NovelToon NovelToon
Sepucuk Surat

Sepucuk Surat

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga
Popularitas:46.9k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

"Patah hati yang menyakitkan itu, ketika kita menunggu ketidakpastian."

(Sinta Putri Adam)

---------------------------------------------------------------------------

Tidak ada cinta. Namun, anehnya ku sematkan dia di setiap doa ku.
Lucu bukan? tapi itulah kenyataannya.

Enam tahun, ku jaga hati untuk dia yang dulu datang dengan janji manis. Memberikan sepucuk surat cinta dan cincin sebagai tanda ikatan. Hingga hari, di mana berjalan dengan cepat, kami bertemu. Namun, enam jam aku menunggu seperti orang bodoh, dia tidak datang. Jika sudah begini kemana harapan itu pergi. Aku kecewa, sakit, dan merasa bodoh.

"Aku membenci mu Muhamad Farel Al-hakim."

"Aku membencimu."

Ikutin kisahnya yuk hu...

IG: Rahma Qolayuby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Apa kamu, colon istri cucu saya?

Brak!

Sinta terkejut mendengar pintu ruangannya di buka dengan kasar. Baru saja Sinta akan istirahat tapi dua pengganggu datang.

Siapa lagi kalau bukan Bela dan Cantika.

"Ucap salam dulu."

Sindir Sinta membuat Bela dan Cantika cengengesan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Dokter Rafael adalah senior ku, di kampus. Itu kan yang ingin kalian dengar?"

Ujar Sinta cepat tak membiarkan Bela dan Cantika bicara. Dokter Bela dan Dokter Cantika menganga dengan bola mata melebar. Tak lama keduanya cengengesan karena tebakan Sinta benar. Kedatangan mereka emang ingin menanyakan hubungan Sinta dan dokter Rafael.

Dokter Bela dan dokter Cantika duduk di hadapan Sinta.

"Serius?"

"Iya. Sudah, ah. Aku mau istirahat. Nanti saja tanya-tanya nya."

"Ihh, jawab dulu satu pertanyaan ku?"

"Pertanyaan aku dulu?"

"Aku dulu, Bel."

"Gak, aku dulu Cantika."

"Aku dulu....,"

Sinta bertambah kesal melihat perdebatan kecil di depannya. Waktu istirahat nya benar-benar terganggu. Karena kesal, Sinta memilih keluar saja mencari udara segar.

Dokter Bela dan dokter Cantika yang melihat Sinta keluar ikut mengejar. Mereka berdua berebut mengejar Sinta. Hingga tiga gadis itu saling kejar.

"Dokter Sinta tunggu?"

Seru Dokter Cantika. Sinta tak mengindahkan terus berjalan cepat menuju taman. Para perawat menatap heran melihat kelakuan tiga dokter cantik yang sedang bermain kejar-kejaran.

Rasa kantuk yang sempat menyapa hilang seketika gara-gara kedua temannya.

Huhuhu ....

Dokter Bela dan dokter Cantika ngos-ngosan sambil memegang kedua lututnya di hadapan Sinta yang duduk tenang di kursi taman.

Sinta diam saja tak peduli dengan kedua temannya. Sinta malah mengingat kebersamaan nya dengan Farel waktu Farel belajar berdiri.

Entah bagaimana kabarnya sekarang. Padahal baru beberapa hari saya nyatanya menimbulkan kerinduan.

"Jahat banget sih, malah lari?"

"Iya."

"Habis kalian ganggu istirahat ku. Jadi gak ngantuk lagi."

"Maaf-maaf."

Ucap dokter Bela dan Cantika. Mereka merasa bersalah juga karena sudah menggangu istirahat dokter Sinta. Tapi, mereka kesal juga karena harus berlarian.

"Karena sudah terlanjur, cerita sedikit dong?"

Sinta menghela nafas pelan melihat kedua temannya yang malah cengengesan. Se-ingin tahu nya mereka tentang dokter Rafael.

"Aku dan dokter Rafael hanya senior dan junior. Itu saja."

