Maulidya Alissa Agraham, atau yang kerap disapa Lidya, gadis 20 tahun yang mati ketika menjalani sebuah misi. Hidupnya yang dipikir sudah berakhir justru malah terbangun di raga seorang gadis didunia lain yang dikenal buruk dalam beretika. Sikapnya yang pemalu dan tidak percaya diri membuatnya diolok-olok oleh bangsawan lain.
Namun sebuah perubahan terjadi ketika gadis itu terbangun dari pingsannya. Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi tegas dan tidak mudah ditindas membawa kehebohan besar diseluruh Kekaisaran. Mereka yang menghinanya dulu kini berlutut memohon ampunan. Para pelayan yang merendahkannya terbujur kaku dengan kepala yang terpisah. Ditambah lagi, kedatangan Lidya saat itu membawa banyak perubahan sejarah di seluruh Kekaisaran.
Misinya adalah menjadi wanita terkaya disana
Namun apadaya jika semua laki-laki justru tertarik padanya?
Dan, takdir? Apakah benda ini benar nyata?
Semua keanehan ini..
Tidak masuk akal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atiiqah Alysia Hudzaifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 | Satu hari bersama para kesatria
Lidya saat ini sedang berada tak jauh dari barak kesatria. Tempat dimana para kesatria keluarga Velvord sedang berlatih. Jika kalian bertanya dimana Meylin berada, anak itu sedang ia beri tugas untuk melakukan sesuatu yang tidak perlu kalian ketahui. Untuk sekarang~
Ngomong-ngomong, Lidya terlihat tertarik melihat mereka sekarang. Selain menyenangkan melihat para kesatria latihan, perempuan dewasa sepertinya bisa sekaligus cuci mata.
Mwehehehe
Bercanda
Hanya beberapa roti sobek tidak masalah.
Dulu dia terbiasa melatih bawahannya kerika masih menjadi ketua Graventas dulu. Tubuh toples mereka menjadi makanannya setiap hari. Jadi kalau hanya untuk melihat para kesatria seperti mereka saja, itu tidak cukup untuk menggoda Lidya.
Lidya berada didepan pintu masuk barak itu, mereka yang sibuk berlatih tidak menyadarinya. Namun beberapa saat kemudian, salah satu kesatria disana yang Lidya yakini tengah beristirahat melihat ke-arahnya.
'Bukankah itu Lady Gricella?' batinnya bertanya-tanya dan tidak yakin lantaran tempat yang dia singgahi saat ini cukup jauh dari lokasi Lidya berdiri. Dia memusatkan matanya lalu melotot terkejut.
"Lady!! Itu Lady Gricella!!" Serunya seraya menunjuk Lidya. Semuanya berhenti sejenak mendengar seruannya
Lady?
Maksudmu Lady Gricella?
Dimana??
Mana? Dimana Lady?
Kesatria itu mengabaikan pertanyaan teman-temannya. Dia lantas bangkit dan dengan terburu-buru berlari mendekati Lidya.
Sampai didepannya, Kesatria itu membungkuk menyamai tingginya pada Lidya yang memang tidak sampai dadanya "Lady.. Ada keperluan apa anda kemari?? Apa Lady butuh sesuatu?" Tanya kesatria tersebut ramah tapi dengan keringat bercucuran menambah kadar ketampanan pada wajahnya.
Semua temannya yang sejak tadi melihat kepergiannya 'pun ikut melotot.
Itu benar-benar Lady!!
Cepat rapikan pakaianmu!!
Dimana bajuku!
Heyy itu bajuku!!
Berhenti kau, sialan!!!
Lidya tertawa melihat keributan yang terjadi karena ulahnya. Sedangkan kesatria didepannya yang melihat tingkah memalukan teman-temannya 'pun geram memejamkan matanya malu.
Dia lalu berucap tak enak "Maaf Lady, semuanya terlihat berantakan. Seandainya Lady mengatakan akan datang kemari, kami pasti akan menyiapkan sebuah sambutan untuk lady."
Lidya tertawa pelan, dia lalu mendongak menatap kesatria yang memang jauh lebih tinggi darinya. Lidya ingat wajah ini. Dia adalah salah satu kesatria yang menjaganya saat membeli gaun kemarin. Kesatria ini... Merupakan seorang Archer kalau tidak salah.
"Tidak perlu seperti itu, sir....?"
"Cukup panggil saya Louis, lady." Ucapnya dengan hormat
"Baiklah, Louis. Tidak perlu melakukan hal itu. Lagipula aku memang kemari hanya ingin melihat kalian para kesatria berlatih. Jadi bersikaplah biasanya saja seolah aku tidak ada." Ucap Lidya.
Seusai mengatakan itu, beberapa kesatria lain yang telah bersiap langsung mengerubuninya.
Dengan kompak mereka menunduk
"SALAM KEPADA LADY GRICELLA, MAAF KARENA KAMI MEMBUAT LADY MENUNGGU LAMA. KAMI PANTAS DIHUKUM."
Lidya terkejut 'apa yang... '
Lidya menutup matanya mencoba menenangkan dirinya "bangunlah, kalian!"
Kompak semuanya bangkit dan wajah mereka terlihat ehmm.. Tegang?
"Kenapa kalian sangat tegang?“
Mereka saling melirik satu sama lain. Lalu salah satu dari mereka maju.
"Ehm.. Maaf jika sikap kami mengganggu lady. Kami hanya... Sedikit gugup."
Kesatria lain nampak protes mendengar ucapan temannya, kemudian dengan cepat salah satu dari mencoba menyanggah
"Tidak, bukan seperti itu, lady! Kami.. Kami hanya terlalu lelah."
Plak
"Bodoh! Jika yang mulia mendengarnya kau akan dihukum lagi." Seru salah satu temannya
Mengabaikan mereka, Kesatria lainnya bertanya "Lady, ada urusan apa anda kemari?"
"Lady kenapa tidak memberi pemberitahuan akan kemari? Kami bisa menyiapkan sesuatu untuk anda."
"Lady.. "
"Lady.. "
"Hentikan!" Ucap seseorang dengan nada memerintah yang mana membuat semua orang terdiam
S e n y a p
Pandangan mereka terfokus pada seorang kesatria yang mendekat kearah mereka. Mereka sekilas menunduk hormat
"Maaf, kepala kesatria. Kami hanya terlalu terkejut karena lady yang tiba-tiba kemari."
Pria yang dipanggil kepala kesatria itu menatap tajam kesatria yang sebelumnya berbicara. Kesatria itu lantas menunduk.
Orang yang dipanggil Kepala kesatria itu lantas menunduk pada Lidya "salam Lady. Nama saya Charles, saya kepala kesatria disini. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Lady di tempat ini."
Lidya tersenyum "senang bertemu denganmu, Charles. Bangunlah!"
Ketika pria yang dipanggil Charles itu bangun, Lidya baru benar-benar bisa melihat wajahnya. Pria ini cukup tampan, dan ciri khas wajahnya ada di bekas luka sayatan yang melintang dibagian hidungnya.
Charles terlihat ragu, namun dia mencoba untuk tetap bicara
"Lady, maaf bila pertanyaan saya menyinggung. Kalau boleh tau, ada tujuan apa Lady kemari?"
Lidya kembali tersenyum "tidak ada hal khusus, aku awalnya sedang berjalan-jalan berkeliling kediaman ini, lalu tanpa sengaja melihat tempat ini. Saat ku dekati rupanya ini tempat para kesatria berlatih. Awalnya aku hanya berniat melihat seperti apa kesatria berlatih namun tidak ku sangka kedatangan ku malah mengganggu kalian disini." Jelas Lady dengan senyum tak enak. Lidya lalu kembali melanjutkan
"Karena itu, aku berencana akan langsung kembali. Jadi maaf mengganggu kalian, kalian bisa melanjutkan latihannya, aku akan pergi." Belum sempat berbalik, para kesatria disana langsung berteriak menahannya.
"Tidak lady! Anda sama sekali tidak mengganggu!!"
"Kami senang lady kemari, kami hanya sedikit gugup tadi."
"Benar! Baru kali ini ada yang melihat kami latihan kecuali para kesatria sendiri dan Duke juga tuan Hendrick."
"Jika lady ingin melihat para kesatria latihan, tidak masalah."
"Justru kami merasa terhormat bisa dilihat lady."
"Itu benar"
"Benar"
Lidya terlihat ragu "kalian yakin.. ??"
Mereka mengangguk semangat "TENTU SAJA!!"
Charles tersenyum tipis "bagaimana lady?"
Lidya sedikit meringis "kurasa aku akan disini sebentar." Ucapnya disambut sorakan semangat para kesatria.
Charles berbalik lalu melangkah lebih dulu berniat mengarahkan jalan untuk Lidya "kalau begitu, silahkan lady ikuti saya. Mari.."
