NovelToon NovelToon
Ketika Salju Turun

Ketika Salju Turun

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / One Night Stand / Anak Genius / Anak Kembar
Popularitas:29.9k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Lahir, dan besar, di negara yang terkenal karena budaya tolong menolong terhadap sesama, tanpa sengaja Reina menolong seseorang yang sedang terluka, tepat ketika salju tengah turun, saat dirinya berkunjung ke negara asal ayah kandungnya.

Perbuatan baik, yang nantinya mungkin akan Reina sesali, atau mungkin justru disyukuri.


Karyaku yang kesekian kalinya, Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Papa

Reina bernapas lega, setelah berhasil mengusir Ryu, sebelum kedua jagoannya pulang sekolah.

Dia memuji dirinya sendiri, karena pandai berakting, dan membuat seolah-olah dirinya teraniaya, karena kelakuan lelaki itu.

Semoga saja Ryu, benar-benar tak akan menemuinya lagi, karena dia ingin hidup nyaman dan damai.

Usai lelaki itu pergi, mood melanjutkan tulisannya, menjadi buruk. Reina memutuskan untuk keluar rumah, dia berencana akan menunggu di sekitar sekolah si kembar, sambil membeli jajanan anak sekolah.

Kedua putranya, Reina sekolahkan di sekolah dasar negeri, tak jauh dari rumahnya saat ini, setelah memutuskan pindah beberapa bulan lalu, guna menghilangkan jejaknya, karena saat bertemu dengan Daiki, dia sempat menunjukan paspornya.

Walau sebenarnya dia cukup mampu, menyekolahkan si kembar di sekolah swasta yang bagus, tapi dia pikir sama saja, yang penting selama mereka nyaman, di manapun tempat tak masalah.

Beberapa jajanan dia beli, untuk menemaninya duduk bersama beberapa ibu-ibu yang akan menjemput anak-anaknya.

Seperti sebelumnya, jika dia berkumpul, maka ibu-ibu itu akan membicarakan hal random, hingga bergosip ria.

Sementara Reina hanya mendengarkan, dan sesekali menanggapi sekadarnya, ada juga ibu-ibu yang curhat mengenai masalah yang menimpanya. Dia justru senang seperti ini, karena bisa menjadi inspirasi novelnya nanti.

Bel pulang berbunyi, Anak kelas kecil pulang terlebih dahulu, mereka berhamburan keluar gerbang, ada yang sendiri, ada juga berkelompok.

Si pirang terlihat paling mencolok, di antara, anak-anak berseragam putih merah. Reina melambaikan tangannya, seraya memanggil namanya.

Senyum lebar menghiasi kedua bocah kembar tak identik itu, mereka berjalan cepat ke arahnya.

"Tumben Mama jemput, Ada apa nih?" tanya Eizen, "Mau ajak kita makan es krim ya!" Biasanya Reina jarang menjemput, karena sekolah memang tak terlalu jauh dari rumahnya.

"Pengen aja, emang nggak boleh?" tanya Reina seraya merangkul kedua putranya, seraya melangkah menuju motornya, "Kalau mau makan es krim, ya ayo aja, mau beli di mana?"

Eizen menyebutkan salah satu restoran, dan si sulung terlihat menyetujuinya. Mereka sempat melakukan suit, guna mengundi siapa yang berasa di depan.

Bocah berambut hitam legam itu, tersenyum lebar, dia pemenangnya, alhasil dirinyalah yang berdiri di depan Mamanya, sementara si pirang duduk di belakang.

Reina sempat menyapa ibu-ibu, sebelum melajukan motornya, meninggalkan area sekolah.

Selama perjalanan, Eizen bercerita tentang apa saja yang dilakukannya di sekolah, termasuk pemakaian uang jajan, sementara Aizen yang diam. Bocah pirang itu memang irit bicara.

Terkadang Reina tak habis pikir, dua anak kembarnya memiliki fisik, dan kepribadian saling bertolak belakang.

