kembali berdering. Dari nomor yang sama. Killa mengerutkan keningnya? kira kira penting atau tidak?
Akhirnya ponsel itu berhenti berdering, tak lama kemudian ada satu pesan masuk.
Kil, angkat teleponnya
Ini gue, Delmar.
Saat ponselnya kembali berdering, Killa langsung mengangkatnya.
"Hallo."
"Kil, tolongin gue. Gue kecelakaan, dan sekarang ada di klinik."
"Apa!" Mata Killa membulat sempurna. Seketika jantungnya berdegup tak karuan, dia mulai merasa cemas. Matanya berkaca kaca, dia sudah membayangkan hal hal buruk terjadi pada Del.
"Tapi kak Del gak papa kan?" Suara Killa terdengar bergetar menahan tangis. Tampak sekali kalau cewek itu cemas.
"Gak papa kok. Tolongin Bukain pintu ya. Gue gak mau sampai ada yang ngeliat kondisi gue." Diakhir kalimatnya terdengar Del yang meringis kesakitan. Sepertinya cowok itu sedang diobati.
"Tapi Killa gak punya kuncinya kak, dipegang mama."
"Bangunin Bik Siti. Minta kunci pintu belakang. Bilang kak Del yang nyuruh. Kalau dia nolak, bilang besok dia bakal dipecat."
"Baiklah, tapi kakak baik baik aja kan?" Killa kembali memastikan kondisi Del, dia sangat mengkhawatirkan cowok itu.
"Gue baik baik aja. Udah dulu ya, Rey udah dateng, gue dianter balik sama dia. Lo stand by Bukain pintu."
"Ok."
Killa segera kekamar Bik siti, dengan sedikit bujuk rayu, akhirnya Bik Siti menyerahkan kunci pintu belakang. Perasaan Killa tak karuan, dia tak bisa diam menunggu didalam kamar. Cewek itu akhirnya keluar dan menunggu Del di pos satpam.
Tak berselang lama, terdengar suara motor berhenti didepan gerbang. Pat Jupri, satpam yang bertugas segera membuka gerbang.
Killa segera menghampiri Del yang berjalan sedikit pincang. Dia memperhatikan Del dari atas kebawah. Wajahnya tampak baik baik saja, mungkin karena Del memakai helm full face, dan beruntung helm itu tak sampai lepas terlepas dari kepalanya. Tapi terlihat darah dilengan jaketnya yang sobek. Celananya bahkan sudah dipotong sebelah. Mungkin untuk memudahkan mengobati luka di kakinya.
"Kak Del gak papa kan?" Tanya Killa dengan raut sangat cemas dan mata berkaca kaca.
"Gak papa kok." Jawab Del sambil tersenyum. Ya, dia tersenyum melihat Killa yang begitu mengkhawatirkannya.
"Jangan bilang apapun sama papa ataupun mama, atau lo bakal habis." Ancam Del pada Pak Jupri dan pria itu hanya menanggapi dengan anggukan kepala.
"Bantuan gue jalan Kil. Dari sebelah kiri aja."
Killa mengangguk dan langsung kesebelah kiri Del. Cowok itu melingkarkan tangannya di bahu Killa sebagai pegangan untuk berjalan. Killa memapah Del masuk lewat pintu belakang dan lalu berhenti tepat dibawah tangga.
"Kayaknya gue gak sanggup naik tangga. Gue tidur dikamar lo aja ya?"
Killa mengangguk lalu membawa Del masuk kekamarnya yang berada dilantai bawah.
Del duduk ditepi ranjang sambil melepaskan jaketnya pelan pelan. Sesekali cowok itu meringis kesakitan. Killa sebisa mungkin membantunya. Killa bahkan ikut meringis saat Del terlihat kesakitan. Entahlah, rasanya Killa ikut merasakan perih yang Del rasakan.
"Ya Allah Kak." Killa hampir menangis melihat luka di lengan Del yang sudah diperban. Del mendapatkan beberapa jahitan dilengannya.
"Kenapa sampai kayak gini sih kak?"
"Gue jatuh, trus tubuh gue ketimpa motor. Punggung gue yang sebelah kanan sakit banget Kil, tolong liatin."
"Emang tadi pas diklinik gak dilihat?"
"Tadi cuma fokus luka luar saja. Gue pikir cuma sakit sebentar efek ketiban motor. Nyatanya sekarang makin sakit." Keluh Del sambil meringis lalu membuang nafas kasar.
Killa menarik ke atas kaos yang dipakai Del untuk melihat lukanya.
"Dilepas aja Kil biar kelihatan."
"Gimana melepasnya, tangan kakak kan masih sakit. Takut perbannya lepas."
"Lo gunting aja."
Killa mengangguk dan segera mengambil gunting dinakas. Setelah dia menggunting kaos Del, tampaklah luka memar, merah kebiruan disana.
"Memar kak, Killa ambilin obat ya?" Killa segera keluar untuk mengambil kotak p3k. Tak lama kemudian, Killa datang sambil membawa kotak p3k ditangannya.
Killa segera mengoles obat diluka memar yang ada dipunggung Delmar sambil sesekali meniupnya agar tidak perih.
"Pelan pelan Kil, sakit." Del mendesis menahan sakit saat Killa menyentuh lukanya.
