NovelToon NovelToon
Lovestruck In The City

Lovestruck In The City

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Keluarga / Karir / Romansa / Bapak rumah tangga / Office Romance
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Bagi beberapa orang, Jakarta adalah tempat menaruh harapan. Tempat mewujudkan beragam asa yang dirajut sedemikian rupa dari kampung halaman.

Namun, bagi Ageeta Mehrani, Jakarta lebih dari itu. Ia adalah kolase dari banyak kejadian. Tempatnya menangis dan tertawa. Tempatnya jatuh, untuk kemudian bangkit lagi dengan kaki-kaki yang tumbuh lebih hebat. Juga, tempatnya menemukan cinta dan mimpi-mimpi baru.

“Kata siapa Ibukota lebih kejam daripada ibu tiri? Kalau katamu begitu, mungkin kamu belum bertemu dengan seseorang yang akan membuatmu menyadari bahwa Jakarta bukan sekadar kota bising penuh debu.”—Ageeta Mehrani, 2024

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chaotic

Sungguh tidak habis pikir Theresa dibuat oleh kelakuan anaknya. Setelah kemarin membuat lega dengan membawa Ageeta ke rumah, kini Reno malah pulang membawa sebuah masalah. Pukul setengah tiga dini hari. Camkan sekali lagi, pukul setengah tiga dini hari, anaknya itu datang membawa perempuan yang selama bertahun-tahun telah membuat hidupnya menjadi tidak keruan. Yang dia pikir sudah berhasil Reno lupakan dan tidak akan pernah lagi dibawa-bawa ke hadapan.

“Biarin Clarissa nginep di sini dulu, ya, Mi.”

“Terserah. Ini rumah kamu, Mami nggak punya hak untuk melarang.” Sesaat setelah menjawab ketus, Theresa balik badan. Walaupun cukup penasaran kenapa putranya bisa membawa Clarissa ke rumah mereka sekarang, kekesalan di hatinya masih jauh lebih besar. Jadi daripada jiwa bar-barnya keluar lagi dan dia berakhir berbuat onar, lebih baik segera menghindar.

Theresa mengayun langkahnya lebar-lebar. Alih-alih ke kamarnya sendiri, ia berbelok ke kamar tamu di lantai atas. Satu kamar tamu yang bekas ditiduri Ageeta kemarin. Dia akan tidur di sana, supaya Clarissa bisa tidur di kamar lain dan tidak membuat jejak yang Ageeta tinggalkan pudar begitu saja.

“Udah bagus dapat yang lebih muda dan lebih cantik, malah milih balik sama masa lalu!” gerutunya. Ia berbalik, menatap tajam pintu kamar yang sudah ditutup rapat seakan-akan sedang menatap netra putranya secara langsung.

Bukan tanpa alasan mengapa dirinya menjadi begitu antipati terhadap perempuan bernama Clarissa itu. Pasalnya, masih teringat jelas di kepala bagaimana semuanya kacau dan kehidupan putranya berantakan. Perempuan itu pergi ketika Reno sedang semangat-semangatnya untuk merajut hidup baru, meninggalkan putranya terseok-seok sampai nyaris mati dan susah payah untuk tetap bertahan demi Scarlett. Lalu sekarang, ketika keadaan mulai kembali membaik, perempuan itu kembali lagi? Yang benar saja!

“Saya tahu bukan sepenuhnya salah kamu, tapi seharusnya kita sama-sama mengerti untuk nggak mengusik hidup satu sama lain setelah semua yang terjadi, kan?” monolognya yang kali ini ditujukan untuk Clarissa. Meski kesal dan rasanya ingin sekali mendorong perempuan itu keluar, Theresa masih menyisakan sedikit belas kasihan. Yah, ia sadar Clarissa tidak sepenuhnya bersalah. Hanya terlalu sulit untuk menerima bahwa semuanya harus dimulai lagi dari awal.

Lelah beradu dengan dirinya sendiri, Theresa mengembuskan napas panjang. Tidak ada pilihan selain naik ke ranjang dan mulai pergi tidur. Janji untuk datang ke pertemuan keluarga besok harus ditepati, dan dia tidak mungkin datang dalam keadaan kurang tidur dan marah-marah seperti ini.