Reina memarkirkan motornya, di parkiran sebuah restoran cepat saji, lalu menggandeng si kembar, melangkah masuk ke dalam.

"Ma, selain es krim aku boleh pesan paket Burger nggak?" tanya Eizen penuh harap.

Reina mengangguk, meski di rumah dia sudah memasak untuk makan siang, tapi melihat wajah bocah berambut hitam itu, dia tak berdaya, "Ai, mau pesan yang sama kayak Ei, atau mau pesan yang lain?" tanyanya, seraya menatap si pirang.

Mata biru itu melihat menu, yang tertera di layar, "Aku makan nasi ayam krispi aja, Ma," jawabnya, "Tapi mama kan udah masak di rumah, apa mama nggak marah?" tanyanya ragu.

Putra sulungnya memang benar-benar pengertian, "Nggak apa-apa nak, kan bisa di makan sore, nanti tinggal dihangatkan," Reina mengelus rambut pirang putranya.

Setelah memilih menu, Reina melangkah ke arah kasir dan meminta si kembar, mencari tempat duduk.

Pesanan tak cukup satu nampan, sehingga Reina mengatakan pada kasir, akan segera kembali, setelah menaruh di meja, tapi baru saja berbalik, dia mendapati Aizen di belakangnya.

"Sisanya aku bawain ya, Ma!" katanya sumringah.

Reina melirik ke arah nampan satu lagi, yang hanya berisi tiga es krim, dan tiga softdrink. "Tapi hati-hati ya! Atau Ai diam di sini dulu, jagain, entar Mama balik lagi,"

Aizen mengangguk cepat, dan Reina mulai melangkah menuju meja di mana Eizen berada.

Beberapa saat kemudian, ketiganya mulai menikmati makanan yang ada di hadapan masing-masing, seraya berbincang, dan saling mencicipi menu yang berbeda.

Baru beberapa suap, seseorang tanpa permisi duduk di kursi kosong di samping Reina, sontak ketiganya menoleh, dan mendapati lelaki berkemeja hitam tersenyum pada mereka.

Reina yang sedang menggigit ayam, sampai menjatuhkannya, beruntung jatuhnya tepat di tempat makannya.

"Halo, Aizen, dan Eizen!" sapanya ramah.

Si kembar hanya diam tak menanggapi, mereka justru menatap ke arah wanita yang menghadirkannya ke dunia.

Ryu terkekeh melihat ekspresi, wanita disebelahnya, dia mengambil tisu di meja, lalu menyeka mulut yang terbuka, "Kenapa cara makan kamu berantakan?"

Reina menggelengkan kepalanya, "Apa-apaan kamu? Nggak sopan." katanya kesal.

Ryu tak menanggapi, dia justru melihat ke arah si kembar, "Sapaan apa yang kalian sebutkan untuk memanggil wanita di sebelah saya?" tanyanya.

"Mama," jawab si kembar hampir bersamaan.

"Oh Mama, jadi bisakah mulai sekarang, kalian berdua, panggil saya 'Papa'," kata Ryu dengan senyum tak luntur dari wajah tampannya.

Aizen, dan Eizen saling pandang, lalu kembali menatap mamanya, seolah meminta persetujuan.

Melihat reaksi dari si kembar, Ryu mengeluarkan sebuah amplop putih, dengan sebuah logo rumah sakit, dan menyodorkannya pada kedua bocah itu. "Kalian sudah bisa membaca bukan? Jadi silahkan baca,"

Aizen menerima, dan membuka amplop itu, "Di situ tertera, jika kalian berdua adalah anak saya, maka dari itu, mulai dari sekarang, bisakah kalian memanggil saya 'Papa',"

Aizen mengembalikan kembali amplop pada lelaki berambut hitam di samping ibunya, dan setelahnya, Ryu justru memberikannya pada Reina. "Ini kamu pegang, sebagai bukti,"

Reina membuka kaca matanya dan meletakkannya di meja, "Nak, kalian makan dulu, Mama mau bicara dengan om ini," dia bangkit, dan menarik tangan besar itu, lalu melangkah ke luar restoran.

