Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.
Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.
Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.
Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.
Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Jujur, dalam benak Angga banyak sekali pertanyaan bermunculan. Kenapa Nihaya bisa tahu banyak tentang Balong setelah pemerkosaaan terjadi, padahal masyarakat masih mengira Balong merupakan sejenis kolor ijo yang suka mengincar gadis-gadis. Nihaya menjawab kalau dia mengikuti pergerakan Balong. Lalu pertanyaan kembali muncul, kok bisa Nihaya dengan mudahnya mengikuti Balong sementara dia celaka dibuatnya?
Nihaya menjawab dengan kebisuan.
"Ni?"
"Iya Mas."
"Kenapa bisa? dia begitu berbahaya bukan?"
"Seseorang yang telah tersakiti akan menjadi kuat dari biasanya. Sama seperti halnya saat jatuh tersandung, ketika ia berdiri maka dia bisa menghindar dari batu sandungan yang membuatnya akan terjatuh lagi." Jawab Nihaya dengan tatapan nanar.
Dahi Angga melipat. Perkataan Nihaya sarat akan makna tetapi Angga belum bisa memahami maksudnya.
"Ah iya Mas, kapan mau pulang ke rumah? bapak dan ibu rindu Mas Angga." Imbuhnya, yang di respon Angga dengan antusiasme. Laki-laki itu beringsut membenarkan duduk hingga berhadapan lebih dekat dengan Nihaya.
"Mas juga udah ada rencana mau pulang kampung sebenarnya Ni. Sekalian mau lihat keadaan paman pasca kecelakaan. Mas udah ngajuin cuti ke leader, tapi buat sekarang-sekarang masih belum bisa karena proyek belum rampung sedangkan waktu pengerjaan sudah mau selesai. Sedikit lagi sih, nggak sampai nunggu berbulan-bulan."
"Aku senang dengarnya Mas. Akhirnya Mas Angga pulang ke rumah. Ya gak apa-apa kita masih nunggu, sing penting Mas Angga pulang."
"Iya dek, Mas juga senang bisa ada rencana begini. Tapi ngomong-ngomong kamu udah makan belum?"
"Sudah Mas. Tenang saja."
"Yasudah kalau begitu. Besok malam sepulang Mas kerja, kita otw ke mall ya dek. Mas baru kepikiran kalau underwear kita beda." Begitu katanya. Angga membuat Nihaya tergelak. Hati Angga mendesir melihat adiknya tertawa masih bisa tertawa lepas. Dia merengkuh Nihaya, membawanya ke dalam pelukan yang dalam seperti tak mau kebahagiaan adiknya direnggut kembali.
"Mas nggak usah repot-repot. Lagian aku udah beli perlengkapan itu. Tenang Mas, semua kebutuhan ku sudah aman."
"Yang benar? kamu kenapa nggak bilang-bilang pergi ke mall sendirian? Ni, nanti kalau ada apa-apa sama kamu lagi Mas nggak bakal nahan diri buat ngancurin orang itu. Mas nggak peduli lagi soal janji sama kamu yang nggak balas dendam."
"Aku nggak kemana-mana kok Mas. Aku pesan lewat online. Jaman sekarang kan apa-apa bisa di beli dari rumah."
"Oh gitu. Yasudah. Oh iya, bagaimana hubungan mu sama Aji? Mas jadi merasa bersalah sudah menuduh dia sebagai biang keladinya. Apa dia tahu soalnya ini?"
"Dia nggak tahu. Semenjak kejadian nahas itu aku mengusir dia dari hidup ku Mas. Aku kasihan padanya kalau kami sampai menikah. Dia lelaki baik, sudah sewajarnya dia mendapat pendamping yang sempurna. Soal cinta kami yang pernah membara, itu masih bisa dipadamkan perlahan walaupun nggak pernah bisa dilupakan."