Maka, usai merapatkan selimut dan menyalakan lampu tidur, Theresa mulai memejamkan mata. Tak lupa berdoa, tapi kali ini bukan hanya untuk keselamatan dirinya, putranya dan cucu tercinta, tetapi juga terselip doa agar Clarissa segera pergi dari kehidupan mereka. Berharap semoga yang kali ini, perempuan itu hanya mampir untuk berpamitan pergi selama-lamanya.

...****************...

Terasa berat dan sesak, seperti sesuatu jatuh dari langit menimpa dadanya sampai-sampai membuat dirinya kesulitan mengambil napas. Theresa membuka matanya dengan kondisi gelagapan. Berpikir sudah berada di alam lain ketika nyatanya yang dia temukan pertama kali adalah wajah cemberut cucu kesayangannya.

“Loh, kenapa cemberut?” tanyanya. Sesak yang dia rasakan berasal dari tubuh Scarlett yang menduduki dadanya, maka ia bangun perlahan dan membawa tubuh gadis kecil itu lantas mendudukkannya di ranjang.

“Papi nggak bukain pintu,” adu sang gadis.

Theresa mengernyit, tumben-tumbenan Reno mengunci pintu kamar. Cepat, kepalanya menoleh ke arah dinding, mencari-cari keberadaan jam. Sudah pukul sembilan pagi.

“Kamu tunggu di sini, biar Oma yang bangunin,” katanya. Setelah melihat Scarlett mengangguk, ia segera melompat turun dari kasur. Beralaskan slippers abu-abu dia berjalan menyambangi kamar Reno yang ada di seberang kamar tamu.

Pintu kamar putranya itu kemudian Theresa ketuk berkali-kali, sambil berkali-kali pula dia teriakkan namanya. Namun, tidak satu pun dari panggilan dan ketukannya yang dijawab.

“Ren!” serunya sekali lagi. Kali ini sudah bukan mengetuk, Theresa menggedor heboh pintu berbahan kayu jati tersebut.

Masih sama. Reno juga masih tidak memberikan jawaban. Sebagai seorang ibu, Theresa tahu betul bagaimana tabiat putranya. Tidak mungkin Reno tidur sampai sebegininya tidak bisa mendengar suara panggilan. Maka, di kepalanya, hanya ada satu kesimpulan: Reno tidak ada di dalam kamar.

Theresa berbalik cepat dengan dada dipenuhi emosi yang meluap-luap. Pikiran liar menguasai diri, jiwa cegil menggelora, siap menerjang apa saja. Kalau dugaannya benar, tidak masalah untuknya membuat keributan. Menjambak, menampar, menendang, semuanya bisa dia lakukan meski harus masuk tahanan setelahnya. Bahkan setelah kehilangan power setelah bercerai dengan suaminya, Theresa tidak pernah takut untuk melawan siapa saja yang dirasa mengganggu kenyamanannya.

Dengan langkah terayun lebar, Theresa membawa dirinya turun ke lantai satu, mendatangi kamar tamu yang ada di lantai itu dengan tekad yang kuat untuk memulai keributan. Kedua tangannya terkepal erat, gigi-giginya saling bertemu dan menimbulkan suara gemeletuk yang membuat ngilu.

Setibanya di depan pintu kamar tamu lantai satu, Theresa mengatur napasnya yang tidak beraturan. Tangannya terangkat, terayun kuat lalu mendarat di handle dan siap untuk mendobrak.

Akan tetapi, sebelum itu terjadi, suara Reno dari arah belakang tubuhnya membuatnya mengurungkan niat dan berbalik cepat. Ia memicing ke arah putranya yang memegang nampan berisi bubur dan segelas air putih.

“Mami ngapain?” tanya Reno. Ini adalah pengulangan, lelaki itu sudah menanyakannya sebelumnya.

“Tidur di mana kamu semalam?” todong Theresa, tanpa tedeng aling-aling.

“Kok Mami nanya gitu?”

