"Ahhh, sakit sekali. Apa yang kau lakukan?”
“Maaf, aku tidak sengaja.”
“Aku tidak akan memaafkanmu, kecuali kamu bertanggungjawab atas apa yang terjadi padaku.”
“Ya. Kalau perlu Aku akan menikahimu!” Siapa yang akan menyangka perkataan tanpa pikir panjang itu, mendatangnya kepada masalah yang rumit dan mengubah hidupnya sangat jauh hingga tak ada jalan untuk kembali.
Kecelakaan hari itu, membawa mereka berdua pada ikatan paksa bernama pernikahan.
____
Pernikahan yang semula indah dan damai seolah pernikahan pada umumnya, hingga Ia lupa, bagaimana pun Ia adalah penyebab kehancuran suaminya. Ia layak untuk di benci.
Kau bersabar atas luka di sekujur tubuhmu
Aku bersabar atas sikapmu yang menyakitiku.
Jika kau tak pernah selembut itu mungkin perubahanmu tak begitu menyakitiku. Figuremu di hatiku seindah itu, sebelum sifatmu berubah membekukanku.
#Nikahpaksa
#Cintahadirkarnaterbiasa
Jangan lupa tinggalkan tanda di setiap partnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Light_Ryn23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Kabar?
Terlihat seorang perempuan yang sedang membantu Suaminya duduk di kursi meja makan dengan memapahnya. Di hari Ahad pagi yang terang, setelah berbicara dengan intens bersama suaminya. Kondisi Fidzah mulai membaik, terlihat wajahnya yang terlihat sumringah di pagi ini. Walau di hatinya masih ada rasa bersalah.
Beberapa Makanan sudah terlihat tersaji diatas meja hanya ada beberapa yang belum tersusun. Fidzah sedang menyiapkan sarapan di meja makan hanya tinggal menyusun beberapa hidangan yang sudah dimasak oleh Mamanya.
Kegiatan rutin dipagi hari keluarga ini. Yaitu Sarapan bersama dengan Nasi dan lauk-pauk alias makan dengan makanan berat. Berkumpul makan bersama, sembari berbincang kecil sebelum memulai hari dengan kegiatan masing-masing.
Fidzah telah membagikan nasi keenam buah piring yang sudah diletakkan di depan tiap-tiap kursi. Tak lama Papa dan Mama datang dan duduk di kursi masing-masing, begitupun dengan Jefri dan Nadya.
Papa memulai Sarapan paginya dengan memimpin doa. Jefri bukannya menikmati makanannya setelah mengucap Aamiin, Ia justru berjalan menuju Kulkas mencari Apel kesukaannya.
"Nad. Kamu Ya yang makan Apelku?" Jefri membawa satu biji Apel di tangannya dengan terus menggerutu pada Nadya, karna Ini adalah Apel terakhir yang tersisa.
"Iya. Bagi-bagi kali Frii,"Jawab Nadya ringan tak menghiraukan lelaki yang terus menatap tajam itu.
"Udah Frii, Nanti beli lagi."Lerai Mama. Keduanya seakan tak bosan berdebat di pagi hari saat sarapan dan dijadikan keharusan.
Yamani diam menikmati sarapannya. Menikmati kebersamaan di keluarga Istrinya ini. Sangat jarang dirinya bisa berkumpul bersama dengan kedua orangtuanya dulu, Baik karna Mereka sibuk atau Yamani yang di pondok.
Papa mertuanya terlihat diam dalam makannya, berbeda dengan Istrinya yang duduk berdampingan sama OM-tercintanya, Mereka sibuk bisik-bisik walaupun kadang masih terdengar.
"Hust. Kaa, kamu ada nelpon dia gak?"
Setelah menelan Makanan di mulutnya Fidzah menoleh menatap ke samping kirinya tempat Jefri duduk. Yamani duduk di samping kanannya.
"Gak ada. Kan baru sembuh."
Jefri menanggapinya dengan mengangguk, mereka terus berbisik bahkan atas perkara yang tidak penting.
"Jefrii, Hafidzah. Cepat selesaikan makan!"Pinta Papa sambil mengusap mulutnya dengan tisu karna beliau sudah selesai Makan. Sedangkan Adik dan Anaknya itu masih asik mengobrol, bahkan separo saja tidak sampai mereka makan lagi..
Jefri dan Fidzah lekas menunduk dan meneruskan makan mereka hingga selesai. Fidzah membantu Mama membersihkan meja makan, sedang Nadya membantu mencuci piring. Jefri Laki-laki itu sedang bersandar di belakang kulkas dengan memakan Apelnya yang tinggal sedikit.
Yamani sudah duduk di depan dengan Papa, entah apa yang sedang dibicarakan. Setelah Fidzah menyelesaikan acara bersih-bersihnya, Ia menghampiri Jefri dan menginjak kakinya sebelum berlalu menuju halaman belakang tanpa rasa bersalah. Jefri terbelalak kaget, mengusap kakinya sambil menatap tajam Sang keponakan yang berbuat usil kepadanya.
Fidzah sedang memainkan ponselnya dan menonton story kontak WA-nya. Hingga dibar status Hasan yang menampilkan Foto laki-laki itu sedang tersenyum miring dan menatap dengan mata tajamnya, Peci putih yang hanya menempel dikepala, T-shirt warna maron dan sarung yang menempel dibadannya. Memang Fashionnya begitu, Ala santri.
