Menikah karena perjodohan, dihamili tanpa sengaja, lalu diceraikan. Enam tahun kemudian tak sengaja bertemu dengan mantan suami dalam situasi yang tak terduga.
Bertemu dengan Renata dalam penampilan yang berbeda, membuat Mirza jatuh dalam pesonanya. Yang kemudian menumbuhkan hasrat Mirza untuk mendapatkan Renata kembali. Lantas apakah yang akan dilakukan oleh Renata? Apalagi ketika mantan suaminya itu tahu telah ada seorang anak yang lahir dari hasil ketidaksengajaan dirinya di malam disaat ia mabuk berat. Timbullah keinginannya untuk merebut anak itu dari tangan Renata. Apakah Renata akan membiarkan hal itu terjadi? Ataukah Renata memilih menghindar dan membuka hati untuk pria lain?
“Kamu sudah menceraikan aku. Diantara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi tolong jangan ganggu aku.”
- Renata Amalia -
“Kamu pernah jadi milikku. Sekarang pun kamu harus jadi milikku lagi. Akan aku pastikan kamu dan anak kita akan berkumpul kembali.”
- Mi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Tanda Merah Di Dada
PMI 14. Tanda Merah Di Dada
“Kok bisa, sih, perempuan itu ada si sini? Jadi tunangan yang punya resort ini pula. Mimpi apa aku ketemu dia di sini?” Vanessa menggerutu sembari mendaratkan pantat di atas tempat tidur usai melempar tas branded-nya. Menyusul high heels-nya melayang ke sembarang arah.
“Kok bisa, sih, teman kamu kepincut sama perempuan itu? Apa jangan-jangan dia pake guna-guna?” tambahnya menduga-duga. Sebab tidak mungkin seorang pria seperti Tony bisa jatuh hati dengan wanita seperti Renata. Yang hanya seorang janda. Apakah Tony tahu itu?
“Aku sendiri juga kaget.” Mirza mendekat. Ikut mendudukkan diri di sebelah Vanessa. Sembari membuka tautan kancing kemejanya satu per satu. Setelah itu ia menanggalkan kemeja, menyisakan kaos oblong berwarna putih.
“Kenapa perempuan itu beruntung sekali, ya? Cerai dari kamu, dan sekarang malah dapat yang lebih dari kamu.” Melihat bagaimana megahnya rumah Tony, tidak diragukan lagi kalau pria itu bukan orang sembarangan. Apalagi pria itu merupakan pemilik resort tempat mereka menginap sekarang ini.
Dalam hati terselip perasaan iri Vanessa terhadap Renata yang ia nilai selalu beruntung. Lepas dari Mirza, dan sekarang Renata mendapatkan Tony, pria yang tak kalah bersaing dengan mantan suaminya itu.
“Mungkin sudah nasibnya,” sahut Mirza enteng. Kemudian naik ke atas tempat tidur dan merebahkan diri di sana.
Sedangkan Vanessa berdiri dan mendekati kopernya. Ia mengeluarkan pakaian yang hendak dipakainya tidur dari dalam sana. Lantas mengganti pakaiannya itu di depan Mirza yang sedang mengamatinya.
Vanessa memang memiliki bentuk tubuh yang indah. Tinggi, ramping, berkulit kuning langsat, dan mulus tanpa cela. Mirza menyisir pelan-pelan setiap lekuk tubuh Vanessa dengan pandangannya. Sampai tiba-tiba dahinya berkerut saat pandangannya terhenti pada bagian dada kiri Vanessa yang memiliki tanda memerah. Tanda itu tidak tampak seperti luka lecet. Malah terlihat seperti ...
“Tanda apa itu, di dadamu?” tanya Mirza. Sebab pikirannya mulai mengada-ada. Tidak mungkin Vanessa memiliki pria lain di belakangnya.
Vanessa yang hendak naik ke tempat tidur itu salah tingkah mendapat pertanyaan itu. Ia langsung menutupi bagian dadanya itu dengan rambut panjangnya. Lingerie yang ia kenakan bertali spaghetti itu tidak mampu menutupi tanda merah itu.
