Kara sangat terkejut saat Ibunya tiba-tiba saja memintanya pulang dan berkata bahwa ada laki-laki yang telah melamarnya. Terhitung dari sekarang pernikahannya 2 minggu lagi.
Karna marah dan kecewa, Kara memutuskan untuk tidak pulang, walaupun di hari pernikahannya berlangsung. Tapi, ada atau tidaknya Kara, pernikahan tetap berlanjut dan ia tetap sah menjadi istri dari seorang CEO bernama Sagara Dewanagari. Akan kah pernikahan mereka bahagia atau tidak? Apakah Kara bisa menjalaninya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Yulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Bersama
Sudah beberapa hari ini ketika teman-teman ku yang lain sudah pulang, tapi aku masih berada di kantor hingga hampir larut malam di temani oleh beberapa rekan kerja ku yang sengaja mengambil lembur. Sebab mengejar waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk agar aku bisa hadir di pernikahan sepupu Mas Saga. Kalau di tanya lelah atau tidak, sudah di pastikan jawabannya aku sangat lelah. Tapi, apa boleh buat hanya ini satu-satunya jalan agar aku di berikan libur oleh Ibu Adisty, walaupun itu hanya sehari tapi aku sangat bersyukur.
Karena, resepsi pernikahan sepupu Mas Saga di gelar hari Senin, jadi aku bisa pulang malam Minggu dan punya waktu dua hari disana sebab hari selasa aku harus masuk kembali.
Dan akhirnya usahaku tidak sia-sia, semua pekerjaan telah aku selesaikan dengan tepat waktu, hari ini aku akhirnya bisa kembali pulang dengan jadwal pulang seperti biasanya yaitu jam 4:30 sore. Dengan perasaan senang aku merapikan dan mengemas barang-barang ku bersiap untuk pulang, mengajak Disha untuk pulang bersama tapi gadis itu menolak sebab katanya ada urusan di luar yang harus dia selesaikan sebelum pulang.
Tak banyak bertanya lagi aku pun mengangguk paham, berpamitan pada yang lain dan sekalian mengatakan tidak akan masuk hari Senin sebab ada acara keluarga di Jogja yang mengharuskan aku untuk pulang. Setelah itu barulah aku menuju parkiran, mengendarai mobil yang di belikan oleh Mas Saga.
Lebih setengah jam aku terjebak macet sebab jam-jam orang pulang bekerja, jadi aku baru sampai di apartemen ketika jam sudah hampir menunjukkan pukul 5:19 sore. Kebetulan aku memesan tiket pesawat yang jam terbangnya pada jam 8 malam. Jadi masih ada waktu untuk aku beristirahat sebentar sebelum bersiap-siap berangkat ke bandara yang untung saja aku sudah menyiapkan semua barang bawaan ku ke Jogja yang cuman memakan tempat satu koper.
Setengah jam 7 aku sudah siap-siap untuk berangkat ke Bandara sebab jarak dari apartemen ku memerlukan waktu sekitar 20 menit, karna takut terjebak macet aku berangkat lebih cepat. Aku memutuskan untuk memesan grab untuk mengantarku ke bandara, di perjalanan aku pun menelpon Mas Saga untuk mengabarinya bahwa pesawat ku akan terbang jam 8 nanti.
"Halo sayang, udah berangkat?" tanya suara Mas Saga di seberang sana yang langsung menyapa telinga ku.
"Iya, Mas. Aku udah di perjalanan ke Bandara, pesawat aku jam delapan nanti."
"Iya, sayang. Nanti kalau udah sampai di Bandara terus udah mau berangkat kabarin Mas yaa, nanti Mas jemput," ujarnya.
Mendengar niatnya yang ingin menjemput ku di Bandara Jogja membuat aku segera menolaknya. "Gausah jemput aku Mas, kamu pasti cape pulang kerja. Nanti aku ke rumah naik taxi aja atau grab."