Kak Hasan
^^^Kalem dikit My bro^^^
Pesan terkirim kepada Hasan atas komenan statusnya, hanya conteng dua abu-abu. Kelihatannya Hasan sedang Offline entah sejak kapan, Fidzah tak dapat melihatnya karna dia sendiri yang mematikan notifikasi terlihatnya.
Tak lama panggilan masuk dari nomer luar Negri, Siapa lagi yang menelponnya kalau bukan Satria. Dengan senyum lebar, dia mengangkat panggilan itu sambil melangkahkan kaki, menuju pendopo belakang rumah tempat mereka ngerujak kemarin.
"Gimana, Lancar?"
"Alhamdulillah. Semua berjalan sesuai rencana,"
"Aku rasa tidak semua..."
"Hah?"
"Rencana kita, berakhir ditengah jalan."
"Maaf."
Hening tak ada pembicaraan, keduanya diam cukup lama. Di waktu yang sama di tempat yang berbeda, keduanya menatap langit yang sama, dengan mengenggam Handphone di telinga. Berkelut dengan pikiran masing-masing. Satria menghela nafas panjang saat mendengar isak tangis di sebrang telpon sana.
"Kenapaa?"
"Kangen."
"Lagi duduk di pendopo, benar?"
"Huum."
"Kangen orangnya, Apa kangen belajarnya?"
"Dua-duanya."
"Sekarang mau belajar? Ambil Kitabnya Sana!"
"Nanti aja." Fidzah menoleh ke belakang, mencari suaminya. Ia tak mendapati suaminya, mungkin masih asik PDKT dengan Papanya.
"Kenapa? Takut sama suami?"
"Engga kok. Gak mungkinlah Dia marah."
"Yaudah, sore aja nanti. Di sini juga udah mulai terang, ambil tabletnya belajar nanti Aku VC."
"Rasanya berat tanpa Kakak. Aku gak bisa, aku mau nyerah aja nyusul Kakak kesana."
Tak ada sahutan dari Satria, Ia hanya diam mendengarkan. Bertahun-tahun dia hidup berdampingan, tentu Ia faham betul keadaan perempuan itu. Saat rengekannya telah dibarengi dengan panggilan Kakak, maka Satria tidak akan kuasa menolaknya, dan sebisa mungkin dia akan kabulkan. Namun, di kondisi sekarang ini Satria bisa apa?
"Papa bilang, rencana Umrohmu batal. Kita gak jadi ketemu di Madinah. Semua kembali kerencana semula, Kakak udah resmi jadi Mahasiswa Al-Ahqaff. Daurohmu ditunda, gak tau sampai kapan."
Universitas Al-Ahgaff berpusat di kota Mukalla ibukota propinsi Hadhramaut Republik Yaman. Sebagian besar komponen yang dimiliki Universitas Al-Ahgaff, seperti fakultas-fakultas, language center atau kelas persiapan bagi mahasiswa baru, dan gedung rektorat, semua berada di kota yang berada di semenanjung arab ini.
Hanya Fakultas Syariah dan Hukum saja yang berada di kota Tarem. Hal ini dilakukan guna terwujudnya pendidikan syariah yang tidak diperoleh dari bangku kuliah saja, namun juga didapat melalui lingkungan yang agamis dan ilmiah. Mengingat bahwa kota ini terkenal sebagai kota ilmu dan ulama’. Bahkan kota yang terletak sekitar 300 KM dari kota Mukalla itu oleh ISESCO (Islamic Educational, Scientific And Cultural Organization) telah dinobatkan sebagai Ibu Kota Budaya Islam (Capital Of Islamic Culture) sejak tahun 2010
Faktor sosial budaya kemasyarakatan kota ini sangat mendukung untuk dijadikan sebagai tempat mendalami ilmu agama. Ditambah lagi faktor sejarah yang mencatat bahwa dari sinilah islam di beberapa belahan dunia, seperti Asia dan Afrika, disebarkan dan berkembang dengan pesat berkat kegigihan dan keikhlasan para tokohnya dalam berdakwah.
Fakultas Syaria’ah & Hukum Di Kota Tarim
Universitas Al-Ahgaff berdiri sebagai langkah nyata dari gagasan para ulama’ terkemuka yang dipelopori oleh Al-Allamah Al-Habib Abdulloh bin Mahfudz Al-Haddad (Alm), Mufti Provinsi Hadramaut kala itu demi terwujudnya tujuan utama yaitu membangun sarana pendidikan Islam yang bermutu bagi masyarakat Muslim dunia dengan pola pendidikan yang mampu mencetak sarjana Muslim yang prospektif dan mumpuni dalam segala aspek kehidupan, yang berasaskan ruh Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah.
Universitas ini resmi berdiri pada tahun 1994 melalui SK Mentri Pendidikan Yaman Nomor : 5 tanggal 8 Februari Tahun 1994. Dan pada tahun 1995 universitas Al-Ahgaff resmi menjadi anggota Persatuan Universitas Liga Arab dan juga anggota Asosiasi Universitas-universitas Islam.
.
.
.
Satu Vote dan like kalian membantu menyemangati kami dalam menulis
Dan sedikit Hadiah kalian sangat berarti untuk kami memperbaiki tulisan dan menyajikan bacaan yang lebih berkualitas dengan mempunyai tablet sebagai Fasilitas.
Terima kasih telah membaca, jangan lupa tinggalkan tanda like dan hadiahnya 🌻
Cinta yang rela menunggu, tapi bukan sebagai kekasihmu 🤕
Ditunggu Partnya Satriaa ya Thor