NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Janji Makan Siang yang Dinanti

Hari ini Rheina sudah siap dengan rencana yang dia dan Nando buat sejak tadi malam. Nando mengabari kalau Alya, putri kecilnya, sudah kangen bermain dengan Zahid. Sudah lama memang dua anak kecil itu tidak playdate bersama, dan momen seperti ini selalu menjadi kebahagiaan tersendiri untuk mereka. Karena itulah, mereka sepakat untuk membawa Alya dan Zahid makan siang bareng hari ini.

Pagi itu Zahid tampak lebih bersemangat dari biasanya. Bahkan, dia sudah menyiapkan buku cerita favoritnya untuk dibacakan ke Alya. Sejak bangun tidur, bocah kelas satu SD itu tak henti-hentinya bertanya kapan waktunya bertemu Alya. "Mama, kapan kita ketemu Alya? Mama, Alya suka pizza, kan?" Berbagai pertanyaan terus meluncur dari mulut kecilnya yang tak sabar.

Rheina hanya tersenyum melihat antusiasme anaknya. "Sabar ya, Sayang. Sebentar lagi, kok. Nanti kita ketemu Alya di sekolah."

Waktu berlalu cepat, dan akhirnya jam pulang sekolah tiba. Rheina baru saja selesai dengan urusan di kelasnya ketika ia menerima pesan dari Nando bahwa ia sudah tiba di parkiran sekolah. Alya, yang kebetulan juga sekolah di tempat yang sama, sedang duduk di perpustakaan dengan tenang. Ia asyik mendengarkan Zahid yang dengan penuh semangat membacakan buku cerita. Meski usianya baru tujuh tahun, Zahid sudah lancar membaca sejak TK, membuatnya selalu bersemangat jika ada kesempatan untuk membacakan cerita pada Alya.

Rheina melangkah ke arah perpustakaan dan tersenyum melihat pemandangan yang manis itu—dua anak kecil yang begitu menikmati waktu bersama. Alya duduk dengan tangan di pangkuan, matanya tertuju pada Zahid, sementara Zahid membaca dengan ekspresi serius, seolah-olah dia benar-benar sedang menceritakan sebuah kisah besar.

"Alya, Zahid, kita berangkat sekarang, yuk. Om Nando sudah datang," kata Rheina, memecah keheningan. Zahid menutup bukunya dengan sigap, sementara Alya tersenyum senang.

"Kita mau makan pizza, kan, Ma?" tanya Zahid, matanya berbinar. Alya pun langsung berdiri dan menggenggam tangan Zahid, seakan tidak ingin berpisah sedetik pun.

"Iya, kita makan pizza. Ayo, jangan buat Om Nando lama menunggu," Rheina tertawa kecil melihat betapa semangatnya kedua anak itu.

Mereka berjalan menuju parkiran, di mana Nando sudah menunggu dengan mobilnya. Nando melambaikan tangan sambil tersenyum lebar ketika melihat mereka datang. "Wah, dua jagoan kecil ini kelihatannya sudah nggak sabar, ya?" katanya sambil membuka pintu mobil.

Zahid dan Alya masuk ke dalam mobil dengan cepat, duduk di kursi belakang dengan wajah penuh kegembiraan. Rheina duduk di kursi depan di samping Nando, sementara ia menyalakan mesin mobil dan melirik sekilas ke arah dua anak yang tampak riang itu.

"Sepertinya mereka sudah merencanakan petualangan kecil mereka sendiri," kata Nando sambil tertawa kecil.

"Iya, Zahid bahkan udah sibuk dari pagi tanya-tanya soal pizza dan Alya," balas Rheina dengan senyum.

Perjalanan menuju restoran terasa ringan. Di sepanjang jalan, Zahid dan Alya terus bercanda dan mengobrol. Tawa mereka memenuhi mobil, membuat suasana semakin hangat.

Sesampainya di restoran, suasana hati Rheina berubah seketika. Dari balik kaca mobil, ia melihat Adnan duduk di bagian depan restoran, sibuk dengan ponselnya. Wajah Rheina menegang, perasaan yang bercampur aduk memenuhi pikirannya.

Nando menghentikan mobilnya dan tersenyum, tidak menyadari perubahan suasana. "Kita sampai ... yuk, turun," katanya sambil membuka sabuk pengaman.

Namun, Rheina tetap duduk diam. Ekspresi wajahnya tak seperti sebelumnya, membuat Nando langsung menyadari ada yang tidak beres. Ia menoleh, mengikuti arah pandangan Rheina. Nando yang tidak mengenal Adnan tetap tidak mengerti dan bertanya-tanya apa yang membuat perubahan sikap Rheina.

"Itu Adnan, Nando."

Mengetahui hal itu, Nando segera memahami situasi yang membuat Rheina tiba-tiba berubah.

Zahid dan Alya, yang sebelumnya sibuk bercanda, tiba-tiba ikut terdiam. Mereka ikut merasakan perubahan suasana dalam mobil. Nando menatap Rheina dengan penuh tanya, tapi Rheina hanya menarik napas panjang. Ia menatap Zahid dengan lembut, memikirkan apa yang terbaik untuk anaknya.

"Zahid, Sayang, itu papa di sana. Zahid mau tetap di restoran ini dan ketemu papa, atau pindah ke restoran lain?" tanya Rheina, suaranya lembut tapi sedikit bergetar.

Zahid mengerutkan kening, lalu melirik ke arah restoran di mana ia bisa melihat sosok ayahnya dari jauh. Bocah itu terdiam sebentar, lalu dengan suara pelan, dia menjawab, "Terserah Mama aja. Zahid cuma mau main sama Alya."

Rheina tersenyum tipis, sedikit lega dengan jawaban Zahid. Ia kemudian menatap Nando, yang sejak tadi hanya diam, menunggu keputusan Rheina.

Mengetahui situasinya, Nando akhirnya angkat bicara, mencoba menenangkan. "Rheina, senyaman kamu aja. Yang penting, acara makan siang ini tetap berjalan, tanpa masalah," ujarnya, nadanya tenang dan penuh pengertian.

Rheina menatap Nando dengan penuh rasa terima kasih. Ia tahu Nando selalu berusaha membuat semuanya terasa lebih mudah. Setelah berpikir sejenak, Rheina akhirnya mengambil keputusan. "Oke, kita tetap di sini. Tapi nanti, kalau Zahid nggak nyaman, kita bisa pindah."

Nando mengangguk setuju, dan mereka semua keluar dari mobil. Zahid menggenggam tangan Alya, terlihat masih antusias meski situasinya sedikit tegang. Rheina, dengan langkah pelan tapi mantap, berjalan di samping mereka, berharap pertemuan ini tidak menimbulkan masalah yang lebih besar.

Saat mereka berjalan menuju pintu restoran, Rheina bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat. Adnan belum melihat mereka, tapi Rheina tahu cepat atau lambat pertemuan itu tak terhindarkan. Di kepalanya, hanya ada satu pertanyaan, apa yang akan terjadi saat mereka akhirnya bertatap muka?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!