"Kamu pasti tahu kan, dokter Rafael sudah punya kekasih belum?"

Tanya Cantika antusias. Cantika memang dari dulu sangat mengidolakan dokter Rafael. Begitupun dengan Bela. Soal cogan kedua biji kuaci ini memang tak mau kalah.

"Mm. Setahu ku sih belum. Tapi, gak tahu juga. Soalnya aku tidak terlalu seakrab itu."

"Masa sih, kamu gak tahu?"

"Beneran. Bahkan aku baru ketemu dokter Rafael itu tadi. Itu pertemuan pertama semenjak dua tahun terakhir."

"Masa, sih."

Dokter Bela dan Cantika memicingkan mata . Menelisik Sinta. Tapi, mereka berdua hanya melihat kejujuran Sinta.

"Sudah, ya. Aku tak tahu apa-apa lagi."

Ujar Sinta memang itu yang terjadi. Sinta memang tak tahu apapun tentang dokter Rafael. Yang Sinta tahu, Dokter Rafael adalah senior yang dulu banyak membantu Sinta. Dokter berprestasi dan juga baik. Masalah pribadi Sinta tak tahu apa-apa. Emang sejatinya Sinta dari dulu tak suka mengurusi pribadi orang lain. Mungkin, jika Sarah pasti tahu. Karena Sarah sahabat Sinta di paling kepo.

"Kamu keren ya. Bisa kenal dokter-dokter hebat."

"Alhamdulillah. Allah mempertemukan aku dengan orang-orang hebat."

Mereka jadi mengobrol ringan tentang seputar medis tidak lagi membahas dokter Rafael. Tepatnya, Sinta tak punya jawaban lagi untuk menjawab setiap pertanyaan kedua temannya.

"Dokter Bela, dokter Cantika. Di panggil dokter Yeri."

Deg!

Seketika tubuh mereka berdua menegang. Mendengar namanya saja membuat mereka merinding. Apalagi berhadapan langsung. Siapa yang tidak tahu dokter Yeri. Kepala rumah sakit sekaligus istri dari pemilik rumah sakit Bunda Husna sendiri. Yang terkenal tegas dan juga dingin. Siapapun yang melakukan kesalahan tidak ada toleransi baginya.

Entah kesalahan apa yang mereka perbuat sampai di panggil Dokter Yeri langsung.

(So, yang belum tahu siapa dokter Yeri. Bisa baca di novel The second chance ya.)

Sinta tersenyum melihat ketegangan kedua temannya. Walau Sinta belum berinteraksi langsung dengan dokter Yeri. Tapi, Sinta sedikit tahu tentang dokter Yeri dari para senior nya dulu. Apalagi, dulu dokter Yeri sering hadir di acara workshop ataupun kesenian.

Dulu, dokter Yeri sudah menjadi dokter hebat di usinya yang masih muda dan Sinta masih kuliah.

"Sudah sana, jangan sampai dokter Yeri menunggu lama."

Cetus Sinta membuat dokter Bela dan Cantika beranjak meninggalkan Sinta sendirian. Sinta merogoh sesuatu di saku jas nya. Sinta tersenyum lembut walau tatapan Sinta sedikit menyesal sudah membuang Surat itu.

Sepucuk Surat yang sempat Sinta buang lantara kecewa. Kini, sudah kembali ke genggaman Sinta lagi. Andai saja Ara tidak merawatnya mungkin Sinta akan menyesal seumur hidup. Namun, nyatanya keberuntungan masih berpihak pada Sinta. Sinta berterimakasih banyak pada Ara yang sudah merawat dan menjaga surat itu.

Kini, surat itu kembali menemani hari Sinta seperti enam tahun lalu. Menjadi penyemangat dan obat lelah Sinta.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk membuat Sinta dengan pelan melipat kembali surat itu lalu menyimpan kembali di saku dalam jas nya.

Kening Sinta mengerut melihat ada nomor baru masuk. Sinta membiarkannya saja karena memang sudah menjadi kebiasaan Sinta membiarkan nomor baru. Sinta takut, itu hanya nomor iseng atau nomor penipuan.