Mirza bangun dari pembaringan. Tangannya cepat menarik lengan Vanessa untuk mendekat. Lalu ia menyibak rambut panjang Vanessa yang menutupi tanda merah itu.
“Oooh ... ini bukan apa-apa. Ini hanya bekas kecelakaan kecil di lokasi syuting tadi.” Vanessa tampak gugup. Kemudian ia menarik tangannya dan menjauh dari Mirza. Ia tak ingin Mirza memperhatikan tanda itu lebih lama, lalu Mirza mulai menarik kesimpulan sendiri.
“Itu tidak tampak seperti lebam, Van. Tanda itu lebih mirip ...” Kerutan di dahi Mirza semakin dalam. Saat dilihat dari dekat tadi tanda itu sangat mirip dengan bekas cuppang. Apakah Vanessa bermain gila di belakangnya?
“Ini cuma bekas jatuh, sayang. Tadi aku tidak sengaja jatuh di lokasi syuting gara-gara aku pake heels ketinggian. Kakiku terkilir.” Vanessa berkilah sembari mengaduk-ngaduk isi tasnya untuk mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menutupi tanda itu. Untungnya di dalam tas itu tersimpan plester luka. Plester itu kemudian ia gunakan untuk menutupi tanda merah di dadanya. Ia pikir akan aman jika Mirza tidak memperhatikannya lagi.
“Kamu tidak berbohong, kan?”
“Ya ampun, sayang. Untuk apa aku bohong sama kamu, sih? Emang kamu mikirnya apa? Jangan bilang kalau kamu berpikir aku punya laki-laki lain di belakang kamu?” Vanessa mulai mengeluarkan jurus penenangnya untuk membendung pikiran Mirza. Ia tahu kekasihnya itu mulai curiga. Dan satu-satunya cara untuk meredam kecurigaan Mirza adalah dengan merayunya, memanjakannya, dan menyenangkannya dengan cara yang ia bisa.
Vanessa naik ke atas tempat tidur itu, lalu duduk bersandar di dada bidang kekasihnya. Sedangkan tangannya mulai meraba-raba paha kekasihnya itu, berusaha membangunkan si ular berbisa yang sedang tertidur di dalam sarangnya.
“Sayang, kamu tahu, kan, sejak dulu aku cintanya cuma sama kamu. Kalau kamu berpikir aku selingkuh, kamu salah besar,” ujar Vanessa dengan lembut sembari jemari lentiknya mulai menelusup masuk pelan-pelan ke dalam sarang ular berbisa.
“Kalau memang seperti itu, trus kenapa kamu selalu saja menolak lamaranku. Kamu terus saja menunda-nunda waktu.” Bohong jika Mirza tidak kecewa dengan sikap Vanessa yang terus menunda pernikahan mereka dengan alasan masih ingin meniti karir sampai sukses. Padahal, walau Vanessa sudah menikah sekalipun, Mirza bisa membantu menopang karirnya di industri hiburan. Mirza lebih dari mampu untuk melakukan itu.
“Kamu, kan, tau sayang. Aku masih ingin meniti karirku. Aku ingin jadi artis terkenal. Kalau bisa sampai ke manca negara. Kalau aku menikah sekarang, aku takut hal itu akan menghambat karirku.” Bukan hanya tak ingin terikat, tapi Vanessa juga tak ingin punya anak. Ia tidak mau tubuhnya yang indah ini menjadi rusak gara-gara melahirkan anak. Dengan tubuhnya ini ia bisa memikat banyak laki-laki tampan dan mapan. Salah satunya adalah Reymond.
“Kamu lupa siapa aku, Van. Aku bisa membuat karirmu cemerlang walaupun kamu sudah menikah dan punya anak. Bahkan karir kamu yang sekarang ini juga, semua berkat aku.”