"Iya kak, tahan dikit ya." Ujar Killa sambil terus mengobati luka Del dengan telaten.
"Lo udah gak marah sama gue?" Pertanyaan Del membuat Killa mendadak kicep. Saking cemasnya dia sampai lupa kalau sedang marahan.
"Masih marah." Jawab Killa sambil sedikit menekan lebih keras luka Del.
"Aw....sakit Kil." Pekik Del sambil meringis.
"Katanya cowok, gitu aja sakit." Cibir Killa. "Udah selesai, Killa ambilin baju ya." Ucap cewek itu lalu keluar untuk mengambil baju di kamar Del.
Killa membantu Del memakai pakaian karena cowok itu memang sedikit mengalami kesulitan. Setelah memakai baju, Killa menghadap arah lain. Rasanya canggung kalau harus membantu memakai celana.
"Kil, kok lo malah menghadap ke arah lain. Bantuin gue pakai celana. Bahu gue sakit buat membungkuk. Tangan gue juga masih sakit digerakin."
Killa menghela nafas, dengan terpaksa dia berjongkok untuk membantu Del melepaskan celananya. Setelah itu dia membantu memakai celana tidur yang baru diambilnya.
"Pelan Kil, jangan sampai kena luka dikaki gue." Ujar Del saat Killa mau menarik celananya keatas.
"Iya." Jawab Killa sambil mendongak.
"Gak usah dipelototin juga kali." Goda Del sambil ketawa ringan saat Killa tak sengaja menatap juniornya yang ada dibalik cidi.
"Paan sih kak, siapa juga yang melotot." Sangkal Killa sambil mengerucutkan bibirnya. Wajahnya memerah karena malu.
"Jangan sampai mama dan papa tahu ya Kil kalau gue kecelakaan malem ini."
"Mana mungkin luka kayak gini disembunyikan kak. Ini lumayan parah lo. Lengan kakak sampai dijahit." Protes Killa.
"Kalau papa tahu, yang ada gue mati digebukin, bukan mati gara gara kecelakaan."
"Masak anaknya kecelakaan malah digebukin sih kak. Papah itu baik, gak kayak gitu."
"Pokoknya gak usah bilang apa apa. Besok lo bantuin gue bikin drama."
"Drama?" Killa mengernyit bingung.
"Iya."
"Kenapa sih kak pakai drama segala. Mama sama papa itu baik. Mereka gak akan marah kakak kecelakaan."
Delmar menghela nafas. "Gue kecelakaan karena balapan liar."
"Astaga." Killa menepuk jidatnya.
"Papa bakal ngamuk kalau tahu gue kecelakaan tengah malem, apalagi lo tahu sendiri gue keluar rumah diem diem. Mau lo gue mampus dipukulin papah?"
Killa menggeleng pelan.
"Ya udah, kalau gitu turutin kemauan gue." Killa akhirnya mengangguk.
"Kil, susu."
"Apaan sih kak." Killa melotot dan reflek menutup dadanya dengan kedua tangan sebagai bentuk pertahanan diri.
"Mikir apa lo?" Del terkekeh melihat tanggapan Killa yang berlebihan. "Dasar otak mesum, gue laper, bikinin susu, biar cepet tidur."
Killa menurunkan tangannya, wajahnya memerah karena malu. Buru buru dia keluar untuk membuatkan susu. Del itu kalau ngomong emang sering ambigu, bikin Killa kadang salah mengartikan.
Killa kembali sambil membawa segelas susu putih.
"Nih buruan minum." Ujarnya sambil menyodorkan segelas susu pada Del.
"Kok putih sih, gue pengennya susu coklat."
Killa mendengus kesal. Dasar cowok tak tahu diri, udah merepotkan malam malam masih aja banyak maunya.
"Udahlah kak, minum ini aja. Biasanya Killa lihat kakak minum susu putih. Kita masih belum baikan loh kak. Jadi jangan bikin Killa kesel, atau gak Killa tinggalin." Ancam Killa, malas sekali dia kembali ke dapur untuk membuat susu.
"Ya udah." Del akhirnya meminum susu bikinan Killa hingga habis.
"Udah sekarang buruan tidur."
Del segera merebahkan diri. Dia terpaksa tidur miring karena punggungnya sakit. Killa meletakkan guling ditengah lalu menarik selimut hingga dada Delmar.
"Kunci pintunya."
"Ngapain harus dikunci?" Killa terlihat waspada.
"Pikiran lo terlalu kotor Killa. Gue gak mau aja besok pagi Cea atau siapapun masuk kesini dan liat keadaan gue."
"Ooo." Killa membulatkan bibirnya.
"Lo kira kenapa? Lo pikir gue mau macem macem? Ya kali Kil, gerak aja gue susah, masak mau mikir yang aneh aneh." Del menyeringai kecil. "Lagian kenapa sih lo kelihatan waspada banget sama gue? Gue suami lo. Kalaupun gue ngapa ngapain lo ya gak papa lah."
🥹😭😭dada aq Thor sesak juga baca chapter ini
belajar dri sikapnya Del yg terdahulu, awalnya manis berakhir dengan kata2 yg bener2 GK masuk di akal saking sakitnya.