Nadia, memergoki sang suami sedang bercinta dengan sekretarisnya sendiri, di ruangan khusus kantor pria itu.
Nadia, yang ingin memberi kabar kehamilannya kepada Dygta, justru di kejutkan dengan kenyataan yang menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Nadia berlari tanpa memperdulikan klakson kendaraan, hingga sebuah sedan menabraknya.
Nadia terbangun di rumah sakit dan kehilangan janinnya.
Buruknya lagi, Dygta langsung menceraikannya saat itu juga.
Merasa tak ada pegangan dan kalut, Nadia mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan layang.
Beruntung, seorang pria pemilik perusahaan yang juga seorang ketua mafia menyelamatkannya.
"Hargai hidupmu. Hiduplah untuk membalas mereka yang telah menyakitimu!" ucap Leonardo De Xarberg.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#20. KIYD.
"Jangan terlalu keras pada diri mu ... biarkanlah begini sebentar lagi," pinta Leo semakin mengeratkan pelukannya.
Pria itu paham jika pada saat ini Nadia membutuhkan perhatian dan juga dukungan.
Entah, sejak kapan Leo menjadi begitu peduli terhadap perasaan wanita ini.
Matanya terpejam menikmati aroma harum dari rambut coklat panjang itu.
Wangi yang tanpa disadarinya telah menjadi candu.
"Terimakasih karena anda selalu ada untuk saya. Setelah berteriak tadi, dada ini seakan lega sekali," ucap Nadia, yang bahkan ia juga terkekeh kecil. Kedua tangannya tanpa sadar ikut memeluk tangan besar Leo yang melingkar di perut serta dadanya.
Ombak yang sesekali menghantam batu karang besar, yang tengah mereka pijak itu. Seakan melantunkan nada harmoni yang berasal dari alam. Hingga, keduanya nampak terhipnotis dan melakukan apapun yang sesuai dengan perasaan mereka masing-masing.
Sungguh berpadu kontras dengan suasana hati keduanya.
" Leo!" panggil Nadia takut-takut.
"Hemm," sahut pria itu pelan.
"Apakah aku bisa--"
"Biarkan Blue yang mengurusnya," Leo seenaknya memotong kalimat yang hendak meluncur dari bibir Nadia.
"Tapi ... aku merasa seperti--"
" Kau hanya bertugas membalaskan dendammu pada Dygta. Urusan perusahaan biar menjadi urusan Blue," sambar leo lagi, tak membiarkan Nadia membulatkan kalimatnya.
Nadia, hanya bisa menghela napasnya panjang.
"Jangan risaukan apa yang tidak pantas kau pikirkan. Aku sengaja menjadikanmu sebagai pemegang saham hanya, agar kau memiliki kekuasaan yang berada di atas mantan suami tak berguna itu. Penjahat kelamin yang sebentar lagi mati karena terkena penyakit HIV," umpat Leo.
"Kau? Ah iya, orang sepertimu tentu saja mengetahui tentang musuh bukanlah menjadi hal yang susah. Dia harus merasakan kepahitan yang juga kurasakan. Terkena HIV itu terlalu ringan untuknya," ucap Nadia.
Leo terkekeh, di samping telinga nadia. "Aku, suka semangat dan dendam yang membara di dalam hatiku. Karena, kau akan membutuhkannya suatu saat nanti."
"Jadi, jangan pusingkan perusahan dan biarlah Blue, yang bekerja keras sungguhan untukmu," jelas Leo, membuat Nadia berbalik seketika.
" Jadi aku ini sebenarnya tidak terlalu berguna ya?" tanya Nadia dengan suara pelan dengan bahu yang rendah.
Leo pun seketika menaikkan satu alisnya, bingung.
" Ya, otak sebiji jagungku mana pantas bila menjadi presiden direktur sungguhan. Aku ini benar-benar belum pantas." Nadia menghela napas, lalu membuang wajahnya ke samping. Menyembunyikan kedua manik matanya yang berkaca-kaca.
Leo langsung meraih tubuh itu, lalu menariknya. Hingga wajah Nadia tenggelam di dada bidang yang enak di peluk itu.
Ah, ngiri. 🤧
" Hentikan pemikiranmu yang seenaknya itu. Bukan tidak pantas, aku tidak ingin kau lelah dan berpikir keras. Cukup pikirkan bagaimana cara menghancurkan manusia laknat itu hingga dasar," ucap Leo lagi sambil mengelus kepala hingga punggung Nadia.