Lidya mengikuti Charles didepannya. Pandangannya mengedar melihat seluk beluk barak kesatria ini. Tempatnya sangat luas dan lokasinya berada diluar ruangan. Lidya duduk di salah satu kursi yang ada disana. Tepatnya dibawah pohon yang rindang dengan ditemani beberapa cemilan ringan disana.
Lidya mengernyit "kalian sudah mempersiapkan ini?" Tanya lidya.
Charles tersenyum "tadi ketika saya mendengar anda kemari, cepat-cepat saya memerintahkan para pelayan untuk membawa camilan kesini." Jelasnya
Lidya mangut lalu meringis tak enak "padahal tidak perlu seperti itu. Aku hanya ingin melihat kalian latihan saja, bukan untuk bersantai."
"Suatu kehormatan bisa diperhatikan oleh anda, tapi kami akan merasa tidak enak bila lady tidak dijamu dengan baik disini."
Lidya membuang nafasnya "yasudah kalau begitu."
Charles tersenyum "kalau begitu saya izin kesana untuk melatih mereka, lady."
Lidya mengangguk mengizinkan "silahkan, Charles."
Setelah Charles benar-benar pergi, Lagi-lagi Lidya menghela nafas "mereka masih terlalu kaku denganku." Gumamnya.
Pandangannya mengedar melihat satu persatu tempat disini. Barak ini sangat lengkap. Tempatnya juga luas. Ditengah-tengah terlihat aula untuk para kesatria berduel menguji kemampuan mereka. Disekitarnya dipasang pembatas yang tidak terlalu tinggi. Lalu ada juga tempat memanah disini. Pedang pedang yang disusun dan... Wah apa itu?
Apakah itu sihir?
Luar biasa
Kapan kira-kira aku bisa belajar sihir, pikir lidya
Tatapannya lalu jatuh pada sekelompok kesatria yang tengah beristirahat tidak jauh dari tempatnya berada.
Lidya tersenyum, mungkin pendekatan kita bisa dimulai dari sini.
Lidya bangkit, membawa beberapa piring camilan di kedua tangannya lalu melangkah mendekati mereka.
Mereka awalnya tidak sadar, namun seseorang sadar akan kehadiran Lidya lebih dulu.
"Lady! Anda kemari?"
"Ha? Lady?"
"Lady, anda membutuhkan sesuatu?"
"Jika butuh sesuatu cukup katakan saja pada kami."
Ucap mereka serempak. Lidya meringis dalam hati.
'Astaga sejak tadi para kesatria ini membuat kupingku nyut-nyutan.' ringisnya dalam hati
Lidya tersenyum lemah "boleh aku gabung disini?"
Mereka melotot "ah, te--tentu Lady. Kenapa tidak boleh. Kemari Lady, kemari. Ah sebentar, izinkan saya mengambil kursi dulu untuk anda dudu----- ladyy!!!" Teriak salah satu dari mereka melihat nona mereka duduk lesehan ditanah bersama mereka
"Astaga Lady, kenapa anda duduk seperti itu."
"Lady, saya akan mengambil kursi sebentar, bertahanlah."
Apakah ada bata disini? Ingin sekali Lidya menyumpal mulut mereka dengan bata merah didunia nya. Kenapa heboh sekali sihh..
"Tenanglah.... Aku memang sejak awal ingin duduk disini, seperti ini, bersama kalian." Ucap Lidya dengan senyum manis dengan tangannya yang tak henti meletakkan banyak camilan didepan mereka.
"Ini, makanlah." Ucapnya
Mereka diam, lalu saling tatap.
"Astaga Lady.. Kenapa anda membawa sendiri camilan nya kemari?? Setidaknya suruh saja salah satu dari kami untuk melakukannya." Ucap salah satu dari mereka lagi heboh.
Sekali lagi, ingin sekali ia jedotkan kepala mereka di aspal saat ini. Kenapa sebegitunya sihh.
Lidya membuang nafasnya lelah "Tidak masalah, hanya membawa beberapa piring camilan tidak akan membuat tulangku patah."
"TETAP SAJA!!" Ucap mereka kompak.
Lidya tersentak
Astaga..
Lidya memejamkan matanya seraya mengelus dada. Tak lama kemudian, sebuah ide muncul di benaknya.
Boleh dicoba
"Kalian... Tau, tujuanku kemari untuk apa?" Tanya Lidya dengan senyum yang terkesan sedih
Mereka saling tatap "untuk melihat kami latihan." Ucap polos salah satu kesatria disana.