Soalnya banyak modus-modus di zaman sekarang yang masuk lewat SMS pada awalnya. Lalu, telepon masuk jika di respon.

Sinta selalu hati-hati dan membiarkannya begitu saja. Sinta kembali menyimpan ponselnya kedalam saku jas. Memilih masuk karena sebentar lagi jadwal Sinta memeriksa para pasien nya.

Rasa lelah tak bisa Sinta sembunyikan lagi. Namun, Sinta tetap profesional menjalankan tugasnya. Dengan senyum mengembang tak pernah luntur dari bibir Sinta tatkala berinteraksi dengan pasien.

Jeda, sholat magrib dan isya. Terakhir Sinta melangkahkan kakinya ke lantai atas. Di mana tugas Sinta satu lagi. Yaitu, memeriksa tuan besar Al-karim.

Setiap kali Sinta akan memeriksa tuan besar Al-karim. Entah kenapa Sinta selalu gugup. Tuan besar Al-karim seorang punya aura tersendiri. Tapi, bukan Sinta namanya jika tidak profesional.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat malam, tuan."

Ucap Sinta masuk ke dalam ruang VVIP bersama seorang suster.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Jawab tuan besar Al-karim dengan suara khas nya. Walau sudah tua, tapi wibawanya masih kentara.

Sinta terdiam sejenak melihat bunda Zahra dan ayah Fahri baru selesai berdoa.

"Izin memeriksa, tuan."

Tuan besar Al-karim mengangguk pelan membiarkan Sinta memeriksa. Perubahan sangat baik, membuat Sinta merasa senang.

"Bagaimana, dok. Apa ada kemajuan?"

"Alhamdulillah, keadaan tuan besar mulai membaik. Detak jantung nya juga normal."

Jawab Sinta membuat bunda Zahra dan ayah Fahri bernafas lega. Begitupun dengan tuan besar Al-karim sendiri. Dia memang merasa tubuhnya lebih baik.

Walau Sinta dan Bunda Zahra dekat tapi mereka tetap profesional di rumah sakit. Apalagi, tidak ada yang tahu mengenai hubungan mereka.

"Kapan saya bisa pulang?"

"Mungkin, sekitar dua atau tiga hari lagi. Tuan bisa pulang, "

"Alhamdulillah, terimakasih banyak dok."

"Sama-sama, nyonya. Kalau begitu, saya permisi dulu. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Tunggu!"

Cegah tuan besar Al-karim membuat langsung Sinta dan suster terhenti.

"Iya, tuan. Apa ada yang di keluhkan?"

"Apa kamu, colon istri cucu saya?"

Deg!

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

1
Marwah Umar
Luar biasa
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
waah ...selamat ea . akhirnya nikah juga 🤗🤗
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak.🥰
total 1 replies
RithaMartinE
mampir kak 😊
Rahma Qolayuby: terimakasih kak, semoga suka sama ceritanya ya🥰
total 1 replies
Yayuk Bunda Idza
nama anak2nya sama dengan nama anak2 q, anak pertama q juga bernama Hanifa dan kedua Habiba
Yayuk Bunda Idza: aamiin ya rabbal aalamiin
Rahma Qolayuby: wah kebetulan sekali bunda🥰🥰 semoga jadi anak Sholehah, yang bikin bunda bangga
total 2 replies
Sumar Sutinah
Luar biasa
Sumar Sutinah
srmangat farel, dn bangkitlah mingkin takdirmu sekarang d pertemukan lg
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Sumar Sutinah
knp keluarga farrl g ada yg datang untuk sekedar minta maaf
Erni Fitriana
mampir
el- nick
ceritanya menarik
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak🥰🥰
total 1 replies
Jumi Saddah
bagus👍👍👍👍👍
Rahma Qolayuby
Hahaha ..🤫🤫
Jumi Saddah
setelah ini nda lgi drama2 an ya,,,
Jumi Saddah
baru lihat ne lanjutan anak asuh adam,,,
nis_ma: kak maaf, ini kisahnya sambung-menyambung kah?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!