“Tidur di mana kamu semalam?!” tanpa sadar, nada suara Theresa naik beberapa oktaf. Dadanya naik turun, emosinya benar-benar tidak stabil.

“Di kamar Reno sendiri, memangnya mau di mana lagi?”

“Jangan bohong,” desaknya. Netranya menatap tajam, benar-benar tidak percaya pada jawaban yang putranya berikan.

Reno tampak mengambil napas begitu dalam, seakan sudah tahu bahwa yang dia hadapi adalah sisi gila ibunya yang sudah lama tidak keluar. “Mami kenapa nggak percaya sama Reno?” tanyanya balik.

“Kalau kamu emang tidur di kamar kamu sendiri, kenapa pintunya dikunci? Scarlett sampai harus bangunin Mami karena kamu nggak buka-bukain pintunya.”

Bisu, Reno tidak mampu mengeluarkan sepatah kata apa pun. Karena, dia berbohong. Dia tidak tidur di kamarnya, melainkan di sofa ruang tengah. Clarissa masih cukup syok, terlebih dengan sambutan Theresa yang tidak begitu baik. Jadi, ia memutuskan untuk tidur di ruang tengah agar bisa berjaga kalau-kalau Clarissa akan membutuhkan bantuan sewaktu-waktu.

Tapi kalau dia jawab begitu, Theresa pasti akan semakin mengamuk.

“Kenapa nggak bisa jawab? Kamu bohong, kan, sama Mami?”

“Mi, ayolah, kenapa harus ribut soal ini?”

“Kamu tidur sama dia?” tuduh Theresa. Reno kembali terdiam dibuatnya.

Sayangnya, diamnya itu malah disalahartikan oleh Theresa sebagai bentuk lain dari kata iya. Makin mengamuklah wanita itu. Mencak-mencak sudah seperti orang kesurupan.

“Kamu gila, ya?! Di mana otak kamu, Reno, di mana?” saking gemasnya, Theresa sampai menunjuk-nunjuk dada Reno, membuat tubuh putranya itu tergoyang hingga air di dalam gelas berceceran tumpah.

“Kamu udah lupa gimana orang tua dia mengutuk kamu di depan banyak orang? Kamu lupa gimana buruknya mereka memperlakukan kamu, dan menganggap bahwa putri mereka adalah yang paling wah dan paling berharga sehingga kamu nggak pantas untuk mendapatkannya? Kamu lupa gimana mereka menolak kehadiran scarlett dan memandang kamu sebelah mata, hah? Kamu lupa?!”

Tidak. Reno tidak akan lupa pada semua itu. Tidak akan pernah ada momen di dalam hidupnya untuk melupakan semua rasa sakit yang harus dia tanggung karena keputusannya untuk mempertahankan Scarlett. Tapi sekali lagi, di kepala Reno, itu semua pantas dia dapatkan karena dialah yang bersalah. Berbeda dengan Theresa yang menganggap segala yang terjadi ini terlalu jahat dan tidak adil, Reno menerimanya dengan lapang dada karena dia sadar Clarissa dan keluarganya tidak bersalah.

Lagi pula, orang tua mana yang mau putri mereka satu-satunya lanjut menikah dengan laki-laki yang sudah memiliki anak bersama perempuan lain, terlebih itu juga bukan anak yang lahir melalui sebuah pernikahan? Reno sebagai ayah pun tidak akan membiarkan Scarlett kelak menikahi laki-laki yang seperti itu.

“Mi, cukup,” lirihnya. Karena kalau diteruskan, semuanya akan semakin terasa menyakitkan.

“Apanya yang cukup? Apa yang—“

“Maaf, Tante. Maafin Papa saya.”

Theresa berbalik lagi, di mana Clarissa sudah berdiri di ambang pintu kamar tamu dengan mata berair.

“Papa saya salah, Tante, maaf....” dan ketika air mata perempuan itu luruh, Theresa benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

Sebab, alih-alih melakukan hal lain, ia malah menemukan putranya mendekat ke arah Clarissa dan memeluk tubuh perempuan itu. Melupakan nampan yang dipertahankan sejak tadi, membiarkannya tercampak begitu saja di atas lantai.

