Juliette, terlahir dari keluarga yang minim simpati dan tidak pengertian.
Membuat ia tumbuh menjadi gadis mandiri dan sulit berekspresi.
Di tengah perjalanan hidupnya yang pahit, ia justru bertemu dengan yang Pria semakin membuat perasaannya kacau.
Bagaimana kelanjutan hidup Juliette?
Akankah ada seseorang yang memperbaiki hidupnya?
Simak kelanjutannya, Behind The Teärs by Nona Lavenderoof.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lavenderoof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Ingin Bertemu Lagi
Kedua matanya terlihat sedikit bengkak akibat kurang tidur, tetapi tangannya terus bergerak. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan kantuk yang masih mengintai.
Saat orang lain mungkin memilih untuk menikmati pagi yang tenang di akhir pekan, Juliet memaksa dirinya untuk bekerja lebih keras.
Di balik sifat dinginnya yang sering terlihat di mata orang lain, Juliet lebih keras terhadap dirinya sendiri.
Ia tidak pernah memberi dirinya waktu untuk bersantai, seolah-olah ia takut jika berhenti, dunia akan menghukumnya.
Ia tahu tubuhnya lelah, pikirannya juga lelah. Tapi Juliet tidak pernah menganggap dirinya pantas untuk beristirahat.
Baginya, kerja keras adalah satu-satunya cara untuk terus bertahan, bahkan ketika tidak ada orang yang benar-benar menghargai usahanya.
*
*
Di pagi yang cerah, Romeo bangun lebih awal dari biasanya. Semangatnya meluap-luap.
Ia tidak bisa berhenti memikirkan Juliet. Sosok misterius yang telah mencuri perhatiannya dengan cara yang tak terduga.
Bukan hanya karena kecantikannya, tetapi karena aura dingin yang dimilikinya.
Romeo duduk di dalam mobilnya, memutar lagu-lagu ceria yang tidak bisa menandingi semangatnya. Ia tersenyum kecil, mengingat kembali saat-saat mereka makan es krim bersama.
Juliet yang tenang dan tampak angkuh itu justru meninggalkan kesan mendalam.
Ada sesuatu dalam cara Juliet menatapnya atau mungkin bagaimana ia tidak terlalu peduli pada siapa dirinya yang membuat Romeo ingin mengenalnya lebih jauh.
“Aku harus bertemu dengannya lagi,” gumamnya.
Setelah berpikir matang, Romeo memutuskan untuk membuat pertemuan mereka kali ini lebih spesial.
📞 ["Kami akan kesana sekitar pukul 12 PM. Saat jam makan siang."]
Ia memesan meja di restoran favoritnya, restoran kecil dengan suasana yang hangat dan nyaman, yang menurutnya akan membantu mencairkan suasana.
Ia bahkan meminta pelayan untuk menyiapkan hidangan penutup istimewa dengan ucapan kecil: “Untuk teman baru.”
Ia akan mendatangi restoran tempat Juliet bekerja dan mengajaknya makan siang di tempat yang lebih santai.
Romeo bahkan sudah merancang beberapa kalimat untuk memulai percakapan, meskipun ia tahu Juliet bukan tipe orang yang mudah diajak berbicara.
*
Sementara itu, di restoran tempat Juliet bekerja, hari itu sama seperti hari-hari sebelumnya: penuh tekanan.
Juliet sedang sibuk membersihkan meja dengan ekspresi datar, matanya sedikit merah karena kurang tidur.
Ia sudah terbiasa menyembunyikan kelelahan dan kekesalannya di balik sikap dingin dan profesionalnya.
Ketika Juliet berbalik untuk menuju meja kasir, langkahnya tiba-tiba terhenti.
Di pintu masuk, seorang pria menyenakan berdiri, dengan senyum kecil yang tampak terlalu cerah untuk pagi itu.
Juliet hanya mengerjap, lalu mengalihkan pandangannya. Ia melanjutkan langkahnya tanpa memperlihatkan tanda bahwa ia mengenali pria itu.
Romeo berjalan mendekat dengan percaya diri.
Juliet mengangkat wajahnya sedikit, menatapnya dengan alis terangkat. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan emosi.
"Mungkin dia akan senang melihatku datang. Mungkin kali ini, aku bisa mengenalnya lebih jauh."
Langkah Romeo mantap memasuki restoran. Ia langsung melihat Juliet, yang sibuk di samping meja kasir.
Romeo sudah merancang pertemuan itu. Ia akan menunjukkan pada Juliet bahwa ia hanya ingin berteman, bahwa ia tulus dan tidak berniat membuat segalanya menjadi canggung.
Saat Romeo tiba di restoran tempat Juliet bekerja, ia terlihat penuh percaya diri. Langkahnya ringan, senyumnya lebar.
"Bisa aku bertemu dengan Miss Yosep? Ada yang ingin aku bicarakan dengannya." Pinta Romeo, sang kasir menunjukkan arah Juliet.
Ketika ia melihat Juliet dari kejauhan, sedang membersihkan meja dengan ekspresi datar, ia melambaikan tangan sambil memanggil namanya.
"Juliet!"
Rambutnya diikat sederhana, wajahnya serius namun terlihat sangat cantik, dan gerakannya tegas, seolah ia tidak peduli pada siapa pun di sekitarnya.
“Akhirnya kita bertemu lagi,” katanya dengan nada antusias.
Juliet menoleh, hanya sebentar, lalu kembali fokus pada pekerjaannya. Tatapannya dingin, tajam, dan seolah tidak ingin mengenalnya.
Tapi Romeo tidak gentar. Ia tersenyum kecil, berjalan mendekat, dan memanggilnya.
"Juliet, wait!"
Juliet mengangkat wajahnya, tatapannya tajam seperti biasa. Tidak ada tanda-tanda kehangatan atau ketertarikan.
“Jika ingin memesan sesuatu silahkan temui kasir.” jawab Juliet tanpa jeda, seperti tameng yang dipasang rapat-rapat.
Deg!
Hope you enjoy this bab!
Thank you and happy reading!