Di bawah pohon rindang, tepat di samping parkiran mobil, Reina berdiri berhadapan dengan lelaki jangkung itu.

Perbedaan tinggi badan, membuat Reina mendongak, guna menatap mata si lelaki pengganggu, "Maksud kamu apa? Kenapa berbicara seperti itu, pada puteraku?"

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, selain Mama, mereka juga memiliki Papa. Apa menurut kamu itu salah?"

Reina berkacak pinggang, "Apa kamu lupa, apa yang aku katakan, saat kamu datang ke rumah ku? Kamu mau kakak kamu yang mafia itu, datang ke sini, dan membunuh kami."

Lelaki berkemeja hitam itu menggeleng, "Itu tidak akan terjadi, aku akan melindungi kalian,"

Reina justru tertawa cukup keras, "Woi ... Ini bukan di film, yang dengan gampang kamu mengatakan hal itu, ini dunia nyata, mafia itu kejam, apa kamu lupa hampir sembilan tahun yang lalu, kamu hampir mati, karena ulah mereka? Dan sekarang aku, dan kedua puteraku juga akan bersikap sama, begitu mau kamu?"

"Rei, aku akan pastikan jika kalian akan terlindungi, dan tak akan terlibat dengan mereka," kata Ryu yakin.

Ingin rasanya Reina memaki lelaki tampan di hadapannya, tapi tak mungkin dia lakukan, mengingat kedua puteranya tengah, melihatnya dari dinding kaca.

"Kita akan membahasnya nanti, tapi bisakah kamu jangan bersikap berlebihan, dengan kedua puteraku, mereka pasti bingung,"

"Baiklah, asal izinkan mereka memanggilku dengan sebutan, 'Papa',"

"Terserah," setelah mengatakannya, Reina kembali melangkah masuk, ke dalam Restoran, diikuti oleh lelaki jangkung berkemeja hitam, yang sedari kedatangannya, menarik perhatian orang-orang sekitar

1
ayudya
😂... nah ryu cari noh ustadz..., biar paham.
ayudya
😂😂😂 kasihan si reina.. gak di izin kan plng.
ayudya
aduh Thor kira² dapat jatah gak si ryu tu
Mareeta: mode maksa, kayak pertama kali, mereka gituan
total 1 replies
LISA
Wah Reina g di ijinkan utk pulg jg
Nadila Nisa
kak herma paling suka ngegantung dan bikin penasaran.. lanjut kak 🥰
Ripah Ajha
hais nanggung kali thor
Mareeta: entar malah nggak lolos sama editor
total 1 replies
ayii
ceritanya menarik....
Mareeta: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
FeVey
tuu kan firasatku bener. jangan2 hamil.
waktu itu kan masa subur reina? /Whimper/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
LISA
Reina sabar y..pelan² lehermu masih belum sembuh lukanya
ayudya
up nya lama ya Thor, semangat wae lah.
Mareeta: bentar lagi di kerjain, semoga nggak sampai malam udah up
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya kak, keren karyamu🥰
Nadila Nisa
hadir kak.. karya yg selalu ditunggu2
semangat 💪🏻👍🏻🥰🥰
beybi T.Halim
ceritanya bagus...,cuma up nya gak tentu .,semoga setelah ini Rheina bs mengerti dan memahami klo Ryu benar2 mau bertanggung jawab 👍
ayudya
ayo lah rei sekali² dengar lah kata papa nya anak² kamu biar gak di ganggu lagi.
ayudya
kk nya ryu ada urusan apa sama Reina, mass sama adik sendiri selalu ikut campur.
ayudya
REI keras kepala sekali jangan gitu lah.
ayudya
mengalah demi anak gak apa² toh ryu orang bertanggung jawab.
ayudya
ryu tu serius orang cuma Reina takut aja mengingat bagaimana kk nya ryu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!