Wijaya Kusuma adalah putra kepala desa dari sebuah desa terpencil di pegunungan, dia harus menggantikan posisi ayahnya yang meninggal dunia sebelum masa jabatannya selesai. Sesuai dengan peraturan adat, anak lelaki harus meneruskan jabatan orang tuanya yang belum selesai hingga akhir masa jabatan.
Masih muda dan belum berpengalaman, Wijaya Kusuma dihadapkan pada tantangan besar untuk menegakkan banyak peraturan desa dan menjaga kehidupan penduduk agar tetap setia pada adat istiadat para leluhur. Apakah Wijaya Kusuma mampu menjalankan amanah ini dan memimpin desanya dengan bijaksana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minchio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan dengan Raja Hutan
Dengan tekad yang kuat Wijaya Kusuma memulai perjalananya menuju Air Terjun Naga, menemui sang guru spiritual yang katanya tinggal disekitar air terjun itu. Meskipun tidak tahu letak pastinya yang entah di mana, Wijaya melangkah menyusuri hutan larangan tanpa rasa ragu sedikit pun. Hutan larangan dipenuhi dengan pepohonan yang tinggi dan rimbun, membuat sinar matahari sulit menembus ke dalam. Apalagi hutan ini tak pernah disentuh oleh warga desa karena larangan masuk yang sudah ada secara turun menurun.
Selama menyusuri hutan larangan, Wijaya tidak pernah berhenti untuk beristirahat. Dia memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanannya dan mengabaikan rasa lapar karena semenjak pagi tadi belum sarapan. Setelah beberapa jam berjalan, dia merasakan sesuatuyang aneh, perasaannya pun mulai terasa tidak enak. Dari balik semak-semak seperti ada sesuatu yang mengawasi dirinya. Wijaya lalu fokus menatap sekitar dan saat pandangan matanya menatap ke permukaan tanah yang lembab dia melihat jejak kaki besar di tanah.
"Ini jejak kaki harimau, ya. tidak heran jika di tempat ini ada harimau karena hutan ini masih sangat alami dan jarang dilalui orang, sepertinya hewan ini tengah mengikutiku dari balik semak-semak," ucap Wijaya dalam hati.
Benar saja, sesaat setelah dia melihat jejak kaki raja hutan, yang merupakan jejak kaki harimau, tiba-tiba terdengar suara geraman rendah dari balik semak belukar. Parang yang dia genggam untuk menebas tanaman diacungkan ke atas dengan posisi waspada dia akan menebas harimau itu jika hewan itu benar-benar menerkamnya dengan tiba-tiba.
Meskipun dalam kondisi waspada, Wijaya Kusuma mencoba untuk tidak takut, dia berdiri tegak dan berputar melihat sekeliling. Tiba-tiba dari balik semak belukar si raja hutan penunggu hutan larangan muncul dengan tenang namun sorot matanya menatap tajam pada Wijaya Kusuma seolah dia tengah bersiap mengunci target dan bersiap menyerang.
Saat Wijaya berencana menyerang hewan buas itu dengan parangnya, sebuah bisikan lembut terdengar di kupingnya, "Jangan ditebas, tapi tunjukan rasa hormatmu padanya," bisikan itu terdengar halus dan lembut di kuping kanan Wijaya Kusuma. "Wijaya, aku adalah leluhurmu yang sudah membantumu saat kamu diserang oleh mahkluk kiriman desa tetangga."
Jantung Wijaya seketika berdegup kencang mendengar bisikan itu yang menyebut mahkluk yang meneror warga adalah kiriman dari desa tetangga, Wijaya tiba-tiba menjatuhkan parangnya ke atas tanah dia pun bersujud di hadapan harimau itu, "izinkan sya untuk lewat, saya ingin berguru ilmu kanuragan untuk melindungi desa adat dari marabahaya," kata Wijaya dalam hatinya.
Harimau itu mengaum dengan kencang, suaranya menggelegar dan membuat burung-burung disekitar ketakutan dan berterbangan. Harimau itu kembali mengaum untuk kedua kalinya lalu tiba-tiba berjalan melewati Wijaya Kusuma. Saat harimau itu lewat disamping tubuh Wijaya lalu Wijaya Kusuma kembali berbicara dalam hatinya, "Terima kasih sudah memberi jalan,'' dalam bahasa sunda.
Wijaya dapat merasakan jejak harimau besar itu yang melewati dirinya dan seketika keberadaanya hilang entah kemana, Wjijaya lalu bangun dan menatap ke belakang. Setelah harimau itu lenyap dia mulai merasakan ketenangan lagi dan bisa melanjutkan perjalanannya menuju Air Terjun Naga. Saat Wijaya bangkit dan mengambil lagi parangnya dia mulai berfikir: mempertanyakan sosok harimau tadi, apakah benar harimau yang nyata atau sosok tersebut adalah harimau gaib penunggu hutan larangan ini.