Bagaimana jika takdirMu telah diatur?
Akan kah kita bisa mengubahnya?
Arumi,,
Gadis muda yang berusaha untuk mengubah arah hidupnya setelah banyak mengalami sakit dan kerasnya hidup.
namun akankah arah yang dia tuju dapat dicapai atau malah harus menerima suratan takdir yang sudah digoreskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Sebenarnya Terjadi
***
Arumi tersadar dari tidurnya, ia mendengar bunyi bip beberapa kali di telinganya.
Perlahan ia membuka mata, tidak ada apapun selain langit-langit ruangan.
Tiba-tiba, ada suara yang menyapa "Arumi, kamu sudah sadar? " Arumi jelas bingung, ia lalu mengisyaratkan supaya alat bantu nafas di mulutnya dicabut.
"kenapa aku terbaring di ranjang rumah sakit, seharusnya nenek yang berada disini.
bukannya aku dihotel tadi malam? lalu dimana Shannon. "
Mendengar pertanyaan Arumi, jelas membuat Ardian bingung. Setelah koma selama 6 bulan ia malah membicarakan sesuatu yang tidak masuk akal bagi Ardian.
"apa maksudmu, nenek baik-baik saja, aku akan menghubungi nya", ucap Ardian bermaksud menenangkan Arumi. Nenek yang ditangkap Ardian disini adalah nenek Maryam.
Arumi diam saja sambil memegangi kepala nya yang sedikit pusing. Ia bertanya kemudian, "Lalu Shannon dimana, aku ingin melihatnya ", pinta Arumi.
Ardian yang mendengar permintaan Arumi semakin bingung saja, " siapa lagi Shannon?, selama aku mengenal mu, tidak ada yang namanya Shannon" jawab Ardian.
Mendengar penuturan Ardian membuat Arumi bergetar hebat, ia segera melompat dari ranjangnya dan bergegas mencari Shannon yang ia maksud.
"Jelas saja kamu tidak tahu Shannon, kamu kan belum pernah bertemu dengannya" , ucap Arumi sambil berderai air mata.
Ia yang terbangun namun tidak menemukan Shannon tentu saja membuatnya panik. Ia sangat menyayangi Shannon melebihi apapun.
Arumi berlari kesana kemari setelah melihat ruangan yang ada diingatan nya, namun ruangan itu ditempati oleh orang lain, bukan neneknya. Sudah beberapa ruangan coba ia kunjungi mana tahu ia lupa pikirnya. Namun nihil, tidak ada satupun wajah nenek dan kakek yang menyambutnya.
Ia frustasi, lalu mencoba lagi bertanya pada suster jaga, soalnya ia sama sekali tidak mengetahui nama kakek dan nenek selama ini. Tentu saja suster tidak akan bisa membantu tanpa data pasien, bahkan Arumi sendiri adalah seorang pasien, bagaimana mungkin mereka tahu kalau Arumi sedang menjaga orang sakit.
Arumi juga heran, Selama 6 bulan mereka tinggal diatap yang sama, tidak sekalipun ia menemukan data diri dari orang tua tersebut.
Ardian yang setia mengekor disetiap pergerakan nya menatap aneh pada Arumi yang seakan bukan dirinya sendiri. Ia seperti orang lain yang membuat keributan dihari pertama nya saat sadarkan diri.
Para perawat juga heran melihatnya sudah tidak karu-karuan. Semua terasa aneh, karena Arumi selalu menyebut kakek nenek, ia saja baru sadar, darimana asal kakek dan nenek yang dimaksud.
***
Ardian yang menyadari ada yang tidak beres dengan Arumi segera membawanya ke ruang rawatnya. Walaupun dengan sedikit paksaan barulah Arumi bisa dibawa.
Arumi yang masih saja berontak ia turunkan diranjangnya, lalu pintu ia kunci karena Arumi masih berusaha untuk keluar.
Dengan berlinang air mata, Arumi berkata, "aku harus menemui mereka setidaknya untuk yang terakhir kalinya, aku khawatir mereka pulang tanpa bertemu denganku dahulu, jika mereka pergi, aku tidak akan bisa mencari mereka lagi, tolong aku Ar, ".
Ardian yang mendengarnya lantas memeluknya, "baiklah aku akn mendengarkan, tapi sebelum itu tenangkan dirimu dahulu",.
Walaupun bingung, Ardian mencoba bernegosiasi dengan Arumi, daripada emosinya meledak lagi, bisa-bisa mempengaruhi psikisnya.
" aku ingat hotel di depan sana, kami terakhir menginap disana sebelum aku terbangun di sini, ", ungkap Arumi.
"Kondisimu belum sepenuhnya pulih, kita kesana besok saja oke? "
"Ar, kamu okey?, hotelnya hanya diseberang sana, kenapa tunggu besok?, kamu aneh Ar" Arumi sedikit kesal, sepertinya Ardian tidak serius menanggapi masalahnya.