Theresa mendengus. “Jangan lupa hari ini kita harus pergi ke rumah Noa.” Akhirnya, karena enggan berlama-lama menyaksikan putranya yang kembali luluh pada cinta pertamanya, Theresa memilih pergi.

Ditinggalkannya Reno dan Clarissa dengan keadaan diri yang kacau. Dan dalam rajutan langkahnya, dia mulai lagi memaki mantan suaminya. Theresa masih selalu berpikir bahwa semua kekacauan ini bermula dari lelaki tua bangka itu. Mungkin ini adalah karma yang harus keluarga mereka terima, balasan yang setimpal untuk setiap sakit hati yang diterima oleh para perempuan yang dijadikan tempat pelarian sementara olehnya.

Bersambung...

1
F.T Zira
lha... gak sadar main nyelonong😅😅😅..
ninggalin 🌹 dulu buat ka author✌️✌️✌️
Zenun
Tidur aja, Renonya lagi kena pelet masa lalu😁. Tapi dia lagi di obatin sama Noa sama Laras kok
nowitsrain: Atuh nggak bisa goyang
Zenun: ehehehehe, digoyangin aja
total 5 replies
Zenun
tuh dengerin Ren
nowitsrain: Iyaaa
Zenun: ya ampun, se-rombeng itukah kuping Reo
total 5 replies
Dewi Payang
Untung bukan roh jahat🤣🤣
Dewi Payang: wkwk🤣
nowitsrain: Roh jahat mah udah dipaten sama Pak Ruben
total 2 replies
Dewi Payang
Sisa hidup kamu Ren.... ingat kata2 itu Ren....😄😄
Dewi Payang: 😄😄😄😄😄
nowitsrain: Iya tuuu
total 2 replies
Dewi Payang
Jangan, tar kamu jadi kuda lumping Ren
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣
nowitsrain: Wkwk mau debus dia kak
total 2 replies
Alesha Qonita
baca judulnya mirip sama drakornya babang ichang dan mami Ji-won 😂, Yangyang couple 🤭
Dewi Payang
sepupuan yaa saama si Laras?
nowitsrain: Bukan Kak hehe
total 1 replies
Dewi Payang
Untuk selalu ada? What? Aduh Ren....
Dewi Payang: 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
nowitsrain: Sebagai sesama manusia 😭
total 2 replies
Nana Hazie
kenapa teresa nggak suka banget ma clarisa ya
Aresteia
good
esterinalee
luar biasa
Zenun
tuh kan tuh kan
nowitsrain: Salahhhhhh sayangkuuu
Zenun: iiiihh bener itu
total 5 replies
Zenun
setelin lagi last child coba
Zenun: penantian😄
nowitsrain: Wkwk lagu yang mana nih yang cocok untuk menggambarkan suasana suram ini
total 2 replies
Zenun
ada mah, di dengkul hehe
Zenun: hihihihi
nowitsrain: Wow, pantes...
total 2 replies
Zenun
lagi begulet jangan-jangan
Zenun: nyok 🏃‍♀️
nowitsrain: Astaghfirullah... ayo kita grebek!
total 2 replies
Zenun
Omelin mak. Reno masih aja bermain-main sama masa lalu hihihi
Zenun: Reno sukanya nyari kuman nih
nowitsrain: Emang sukanya nyari penyakit
total 2 replies
Dewi Payang
Ren.... Ren... bisa ga sih, ga usah pake peluk2 gitu.....
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣👍
nowitsrain: Bener sih ini...
total 6 replies
Dewi Payang
Seperti Clarissa bakalan lama deh Mam,🤭
nowitsrain: Betul...
Dewi Payang: Dia memang gak jahat kak, tapi situasi akan membuat dia terlihat jahat karena berada diantara Reno dan Ageeta, iya gak kak....
total 7 replies
Dewi Payang
Baru baca fikirannya si Mami, kok udah buat aku antipati sama si Clarissa🤭
nowitsrain: 😌😌 begitulah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!