Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Nadlyn membuka pintu rumahnya dan terkejut saat melihat sosok seorang wanita yang selama ini begitu baik padanya.
"Mommy." Nadlyn memeluk Nanda seolah menyalurkan rasa rindu pada mantan mertuanya itu.
Tidak Nadlyn pungkiri, Nadlyn begitu merindukan Nanda. Sedari kecil Nadlyn memang cukup dekat dengan Nanda hingga masalah itu terjadi dan membuat Nadlyn membatasi diri untuk dekat dengan siapapun yang berhubungan dengan Cean.
Nanda membalas pelukannya, "Apa kabarmu, Nad?" Tanya Nanda.
Nadlyn melerai pelukannya. "Baik, Mom. Kenapa Mommy tidak pernah menghubungiku? Apa Mommy marah padaku? Apa ucapanku saat itu menyinggung perasaan Mommy?" Tanya Nadlyn bertubi tubi menumpahkan isi hatinya.
Nanda tersenyum, "Kamu tidak mengajak Mommy masuk?" Tanya Nanda terlebih dahulu. "Kaki Mommy pegal, Sayang." Nanda tertawa dan Nadlyn merasa bersalah.
"Ayo masuk, Mommy. Maafkan aku." Katanya kemudian mereka duduk bersama di ruang tamu, duduk bersebelahan dan tetap saling menggenggam erat.
"Maafkan Mommy, Nad. Mommy harus ke Amsterdam menemani Cean." Ucap Nanda tiba tiba.
Nadlyn terdiam saat Nanda menyebutkan nama Cean dan hal itu membuat Nanda menyimpulkan jika Nadlyn tidak ingin lagi mendengar nama Cean apa lagi mengetahui kabarnya. Tanpa Nanda sadari, Nadlyn pun begitu ingin tau dimana Cean selama ini, apa yang terjadi pada Cean hingga Cean menghilang tiba tiba dan tidak pernah lagi ada di hadapan Nadlyn.
"Nad..." Panggil Nanda dengan lembut.
"Iya, Mom.."
"Mommy mau minta ijin sama Nadlyn, agar mengijinkan Sam kembali tinggal di rumah Mommy sepulang dari sekolahnya, dan kamu bisa menjemputnya seperti biasa jika sudah pulang bekerja." Pinta Nanda terus terang.
Nadlyn mengangguk cepat, "Maafkan keegoisan aku, Mom. Kak Disya bilang padaku jika Mommy selalu menangisi Sam karena merindukannya. Sungguh aku tidak bermaksud menjauhkan Mommy dari Sam."
Nanda tersenyum. "Jadi bolehkah, Nad?" Tanya Nanda untuk memastikan lagi.
"Tentu saja boleh, Mom. Mulai senin, Sam boleh ikut Mommy lagi."
Nanda merasa senang mendengarnya. Kemudian Nanda teringat pada saham milik Cean yang tidak mau Nadlyn terima.
"Nad, mengapa tidak menerima saham itu?" Tanya Nanda.
Nadlyn menatap mata Nanda dengan dalam. Kasih sayang Nanda nyata untuknya, wanita lembut itu slalu saja perduli padanya.
"Mom, aku dan Papa sangat tau jika ARDA KARYA adalah separuh hidup Mommy. Aku tidak akan mengambil separuh hidup Mommy." Kata Nadlyn yang membuat Nanda begitu terharu.
"Separuh hidup Mommy sekarang adalah Samudra, tapi bukan berarti Mommy menukar ARDA KARYA dengan Samudra. Mommy hanya ingin Samudra menjadi satu satunya pemilik ARDA KARYA nanti."
"Tapi bagaimana dengan Cean, Mom? Bagaimana jika nanti Cean menikah lagi dan memiliki anak dari wanita lain?" Tanya Nadlyn.
"Itu tidak akan pernah terjadi." Kata Nanda dengan sendu kemudian memalingkan wajahnya.
Jawaban Nanda membuat Nadlyn merasa penasaran. "Ada apa, Mom?" Tanya Nadlyn.
"Cean tidak akan permah memiliki anak lagi." Kata Nanda membuat Nadlyn semakin penasaran, "Ahh sudahlah, Nad. Jangan bahas anak itu." Ucap Nanda dan membuat Nadlyn sedikit kecewa.
**
Minggu ini Nadlyn berencana mengajak Samudra untuk membeli alat tulis baru di pusat perbelanjaan. Samudra dengan semangat memilih perlengkapan sekolahnya yang di rasa sudah harus di ganti.
"Kamu menyukai warna biru dari pada hijau?" Tanya Nadlyn saat melihat sang putra mengambil perlengkapannya dengan dominan warna biru.
"Ya, Mom. Aku sangat menyukai warna biru." Jawab Samudra.
Selesai dari toko buku ternama, Nadlyn lanjut berjalan berjalan dan melewati arena permainan berbagai game, Samudra terus melihatnya.
"Kamu ingin bermain?" Tanya Nadlyn.