"Saran Mas kamu mending jujur dulu soal apa yang terjadi. Jangan bikin laki-laki kebingungan dek. Lelaki kalau bingung bisa-bisa hancur dunia."
"Aku yakin, lambat laun Aji pasti tahu semuanya Mas. Dia lelaki gigih. Boleh nggak aku minta tolong sama Mas Angga?"
"Boleh asal masuk akal. Mau minta tolong apa Ni?"
"Minta tolong, kalau Mas ketemu Aji, tolong sampaikan aku sayang sama dia."
"Kenapa nggak bilang langsung? kamu ketemu sama dia gitu. Atau mungkin ada rencana balikan."
"Cerita diantara kami sudah berakhir. Aku nggak bisa menemui dia lagi. Untuk balikan, aku nggak bisa karena aku dan dia sudah nggak bisa lagi bersatu. Aku hanya ingin mendapat maaf dari Mas Angga, dan itu sudah aku dapatkan Mas. Sisanya aku tidak mengurusinya lagi."
Angga mendengus. Dia tak habis pikir dengan kisah percintaan diantara anak muda. Kadang-kadang dia merasa bucin dan begoo itu beda tipis gara-gara rela tersakiti asal dia bahagia. Bagi Angga mana ada yang seperti itu konsepnya. Maklum Angga jomblo sejati dari jaman masih bayi. Dia belum pernah merasakan bagaimana kompleksnya rasa jatuh cinta.
Menurut Angga pemikiran Nihaya hanya usaha menyakiti dua perasaan. Tapi ya sudahlah, dia nggak mau maksa pendapatnya kepada orang.
"Baiklah, Mas akan sampaikan. Tapi kalau ketemu ya, kan kamu udah putus, udah nggak ada alasan kita sering bertemu. Semisal Mas nggak ketemu sama dia bagaimana dek?"
"Ya sudah nggak usah di sampaikan Mas, Biarkan saja."
Angga mengangguk pelan.
...***...
"Bagaimana Ji, kamu sudah dapat info apa tentang Nihaya?" tanya Nuri kepada sepupunya yang tengah berkutat dengan tugas.
"Belum Mbak. Aku tadinya mau langsung eksekusi, tapi aku dapet notif dari dosen diminta untuk menggantikannya mengajar selama beliau ada keperluan mendesak. Aku juga diminta untuk membantu menyusun silabus. Setelah ini kelar aku pasti langsung gas!"
"Hmmm gitu ternyata. Sibuk sekali asdos satu ini. Bagaimana Mbak bantu di awal? kebetulan Mbak ada tugas di daerah alamat Nihaya. Banyak laporan yang masuk mengenai para gadis menjadi korban penganiayaan dan pemerkosaan. Cuma agak lain si pelaku ini. Rumornya yang melakukan kejahatan itu adalah dedemit."
"Hah? yang benar Mbak?"
"Iya Ji. Menurut cerita masyarakat begitu. Para gadis yang menjadi korban cenderung kena mental bahkan ada yang sampai bunuh dirii. Tapi nggak ada satu pun dari mereka yang buka suara. Semula masyarakat nggak tahu ada kejadian semacam ini, setelah akhirnya salah satu orang tua ada melakukan pemeriksaan medis terhadap anak gadisnya yang murung. Ternyata eh ternyata, dari situlah berawal rumor tersebut."
Aji terdiam kepikiran sesuatu. Nuri pun sama, wanita berpangkat Bripka itu tengah menelaah sesuatu di dalam pikirannya.
"Jangan-jangan--" Ucap Nuri dan Aji berbarengan.
.
.
.
Bersambung.
seriusss??? end?????
btw.. nanya dong kak Zenun,, tas gemblok apaaan?? ransel bukan?
miris amat si dirimu.. gabung ma Jeff aja sana😅😅😅
Alan bakal jadi bapak asuh sembara si putra manusia dan Setengahnya jin....
Semangat berkarya akak Ze ayank....🫶🫶🫶🫶🫶