Wanita itu merenggangkan pelukannya dan mendongak.
" Jadi, kau sedang mengkhawatirkan aku?" tanya Nadia sambil menatap dalam iris pekat yang berwarna kebiruan itu.
" Tentu saja, kau ini tidak peka sekali!" Leo tiba-tiba mengulurkan tangannya ke wajah Nadia.
Keduanya saling menatap, terutama Leo.
Pria itu memandang dalam sosok di hadapannya mulai dari mata indah Nadia hingga turun ke bagian yang paling menarik baginya.
Leo menyibak anak rambut yang terurai menutupi wajah cantik natural di hadapannya ini. Kemudian menyelipkannya ke belakang telinga.
Jemarinya yang besar terus menyusuri wajah mulus Nadia, hingga ibu jari pria itu mendarat di bibir kenyal nan seksi milik wanita itu.
Sepasang mata gelapnya kini telah berkabut, keinginannya terdalam selama beberapa hari ini telah memenuhi dadanya. Perlahan tapi pasti, wajah rupawan Leo semakin mendekat dan mengikis jarak diantara keduanya.
Nadia sempat terkejut, ketika pria itu menempelkan bibirnya untuk mengecupnya.
Nadia bingung apa tindakan yang harus ia lakukan saat ini, menerima atau menolak?
Karena nampaknya isi kepala dengan isi hatinya bertolak belakang alias saling menikung.
Meskipun ini bukanlah ciuman pertama bagi keduanya. Terutama Nadia.
Tetap saja, hatinya berdesir hebat ketika bibir sensual Leo menempel dan meninggalkan sengatan listrik pada seluruh sendinya.
Nadia memejamkan matanya karena, aksi Leo telah sukses membiusnya. Pria itu entah kesurupan setan apa hingga kelakuannya sangat manis malam ini.
Pikirannya kosong, yang ia tau hatinya menghangat dan ia merasa hasratnya menguar seiring belitan dari sesapan keduanya.
Leo semakin mengeratkan rangkulannya, bahkan ia menekuk tengkuk wanita demi memperdalam ciuman mereka.
Alunan merdu nan lembut sukses meluncur dari bibir Nadia , ketika aksi hangat dan basah itu membuai dirinya.
Reflek, kedua tangan rampingnya justru melingkar di leher kekar Leo. Memeluk erat di sana, seakan tak ingin momen ini di pisahkan oleh apapun juga.
Keduanya berciuman disaksikan oleh sunrise yang masih malu-malu menampakkan bias sinarnya.
Nadia tersadar, akan apa yang terjadi dan mereka berdua lakukan malam ini. Ketika, seberkas cahaya matahari terbit mulai menerangi riak air laut yang tiba-tiba tak seheboh semalam.
Wanita itu segera melepas tautan yang jika diteruskan akan membuat keduanya tenggelam dalam lupa.
"Aku mau pulang. Aku mengantuk," ucap Nadia. Mengalihkan satu kejadian yang membuat ia merasa kikuk campur bersalah.
"Baiklah, kita pulang sekarang saja." Leo mengusap bibir Nadia yang basah karena perbuatannya.
Wanita itu sontak menunduk malu, karena ia mulai terbawa, akan kedekatan keduanya. Ditambah, momentum dan situasinya sangatlah mendukung saat ini.
Nadia menuruni batu karang besar itu dengan di bantu oleh Leo.
Ternyata lebih mudah naik ketimbang turun. Karena untuk sampai di bawah Leo hari memegang pinggangnya. Agar Nadia dapat melompat.
"Aakh!" Nadia memekik karena Leo yang jahil, sedikit memutarnya sebentar. Lalu pria itu memeluk kembali tubuhnya dan melabuhkan kecupan di ujung kepalanya.
"Dia kenapa sih? Kenapa tiba-tiba memperlakukanku dengan sangat manis sekali hari ini?"
Leo mengabaikan tatapan Nadia yang menelisik itu. Tetap menggandeng tangan wanita itu kembali menyusuri pantai menuju lokasi di mana mobil mereka di parkir secara sembarang.
"Tuan. Apa sebelumnya kepalamu sempat terbentur?" tanya Nadia heran.
"??????,"
...Bersambung...
tp kecolongan mulu...😆😆😆