Amaya (Maya) , adalah seorang wanita paruh baya berusia 34 tahun.
Usia pernikahan yang hampir menginjak 10 Tahun, Maya dan Suaminya Andi, dan belum juga di karuniai seorang anak inilah yang menjadi Kehidupan rumah tangganya tidak lagi harmonis.
Maya juga selalu di perlakukan seperti orang asing, oleh suaminya.
Sampai akhirnya, Andi menggugat cerai Maya.
Maya yang selalu di cap sebagai Perempuan Mandul, harus memulai babak baru di kehidupannya setelah Andi menceraikannya.
Apa yang akan di alami maya setelah perceraian nya? Apakah Maya bisa bertahan dengan kesenderiannya? Bagaimana maya bisa menyikapi hujatan dan cacian orang-orang di sekitarnya setelah bercerai dari Andi?
***
Ini adalah novel pertama aku di genre wanita kuat-Drama Rumah Tangga.
Mohon dukungannya dengan selalu memberikan like dan komentar membangun. Happy Reading... 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon korokoro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Direktur Perusahaan Pak Mathew
"Gimana kamu setuju dengan tawaran om?" Tanya seorang lelaki paruh baya dengan perawakan tegap tinggi dan berwajah bule yang tidak lain adalah papa nya Devina.
Andi terdiam sebentar, ia melirik ke arah Devina yang duduk di sampingnya. "Saya, sangat berterimakasih atas tawaran om untuk menjadikan saya direktur utama di perusahaan om, tapi, saya harus memikirkan terlebih dahulu. Sebelum saya mengambil keputusan yang besar ini."
Devina mengerutkan kening. "Apa yang harus di pikirkan lagi sih mas?" keluh Devina.
Andi terdiam. Sejujurnya, dirinya belum yakin dengan tawaran ini. Direktur utama di perusahaan yang bergerak di bidang pengeboran minyak bumi milik papa nya Devina memang terdengar menjanjikan, tapi jabatannya sebagai manager area pulau Jawa di tempat nya bekerja sekarang pun, menurutnya sudah cukup bisa menghidupi dirinya dan keluarganya.
Apalagi, perjuangan Andi untuk mendapatkan posisi saat ini di kantor nya tidaklah mudah.
"Kita harus diskusikan dulu, aku juga harus menyelesaikan beberapa projek di kantor ku sebelum aku mengambil tawaran papa kamu." jawab Andi tegas.
Pak Mathew, atau papa nya Devina yang mendengar jawaban tegas dari Andi, terlihat senang, ia menyunggingkan senyumnya. "Bagus Andi."
Devina malah menekuk wajahnya heran mendengar papa nya mendukung keputusan Andi. "Papa ini gimana, tadi minta sendiri mas Andi yang menggantikan papa jadi direktur. Tapi sekarang malah mendukung keputusan mas Andi."
"Kamu ini tidak mengerti, Andi memiliki ketegasan yang seharusnya di miliki oleh seorang pemimpin. Papa semakin yakin kalau Andi bisa memimpin perusahaan kita nanti, tapi untuk sekarang, papa akan biarkan Andi menyelesaikan urusannya di kantor lama nya dulu." Ucapnya sambil tersenyum.
Andi mengangguk hormat. "Terimakasih om."
"Pah, mulai sekarang kamu bisa panggil saya papa." Jawab pak Mathew. "untuk pernikahan kalian bagiamana? sudah sampai dimana prosesnya?"
"Dua bulan lagi pah, aku dan mas Andi masih harus urus-urus persiapannya. Kita gak mau pakai WO" jawab Devina.
"Ya sudah, kalian lakukan sebisa kalian, kalau butuh apapun, Andi, jangan segan bilang ke papa ya." Kata pak Mathew seraya berdiri pamit untuk melakukan aktivitas lain.
Andi mengangguk sambil menjabat tangan pak Mathew.
"Dengar mas, setelah kita menikah, aku mau kamu terima tawaran papa untuk jadi direktur di perusahaannya." Tegas Devina kali ini.
Andi mengerutkan kening. "Tapi, kamu gak tahu bagaimana perjuangan aku untuk sampai di posisi ku saat ini dev."
"Posisi apa? Hanya sebagai manager. Mana bisa menghidupi keluarga kita nanti mas." Bantah Devina.
Andi mengembuskan nafas kasar. "Aku akan pikirkan."
"Harus, aku minta kamu harus mengambil keputusan ini."
Andi terdiam. Sementara Devina malah masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Andi yang masih terdiam.
...****************...
"Keluarga kamu, kenapa kamu gak cerita kalau kamu berasal dari keluarga kaya raya?" Gumam Maya yang saat ini sedang berada di taman depan masjid bersama Raga.
"Buat apa?" Tanya Raga pelan.
Maya menundukkan pandangannya. Sementara Aisya sedang beraliran di lapangan bersama beberapa teman santrinya.
"Aku semakin merasa tidak pantas mas."
"Kenapa? Kita akan memulai semua dari nol. Aku tidak akan mengandalkan kekayaan mereka untuk keluarga kita nanti." Jawab Raga yakin.
Mereka sudah semakin merasa memiliki satu sama lain kali ini.
"Tiga bulan dari sekarang, setelah masa Iddah ku selesai, kalau kamu berubah pikiran, aku bisa terima mas." Ucap Maya pelan.
Raga mengembuskan napasnya pelan. Sambil berdiri dan berjongkok di hadapan Maya, ia meyakinkan Maya sekali lagi.
"Tidak akan pernah berubah. Aku sudah yakin dengan keputusan ku." Ucap raga. "Dengar, mba-- Maya. Aku sudah yakin dengan keputusanku. Tidak akan ada yang merubah apapun keputusanku."
Maya mengangkat wajahnya, ia menatap mata Raga dalam-dalam. Ada sebuah kehangatan dari sorot mata sendu seorang raga. Kehangatan yang dulu pernah ia rasakan dari mantan suaminya.
"Makasih mas, aku sangat bersyukur bisa mengenal kamu." ucap Maya.
Raga tersenyum.
Lalu mereka dikejutkan dengan Aisya yang berlari tiba-tiba menggelantung di punggung Raga.
"Pak Raga Gendong." ucap Aisya terkekeh.
Raga tertawa kecil sambil mengajak Aisya bermain bersama di taman depan sekolah bersama para santri lain yang sudah ikut berkerumun.
...****************...
baik sm orang boleh tp ya jng bodoh gk ada mawas dirinya jd mlh cenderung oon.
tinggal kasih uang sewa kontrak an beres.
aneh raga dan maya ini mudah di begoin orang pdhl orang bisnis pasti otak encer