"baiklah" Ardian akhirnya mengalah. "Melihatmu sadar saja sudah membuatku bahagia" tuturnya.
Bagaimana tidak, setelah penantian 6 bulan akhirnya wanita yang selalu setia ia jaga itu membuka matanya jua, walaupun ada yang aneh, Arumi berbeda, ia seperti nya memiliki ingatan lain yang tidak diketahui oleh siapapun.
***
Mereka pun menuju hotel yang dimaksudkan oleh Arumi, kali ini mereka punya nama yang akan ia sebutkan yaitu Shannon.
Namun resepsionis mengatakan tidak ada yang bernama Shannon setelah memeriksa daftar tamu.
Apalagi ketika ditanya tanggal check-in, Arumi jelas saja tidak bisa menjawab secara pasti. Selain karena menjaga privasi tamu, Arumi juga tidak tahu apa penyebab dirinya bisa berada diruang rawat tersebut. sehingga ia tidak dapat mengetahui jelas tanggal dan waktu kejadian.
Mereka lalu keluar dari hotel tersebut. Arumi mencoba mengumpulkan kepingan ingatannya siapa tahu ada yang terlewat, namun nihil. Semua masih abu-abu dikepalanya.
Ia hanya bisa pasrah ketika ia kembali dibawa kerumah sakit.
Disana, keluarga besarnya sudah menunggu ditambah satu orang dokter.
Ibu, bibi Rani, Rara sahabatnya, kak Arga, Keyla Nenek Maryam, dan juga ayah yang hanya berdiri jauh dari Arumi.
Satu persatu mereka memeluk Arumi kecuali sang ayah. Arumi juga tidak berharap berbaikan dengan ayahnya itu.
Lalu pandangan nya beralih menelusuri isi ruangan, wajahnya menggambarkan kepanikan namun berusaha ditahannya.
Ia lalu meminta maaf pada nenek Maryam, "nenek maafkan aku, aku meninggalkan nenek sendiri waktu itu, sungguh aku tidak punya pilihan lain" ucapnya .
Nenek terheran, ia masih ingat jelas, Arumi yang pingsan setelah berhasil mengendarai mobilnya sampai ke tempat tujuan mereka yaitu villa. Mereka bahkan tidak sempat menikmati waktu yang telah mereka rencanakan.
Sebelum nenek membalas perkataan Arumi, Ardian sudah lebih dulu mengusir mereka secara halus dengan alasan Arumi harus beristirahat.
Sebelum mereka benar-benar pergi, ayah sempat menoleh, raut wajah nya seolah menggambarkan penyesalan. namun Arumi pura-pura tidak tahu.
Setelah semua pergi, Ardian pamit ingin bicara sebentar dengan dokter, lalu meninggalkan Arumi yang harus istirahat.
***
Diruang dokter, Ardian menyampaikan segala kejanggalan-kejanggalan yang ia temui dari Arumi.
Dokter tersebut lalu berpendapat bahwa kemungkinan Arumi mengalami gangguan psikis yang berupa halusinasi atau pikiran alam bawah sadarnya menciptakan sebuah imajinasi dirinya dalam wujud Shannon.
Sehingga orang yang pertama sekali ia cari setelah komanya adalah Shannon.
Kini Ardian mengerti, apa yang dikatakan oleh dokter psikolog tersebut seolah masuk akal.
Ia kemudian membuka ruangan Arumi dengan pelan, takut mengganggu. Dilihatnya Arumi yang sedang duduk termenung sambil memandangi jalanan didepan sana dari balik kaca.
"sedang melihat apa ", sapa Ardian sedikit mengagetkannya.
" jika mereka benar-benar pergi, apa yang harus aku lakukan, kenapa mereka tega meninggalkan kan ku".
Ardian tidak sanggup melihat mata itu. Mata yang dari awal sudah menyita perhatiannya. Mata yang selalu menyiratkan kepedihan di hatinya.
"besok kita adakan cek menyeluruh pada tubuhmu ya, aku tidak ingin kamu sakit lagi, aku ingin kamu menjadi pribadi yang lebih baik lagi, "
Sambil membelai rambut Arumi penuh sayang, Ardian mencoba merayunya pelan-pelan.
***
Nenek Maryam dirumahnya termenung, memikirkan kondisi cucu menantunya. "mereka masih semuda itu untuk menanggung beban itu sendirian" ia menghela nafas berat.
"tapi nyonya harus ingat, mereka adalah orang-orang terpilih yang akan mampu melalui ini semua, " jawab pak Danu yang selalu setia mengabdi pada keluarga itu.
"ini belum seberapa karena ia belum tahu kenyataan kalau kakaknya sudah tiada"
"Hhhh" menghela nafas lagi untuk yang kesekian kalinya.
"aku harap penderitaan ini segera berakhir" ucapnya sambil melangkah pergi.
Di usianya yang sudah renta masih harus dihadapkan dengan berbagai macam masalah.
bersambung...
s'moga berujung indah