Lidya menggeram kesal 'enggak salah.. Tapi, yasudahlah.'
Lidya mencoba mengeluarkan kemampuan acting sedihnya "Itu benar.. Tapi ada satu hal lagi yang kupikirkan saat melihat kalian latihan bersama."
Mereka menatap penasaran Lidya.
"Aku..... Hanya ingin memiliki teman."
....
H e n i n g ~
....
Sekilas Lidya melihat wajah mereka yang melebarkan matanya menatap dia tak percaya. Lidya lalu menunduk melanjutkan actingnya
"Kalian tau bagaimana kehidupanku dikediaman selama ini, bukan." Mereka kembali memusatkan perhatian mereka pada Lidya yang menunduk memulai cerita.
"Setelah mereka semua diganti, kupikir aku akhirnya bisa mendapatkan teman ditambah ayah juga sudah mulai menunjukkan perhatiannya padaku. Namun saat aku mulai dekat dengan beberapa pelayan, rupanya mereka sama saja. Ketika didepanku mereka sangat baik seolah mereka bisa menjadi kakakku sendiri, namun saat aku diam-diam mendengar pembicaraan mereka, rupanya sama saja. Mereka hanya baik didepanku tetapi sangat membenciku dibelakang." Jelas Lidya yang tentu saja sebuah sandiwara.
Jika boleh jujur, para pelayan saat ini sudah cukup ramah dimatanya. Lidya sudah memiliki cukup banyak teman pelayan, dan yang terlihat membencinya sejak awal, sama sekali tidak Lidya dekati. Buang-buang energi!
Tapi mau bagaimana lagi. Salah satu Trik untuk mendekati orang kuat adalah dengan menjadi lemah. Mereka akan secara otomatis menumbuhkan rasa melindungi seseorang yang menurut mereka lemah dan pantas dilindungi. Karena itu, mau tidak mau, Lidya setidaknya harus sesekali bertingkah lemah dihadapan beberapa orang termasuk mereka, para kesatria.
Bayangkan ketika mereka, para kesatria melihat nona yang selama ini terkenal lemah tiba-tiba menjadi kuat dalam sekejab ketika seluruh perhatian memang sedang berpusat padanya. Bukankah jelas sekali semua orang akan berpikir dia menjadi sombong karena dukungan ayahnya itu?
Karena itu, sedikit saja, dia harus menunjukkan suatu kelemahannya pada beberapa orang. Dan tentu saja ini sudah dia pertimbangkan sebelumnya.
Kembali lagi..
Mereka disana yang memang belum kenal dekat dengan pelayan baru pun memandang kasihan Lidya. Bahkan beberapa kesatria lainnya yang melihat diamnya rombongan yang terkenal berisik, akhirnya mulai penasaran dan ikut mendekat.
Lidya yang dirasakan rencananya berjalan baik kembali melanjutkan "Karena itu aku lebih sering membaca buku di taman ataupun berjalan-jalan dikediaman. Saat aku melihat kalian para kesatria berlatih bersama disini, dan saling bertukar cerita, tertawa bersama saat istirahat, benar-benar membuatku iri."
Mereka kembali saling pandang. Kesatria yang baru datang pun juga ikut merasakan atmosfer tidak enak meskipun baru masuk pertengahan cerita.
"Karena itu kupikir jika bersama kalian mungkin aku bisa benar-benar mendapat seorang teman. Tapi rupanya kalian juga kurang nyaman bersamaku. Kalian pasti takut jika melakukan kesalahan padaku, akan diketahui duke lalu diberikan hukuman. Padahal aku hanya ingin seorang teman yang apa adanya, tanpa memandang status karena kita sama. Sama-sama manusia. Hanya saja.. Ternyata impianku sangat tinggi ya.."
Mereka memasang wajah tidak enak lalu kembali saling pandang
Nona... Jadi selama ini dia hanya kesepian..
Rencananya sudah berjalan lancar. Tinggal mengeluarkan kartu AS nya makan semua akan berhasil. Lidya yang menunduk sejak tadi diam-diam mencoba mengeluarkan air matanya. Matanya mengedip berkali-kali berharap semoga ada satu tetes yang keluar. Namun usahanya sia-sia.
Dia mengumpat dalam hati
'Astaga... Bendungan air mataku ini benar-benar kering! Acting ku menjadi orang yang tersakiti sangat sulit, astagaaa. Bagaimana bisa para pickme sering melakukan hal ini. Dari awal memang inilah kelemahanku!'
Akhirnya pilihan terakhirnya datang. Lidya menutup mulutnya mencoba mengeluarkan tangis tersedu-sedu, lalu diam-diam kukunya ia tancapkan pada pinggiran matanya berharap perih yang dihasilkan dapat memancing air mata untuk keluar.
'Perih bangsat!'
Lidya benar-benar menangis dalam hati 'seniat ini gue astaga... Demi menjadi protagonis yang tersakiti, segala hal gue lakuin. Respect to you guys para pickme girls.'
Usahanya membuahkan hasil. Matanya memerah, nyaris berdarah malah. Airmatanya keluar dan actingnya kembali dimulai. Lidya mendongak, menunjukkan wajahnya terlihat sedikit sembab. Hidung memerah karena Lidya tekan, mata memerah karena tertusuk kuku dan suara yang menambah kesan menyedihkan karena memang sedang menangis dalam hati.
Semua kesatria yang melihatnya tertegun terlebih ketika mendengar ucapan Lidya selanjutnya.
"Maaf.. Hik, aku minta maaf karena mengganggu kalian. Bukan maksudku begitu, aku hanya ingin... Teman." Ucap Lidya tersedu-sedu.
Tanpa sadar tubuh Lidya merinding mendengar ucapannya.
'Bangsat! Kalo emang gak punya teman yaudah sihh.. Kalo kalian kaya, mereka langsung jadi lintah. Buat apa temen tapi nikung dari belakang! Percaya sama diri sendiri aja! Temen bakal datang sendiri kalo kalian sukses! Jadi jangan bodoh ya anak-anak..'
Kesatria disana gelagapan.. Mereka jadi semakin tak enak melihat Lidya yang menangis. Akhirnya Louis yang juga ada disana berbicara.
"Lady.. Jangan menangis lagi ya.. Kami sama sekali tidak merasa begitu." Ucapnya. Lalu pandangannya beralih pada camilan yang sebelumnya dibawa Lidya.
"Lady lihat ini"
Lidya mendongak menatapnya, Louis yang mengetahui itu kemudian mengambil satu makanan itu lalu kembali berkata. "Lihat, ini adalah bukti bahwa kita sudah berteman." Ucapnya kemudian memakan camilan ditangannya.
Lidya terkejut saat tangannya diambil alih oleh Louis. Louis menggerakkan tangan mereka keatas kebawah dengan cepat
"Dan mulai sekarang, kita teman!" Ucapnya dengan senyum menawan.
Senyum Lidya mulai mengembang 'astaga lucu sekali...'
Lidya menggosok matanya yang memang sudah tidak keluar air mata. Dalam hati dia meringis 'astaga.. Aku payah sekali dengan peran tersakiti begini'
"Baiklah Louis, mulai sekarang kita teman!" Ujar Lidya semangat.
Para kesatria yang melihatnya mulai mengerti dengan permainan Louis, dan saat itu juga semuanya kacau. Mereka berebutan mengambil camilan yang dibawa Lidya lalu memakannya cepat. Tak lupa mereka juga bersalaman dengan Lidya seraya memperkenalkan diri mereka.
"Lady, perkenalkan nama saya Delta!"
"Saya Gustaf."
"Saya Alan, Lady. Panggil saja Alan."
"Bodoh! Kau memperkenalkan dirimu Alan, tentu saja dipanggil Alan! Nah Lady, namaku Alvin! Gadis-gadis selalu memanggilku tampan. Tapi khusus Lady boleh memanggilku sayang."
Plak
"Aww"
"Dasar bodoh!"
"Alan sialan! Apa maksudmu ha?!"
"Kau itu.. Bla bla bla"
"Dasar! Didepan Lady kalian masih saja bertengkar! Lady! Saya Bobby. Panggil saja Bob!"
"Saya David, lady. Lady ingat? Saya yang mengantar lady kemarin"
"Saya Frank, lady. Terserah lady mau memanggil saya apa. Sa--"
"Tidak perlu mendengarnya! Joseph! Nama saya Joseph!"
"Nama saya Grant, Lady. Senang berteman dengan anda"
"Nama saya paling keren. Fullerton.. Hehehe"
"Saya Nico. Apa Lady masih mengingat saya?"
"Nama saya Paulo, Lady. Jangan sungkan bila membutuhkan pertolongan. Saya siap kapanpun anda butuh."
"Aaron." Singkat, padat, Aaron.
Wkwk
.
.
.
To be Continued_
dan jgn bikin cerita baru dl.
selesain tugas, trs lanjut up yg banyak ya..