“Iya. Aku tau, sayang. Aku ucapkan makasih banyak untuk itu. Tapi, please, kasih aku waktu untuk mencapai keinginanku dulu. Setelah itu kita menikah. Oke?” Vanessa berbalik, berhadapan dengan Mirza. Dikecupnya bibir pria itu dengan mesra.
“Sudah berapa kali kamu berjanji seperti itu? Dan kamu masih berharap aku percaya?”
“Ini yang terakhir. Aku janji.”
“Van ... aku ... ah ...” Mirza masih ingin mengobrolkan rencana pernikahan mereka yang selalu menemui kegagalan itu. Namun Vanessa sudah menunduk dan langsung melahap si ular berbisa yang sudah terbangun dan menyembul dari sarangnya itu. Membuatnya merasakan kenikmatan yang tiada tara dan tak bisa menolak. Berbagai pertanyaan yang sudah tersimpan di kepalanya pun berhamburan begitu saja. Lalu seketika menghilang dan berganti dengan kenikmatan.
Mirza kalah oleh rayuan Vanessa yang terlalu pandai membuainya. Sampai ia lupa membahas tentang pernikahan dan keinginannya untuk memiliki anak. Vanessa sudah melucuti semua pakaiannya. Dan sekarang wanita itu sudah naik ke atas tubuhnya, siap melakukan aksinya, membawanya terbang ke nirwana.
“Kamu suka seperti ini, kan?” rayu Vanessa sembari mulai menggerakkan pinggulnya.
“Terserah kamu saja, Van.” Pada akhirnya Mirza hanya bisa mengalah, membiarkan Vanessa melakukan apa yang diinginkannya.
Vanessa pun tersenyum culas. Ia merasa menang bisa menaklukkan Mirza setiap waktu. Sampai akhirnya hubungan mereka hanya menggantung seperti ini selama enam tahun belakangan. Selama enam tahun ini pula Vanessa bisa menikmati kehidupannya dengan memanfaatkan Mirza.
****
“Akting kamu bagus.” Tony memuji begitu mobil menepi di depan teras rumah Bu Ningsih. Usai makan malam itu, ia langsung mengantarkan Renata pulang. Sebetulnya ia masih ingin mengajak Renata duduk bersantai di halaman belakang rumahnya usai bersantap malam sembari mengobrol hal-hal random. Namun ia tak ingin mami dan papinya banyak bertanya pada Renata. Ia khawatir sandiwara mereka terbongkar.
Tony terpaksa melakukan sandiwara ini untuk menghindari maminya yang selalu berusaha menjodoh-jodohkannya dengan putri dari teman-teman arisannya itu. Selain untuk menghindari perjodohan, Tony melakukan ini dengan alasan yang ia sembunyikan.
Tony adalah pria yang cenderung tertutup tentang wanita. Belum pernah sekali pun pria itu terlihat dekat dengan seorang wanita sejak putus dengan pacarnya semasa kuliah dulu. Tony juga termasuk tipe pria yang tidak mudah jatuh hati. Jika ada seorang wanita yang mampu membuatnya jatuh hati, wanita itu adalah wanita yang beruntung.
Tony tidak pernah terang-terangan mendekati seorang wanita yang disukainya. Tetapi perasaan Tony itu bisa dilihat dari tindakannya, caranya memperlakukan wanita tersebut. Bisa dibilang, ia akan mengistimewakan wanita yang ia sukai. Sama seperti perlakuannya kepada Renata.
“Tapi, saya merasa berdosa sudah berbohong pada orangtua Pak Tony,” kata Renata dengan penyesalan.
“Tidak apa-apa, biar saya yang tanggung dosanya. Padahal saya berharap ini bukan sekedar akting, tapi sungguhan.” Tanpa sengaja Tony mengutarakan kalimat terakhirnya itu. Membuat Renata menoleh dengan kernyitan di dahinya.
“Maksud Bapak?”
To be continued...
enak bnget ya Claudia bekas simpanan tp masih di cintai tony, semoga Renata cpt tau kl tony gk bisa move on biar cpt cerai sblm terlambat dan hamil nnti mlh tambh repot dah hamil si tony masih berhub dng mantan.