Ku dengar suara Mas Saga dengan nada tak suka. "Mas ga cape. Jangan membantah, intinya Mas yang jemput kamu, Mas ga bakal tenang kalau biarin kamu naik taxi apalagi malam-malam begini."
Aku menggigit bibir ku pelan mendengar perkataan Mas Saga, tak berani lagi membalas perkataannya apalagi membantahnya.
"Iya, Mas," cicitku pelan menyahuti perkataannya.
Mas Saga bergumam pelan lalu kembali membuka suara. "Mau cerita sama Ibu ga? Mas langsung mampir kesini waktu pulang tadi."
"Loh, aku kira Mas ada di rumah Mama," kataku. "Yaudah, kasi Ibu dulu, aku mau cerita Mas."
Tak memerlukan waktu yang lama, suara dari Ibu langsung menyapaku. "Halo, Nak..."
Ah, mendengar suara itu membuat aku tak sabar bertemu langsung dengan sosoknya.
"Iya, Bu ini Kara, udah perjalanan pulang kesana," ujarku terus terang lalu memberi tahu kan Ibuku, bahwa pesawat ku akan berangkat jam 8 nanti. Aku pun bertukar suara dalam waktu beberapa menit dengan Ibu sebelum aku mengakhiri telpon sebab sudah sampai di Bandara.
...****...
"Sayang!"
Panggilan itu oleh suara seseorang yang aku kenal langsung membuat aku menoleh ke asal suara, tiba-tiba tubuhku langsung di dekap oleh seseorang, yaitu Mas Saga suamiku yang baru saja memanggil ku barusan.
Ku rasakan pipi ku memanas dan ku yakinin pipi ku juga sudah bersemu merah karna salah tingkah.
"Gimana perjalanannya lancar?" tanya Mas Saga, menatapku setelah melepaskan lilitan tangannya juga memberikan kecupan di keningku.
"Loh, kamu sakit sayang? Pipinya merah banget?" tanya Mas Saga dengan raut wajahnya yang sedikit panik mendapati mukaku memerah seperti kepiting rebus. Asal Mas Saga tau saja, pipiku memerah bukan karna sakit melainkan karna di buat salting olehnya.
"N—ngga, aku ga sakit Mas, ini kayanya karna dingin jadi muka aku merah, iyaa karna itu!!" ujarku cepat, seraya memegang pipiku.
"Beneran bukan karna sakit kan sayang?" tanya Mas Saga memastikan, dia tampaknya begitu khawatir.
Aku mengangguk meyakinkannya. "Iya Mas, ini karna cuaca. Udah ah, ayo pulang aku udah cape banget ini, butuh istirahat," kataku mengajaknya pulang. Tak berbohong saat mengatakan bahwa aku benar-benar lelah pulang kerja langsung berangkat kesini.
Mas Saga pun menuruti, ia merangkul pinggangku dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menarik koper yang berisi barang-barang ku.
Sesampainya di parkiran aku langsung masuk ke dalam mobil begitu Mas Saga membukakan pintu untukku, barulah dia ikut masuk ke mobil menduduki kursi pengemudi.
"Kita malam ini pulang ke rumah ya, sayang? Besok malam baru kerumah Ibu bermalamnya," kata Mas Saga begitu mobil melaju meninggalkan bandara.
"Kenapa Mas?"
Mas Saga menggenggam tanganku dengan tangan kirinya. "Mas pengen kita nginep sendiri dulu di rumah, soalnya kamu juga belum pernah nginep kan di rumah?"
Aku mengangguk. "Yaudah, terserah Mas aja, gapapa kita nginep di rumah dulu malam ini, besok baru di rumah Ibu."
Bibir Mas Saga tertarik membentuk senyuman manis setelah mendengar perkataan ku barusan. Dia mengelus rambut ku pelan sebelum tangannya kembali ke ia gunakan untuk mengemudikan mobil yang kami tumpangi.