"Tidak, Mom. Aku hanya berpikir, sudah beberapa hari ini Papi Dirga tidak datang dan menghubungiku." Jawab Samudra.
"Kamu merindukan Papi?" Tanya Nadlyn.
Samudra mengangguk, "Papi yang selalu menemaniku bermain disana, kami bermain tembakan bersama dan aku mengalahkan score Papi."
Nadlyn tersenyum sambil mengusap kepala Samudra. Dirinya juga merasa aneh mengapa Dirga menghilang beberapa hari ini.
"Apa Papi sedang sibuk, Mom?" tanya Samudra.
"Iya, sepertinya Papi sedang sibuk dengan pekerjaannya."
"Tapi biasanya Papi menghubungiku, Mom." Kata Samudra lagi dan membuat Nadlyn merasa bingung untuk menjawabnya.
Brukk
Samudra bertabrakan dengan seorang wanita karena tidak memperhatikan jalan.
"Maaf.." Kata Samudta dengan santun.
"Maafkan Putra saya." Sahut Nadlyn tak enak.
"Ah tidak apa apa, saya juga salah karena berjalan terburu buru." Jawab wanita itu.
"Kenapa lama sekali?" Suara bariton membuat mereka bertiga menoleh ke arah sumber suara karena merasa mengenali suaranya.
"Kak Dirga.."
"Papi.."
"Dirga...."
Kata Yuri, Samudra dan Nadlyn bersamaan.
Dirga membeku, melihat Nadlyn dan Samudra yang sudah beberapa hari ini tak ia lihat.
"Papiii..." Samudra berhambur memeluk Dirga dan dengan refleks Dirga berlutut dengan satu lututnya dan menangkap Samudra.
"Hai Boy? Sedang jalan jalan?" Tanya Dirga sehangat seperti biasanya.
Samudra mengangguk dalam pelukan Dirga, pelukan yang ia rasakan sebagai pengganti seorang Ayah.
"Papi tidak pernah menghubungiku." Kata Samudra kemudian melerai pelukannya.
Dirga tersenyum, "Maafkan Papi, pekerjaan Papi sedang padat."
"Termasuk tidak sempat menghubungiku?" Tanya Samudra dengan kritis.
Dirga mengusap pelipisnya mencari jawaban yang bisa ia jelaskan. Namun Nadlyn bisa menangkap hal itu, terlihat karena Dirga berjalan bersama seorang wanita cantik, meski berkacamata dan rambut di ikat kuda tidak menutupi kecantikan wanita yang sedang bersama Dirga.
"Sam..." Panggil Nadlyn.
Samudra menoleh ke arah Nadlyn dan Nadlyn menggelengkan kepalanya samar.
Samudra yang mengertipun mengangguk, ia kembali berjalan ke arah sang Mommy.
Dirga berdiri di sebelah Yuri. "Nad.. Aku tidak tau kamu sedang membawa jalan jalan Samudra." Kata Dirga berbasa basi.
Nadlyn tersenyum. "Sebagian alat tulis Samudra harus di ganti, dan kami mencarinya kesini." Jawab Nadlyn.
Nadlyn melihat ke arah wanita yang bersama Dirga. "Kalian sedang kencan?" Tanya Nadlyn mencoba menutupi rasa gugupnya.
Yuri dengan ceria mengulurkan tangannya. "Kenalkan aku, Kak. Namaku Yuriza, Kakak bisa memanggilku Yuri."
Nadlyn tersenyum dan menerima uluran tangan seraya bersalaman. "Aku Nadlyn, teman SMA nya Dirga." Jawab Nadlyn.
"Dan ini putraku, Samudra." Kata Nadlyn lagi sambil mengenalkan Samudra. "Sam, sapa Aunty ini." Kata Nadlyn.
"Halo, Aunty. Aku Samudra, Aunty bisa memanggilku Sam."
Yuri berjongkok di depan Samudra. "Kamu tampan sekali." Kata Yuri memuji.
Hal itu membuat Dirga melihat ke arah Yuri yang sedang berinteraksi dengan Samudra.
Tak lama kemudian Yuri berdiri. "Kalian sepertinya teman yang akrab?" Tanya Yuri.
Nadlyn hanya tersenyum menjawabnya sementara Dirga terlihat gugup seperti tengah ketahuan berselingkuh.
"Ya, kami cukup akrab, sehingga putraku memanggil Dirga dengan panggilan Papi. Maafkan jika itu membuatmu tak nyaman. Tapi percayalah jika kami hanya berteman." Kata Nadlyn menjelaskan.
Entah mengapa Nadlyn menjelaskan seperti itu, namun Nadlyn tidak ingin ada kekeliruan, Nadlyn tidak ingin egois, dalam pikirannya, Dirga berhak bahagia dan mendapatkan wanita yang lebih baik dari dirinya. Meski entah mengapa, Nadlyn seolah kecewa karena Dirga tidak membicarakan hal ini padanya, padahal Nadlyn tidak akan melarang hal apapun pada Dirga karena mereka tidak terikat komitmen apa lagi sebuah hubungan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Menurut Readers, Part ini bagaimana?
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .