NovelToon NovelToon
PESONA ADIK ANGKATKU

PESONA ADIK ANGKATKU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintamanis / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Dalam keluarga yang harmonis, hidup seorang pemuda bernama Raka. Meski bukan saudara kandung, dia memiliki hubungan dekat dengan adik angkatnya, Kirana. Mereka tumbuh besar bersama, berbagi suka dan duka layaknya saudara sesungguhnya.

Namun seiring berjalannya waktu, Raka mulai memandang Kirana dengan cara yang berbeda. Kecantikan dan kemanisan gadis itu mulai membuatnya terpesona. Perasaan terlarang itu semakin membuncah, mengusik hubungan persaudaraan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25

Malam telah berlalu dengan segala pergulatan batinnya menghadapi bisikan-bisikan kegelapan. Namun kali ini, Raka merasa sesuatu telah berubah dalam dirinya. Lecutan kesadaran baru seolah memberinya kekuatan untuk menyingkirkan sisa-sisa pengaruh jahat sang sosok gelap.

Pagi itu, sembari menyesap kopi hangatnya, Raka membayangkan wajah teduh Kirana yang senantiasa mendorongnya untuk sembuh. Pengorbanan sepihak yang dilakukan sang adik angkat tercinta membuatnya semakin bertekad untuk keluar dari kegelapan yang membelitnya selama ini.

"Aku tak boleh mengecewakan kepercayaan Kirana," gumamnya penuh tekad. "Aku harus berjuang hingga titik darah penghabisan untuk mengusir seluruh pengaruh buruk itu."

Dengan langkah mantap, Raka memulai rutinitasnya seperti biasa. Bekerja, bersosialisasi, menjalani segala aktivitas layaknya manusia normal pada umumnya. Namun di sela-sela itu, pikirannya senantiasa terhubung pada tujuan mulianya merajut kembali kebersamaan dengan Kirana.

Dia mengingat bagaimana dulu mereka begitu akrab layaknya saudara kandung. Berbagi tawa riang dan menghabiskan banyak waktu bersama dengan penuh kehangatan persaudaraan. Ah, betapa Raka sangat merindukan saat-saat seindah itu...

"Apa yang bisa kulakukan untuk bisa kembali merajut kebersamaan seperti dulu ya?" Tanyanya lebih pada diri sendiri sembari memandang ke kejauhan dari balik jendela kerjanya. "Sudah terlalu banyak luka dan kekecewaan yang Kirana rasakan karenaku..."

Raka lalu teringat bagaimana dia dan Kirana senantiasa berbagi kebahagiaan dengan cara-cara sederhana. Menikmati kudapan jalanan di taman kota, menyaksikan film bersama di bioskop, atau sekedar bercengkerama menghabiskan waktu sampai larut hanya untuk mendengarkan cerita masing-masing.

"Kebersamaan itu tak selalu harus muluk-muluk," Raka tersenyum simpul, mengingat kegembiraan di wajah Kirana saat mereka melakukan hal-hal remeh seperti itu. "Karena sejatinya, keberadaannya lah kebahagiaanku yang terbesar."

Sore itu, usai menghabiskan waktu di kantornya, Raka memutuskan untuk mampir ke taman kota yang dulu sering dia dan Kirana kunjungi. Menghabiskan waktu di sana, sekedar mengenang masa-masa indah kebersamaan mereka di tempat itu.

Taman itu tampak sama seperti dulu, seolah tak tersentuh waktu dan kenangannya yang telah usang. Sangat indah dengan warna-warni bunga yang tertata apik di setiap sudutnya. Raka memilih bangku taman yang dulu sering menjadi tempat favoritnya bersama Kirana untuk menghabiskan waktu.

"Hai, Kirana..." Raka bermonolog dengan sendirinya, bermain dengan kenangan lama. "Ingat dulu kita sering membeli es krim di taman ini? Lalu duduk di bangku taman sambil menikmati semilir angin sepoi-sepoi bahasa sore hari..."

Dia lalu tersenyum miris, mengingat cara Kirana mereguk es krimnya dengan begitu menggemaskan. Membuat Raka selalu tergoda untuk mengacak rambut gadis itu dengan gemas.

"Kau selalu merengek minta disuapi kalau es krimnya mulai mencair..." Raka terkekeh kecil di sela monolognya. "Dan aku akan menyuapimu meski dengan sedikit kerewelan, menggerutu kekanakan meski dalam hati merasa bahagia bisa melakukannya..."

Kenangan indah itu buyar ketika Raka mengingat kegelapan yang kemudian meracuninya. Akan segala perbuatan buruknya yang merusak hubungan persaudaraan mereka. Membuat mata Raka kembali mengembun oleh siraman penyesalan.

"Kirana... Aku benar-benar menyesal telah menodai kenangan indah kita dengan obsesi kotorku," isaknya pilu. "Aku ingin kita bisa merajut kembali kebersamaan seperti ini... Seperti dulu..."

Raka mengusap matanya yang sembap. Dia tahu dia harus kuat, pantang menyerah menghadapi kegelapan yang membelitnya. Hanya dengan cara itulah dia bisa kembali merajut kebersamaan dan membahagiakan Kirana seperti sedia kala.

Taman itu masih sama, membisu menyimpan serpihan kenangan manis masa lalu Raka dan Kirana. Dan Raka bertekad, suatu hari nanti, Kirana dan dirinya akan kembali duduk di bangku taman itu dalam keharmonisan yang telah lama mereka rindukan.

Merajut kembali kebersamaan, menganyam kenangan baru dalam rajutan benang kasih sayang sejati yang tulus tanpa terkontaminasi gelap. Melepas seluruh belenggu kegelapan agar bisa membuka lembaran kisah persaudaraan yang seindah kepak sayap kupu-kupu.

...

Hari-hari berlalu dengan Raka yang semakin gigih mengusir pengaruh buruk sang sosok gelap dari dalam dirinya. Bayangan teduh Kirana senantiasa mengiringi setiap upayanya untuk meraih kesembuhan sejati.

Setiap kali bisikan-bisikan jahanam itu kembali mengusiknya, Raka akan langsung mengingat senyum manis sang adik angkat. Membayangkan betapa bahagianya Kirana jika dia berhasil mengalahkan kegelapan dan merajut kembali kebersamaan mereka seperti masa-masa indah di taman kota dulu.

"Aku pasti bisa! Demi Kirana, aku harus mengalahkan semua ini!" Tekadnya menguat, menghapus jejak ternoda dari bisikan-bisikan menghasut itu di pikirannya.

Seperti saat ini, di tengah keramaian cafe tempat Raka biasa menikmati waktu senggangnya, bisikan itu kembali mengusiknya. Membisikkan angan-angan buruk yang sanggup melunakkan pertahanan nuraninya.

"Bukankah indah jika kau bisa menikmati Kirana, Raka?" Bisikan itu terdengar merayu meski ditengah kebisingan pengunjung cafe. "Mereguk keindahannya, merasakan setiap lengkung tubuh--"

"Tutup mulut, Iblis terkutuk!" Sentak Raka menghempaskan jeratan bisikan penuh kenistaan itu. "Jangan pernah lagi menggangguku dengan godaan menjijikkanmu!"

Lagi-lagi Raka membayangkan wajah teduh Kirana yang seolah memberinya kekuatan untuk tetap berpijak pada kebaikan. Demi pengorbanan sepihak sang adik yang rela menjauh darinya, Raka tak akan membiarkan bisikan-bisikan itu membuatnya kembali terjatuh dalam kegelapan.

"Aku tak akan kalah lagi darimu," gertaknya dengan sorot mata berapi-api. "Apapun yang kau lakukan, aku akan menghancurkan sisa-sisa pengaruhmu dalam diriku! Demi Kirana!"

Berkat tekad kuat itu, Raka pun berhasil menyingkirkan bisikan-bisikan tersebut. Keheningan menyapanya, memberi ruang untuk segera mengatur kembali ketenangan batin yang sempat terguncang.

"Teruslah memperjuangkan kesembuhanmu, Raka," ujar Raka pada dirinya sendiri dengan penuh keyakinan. "Berjuanglah untuk bisa kembali merajut kebersamaan kita seperti dulu..."

Keesokan harinya, Raka kembali menyempatkan diri untuk pergi ke taman kota. Berkeliling menikmati pemandangan indah yang selalu membuatnya tenang dan tenteram. Tak pelak pula, ingatannya melayang kepada kenangan-kenangan indah bersama Kirana di tempat ini.

Dia duduk di bangku taman favoritnya, membayangkan dirinya dan Kirana tertawa bersama seperti dulu. Betapa dia sangat merindukan momen-momen bahagia tanpa terbebani oleh kegelapan. Namun obsesinya di masa lalu telah menodai segalanya.

"Andai saja aku tak pernah terbelenggu kegelapan...." Raka menghela nafas panjang. "Kita pasti masih sesempurna dulu, Kirana. Merajut kebersamaan dengan tulus tanpa bercela."

Namun semua telah berlalu dan menjadi bagian dari masa lalu yang membekas di hati keduanya. Raka tahu, merajut kembali kebersamaan mereka takkan mudah seperti dulu. Ada banyak luka yang perlu diobati terlebih dahulu.

Tapi dia tak akan menyerah. Kirana telah mengorbankan segalanya demi kesembuhannya. Raka memiliki tekad bulat untuk menebus semua kepedihan yang telah ditanggung sang adik angkat tercinta.

"Tunggulah aku, Kirana," gumamnya menatap hamparan mega kemerahan di ufuk barat. "Aku pasti akan segera kembali padamu, mengajakmu merajut kisah manis kebersamaan kita seperti dulu...

Waktu terus berlalu dengan derap upaya Raka untuk menyingkirkan pengaruh kegelapan sepenuhnya dari jiwanya. Dia terus berjuang, tak gentar menghadapi segala rintangan yang menghadang.

Karena hanya dengan begitu, dia bisa kembali merajut kebersamaan dengan sang adik angkat tercinta. Membangun kembali keharmonisan yang sempat lenyap akibat ulahnya di masa lalu.

Dia ingin kembali membagi suka dan duka bersama Kirana seperti sedia kala. Bercengkerama berjam-jam lamanya, saling berbagi kisah dengan penuh saling pengertian. Tanpa ada lagi kabut hitam yang menghalangi indahnya rajutan kebersamaan tersebut.

Jika semuanya berhasil, Raka memiliki impian untuk kembali ke taman ini bersama Kirana nanti. Menceritakan segala perjuangan yang dia lalui dan bagaimana dia berhasil keluar sebagai pemenang melawan kegelapan dalam dirinya.

Dan entah bagaimana, Raka bisa merasakan Kirana seolah turut mendukungnya dari jarak yang terpaut saat ini. Gadis itu pasti tengah menanti saat di mana sang kakak kembali menyapanya dalam kemurnian rajutan persaudaraan tanpa cela.

Ya, demi merajut kembali kebersamaan indah mereka, Raka tak akan menyerah melawan apapun rintangan yang menghadang...

...

Hari demi hari berlalu dalam derap perjuangan Raka melawan sisa-sisa pengaruh kegelapan dalam dirinya. Obsesi terlarang yang sempat meracuninya kini berangsur-angsur sirna, berkat tekadnya yang membaja untuk merajut kembali kebersamaan dengan Kirana.

Tak ada lagi bisikan-bisikan menghasut yang mengusiknya. Raka telah berhasil menghapus segala kubu pertahanan sang sosok gelap dalam jiwanya. Meninggalkan kekosongan yang justru terasa menyejukkan, memberinya kebebasan untuk bernapas lega tanpa bayang-bayang kegelapan yang membelitnya.

"Aku berhasil, Kirana!" Serunya sambil merentangkan tangan, merasakan semilir angin taman yang membelai kulitnya lembut. "Aku akhirnya berhasil mengusir kegelapan itu dari dalam diriku!"

Ada luapan kelegaan yang membuncah dalam dadanya. Setelah sekian lama berjuang melawan bisikan-bisikan jahanam yang senantiasa mengusiknya, kini Raka bisa merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Perjuangan panjangnya untuk sembuh akhirnya membuahkan hasil manis yang dinanti.

Tentu saja, tak semudah itu Raka berhasil mengatasi semua rintangan tersebut. Dia masih sering bermimpi buruk di malam-malam sepinya, mengenang bagaimana dahsyatnya dia terjerat dalam belenggu kegelapan yang membutakan nuraninya. Namun bayangan teduh Kirana senantiasa menguatkannya untuk tidak menyerah.

"Tunggulah aku, Kirana," bisik Raka di kala melihat bayang-bayang indah sang adik angkat dalam mimpinya. "Aku pasti akan segera menjemputmu kembali ke dalam pelukanku ketika semuanya usai nanti..."

Dan memang, di sinilah Raka kini berdiri, menikmati semilir sejuk taman kota tempatnya dulu menghabiskan banyak waktu bersama Kirana. Merajut kenangan indah yang kini akan dia sulam kembali bersama sang adik angkat tercinta.

Raka menghirup napas dalam-dalam, membiarkan kesegaran udara sore memenuhi paru-parunya. Seperti ada energi baru yang mengalir dalam dirinya menjelang saat-saat kebahagiaannya bersama Kirana tiba. Setelah perjuangan panjang mengusir kegelapan yang meracuninya, akhirnya dia bisa kembali berjumpa dengan sang gadis dalam kemurnian ikatan persaudaraan tanpa cela.

"Kirana, lihat aku sekarang..." Raka tersenyum simpul, membayangkan wajah cantik sang adik angkat di benaknya. "Aku berdiri di taman ini dengan jiwa yang telah bersih dari segala noda kegelapan. Bersiaplah, karena aku akan segera menjemputmu kembali ke sisiku."

Dengan langkah mantap, Raka lalu melangkah pergi dari taman itu. Kali ini dia tak hanya meninggalkan kenangan di belakang punggungnya, tapi juga segala bayang-bayang kegelapan yang pernah membelenggunya. Menapaki jejak baru dalam kehidupan yang terbebas dari seluruh rintangan masa lalunya.

Sebuah senyum sumringah terukir di wajah Raka ketika dia membayangkan momen saat dirinya nanti bersua kembali dengan Kirana. Memeluk erat sang gadis yang selama ini begitu dicintai dan dirindukannya. Meminta maaf sekali lagi atas segala kesalahannya di masa lalu sembari berjanji untuk merajut kehidupan baru yang gemilang dalam kemurnian ikatan persaudaraan mereka.

Nantinya, mereka akan kembali ke taman itu, duduk di bangku favorit sambil bertukar cerita dengan penuh kegembiraan. Mengenang pedihnya masa lalu serta kemenangan Raka dalam mengusir kegelapan itu dari jiwanya. Tak akan ada lagi bayang-bayang menjijikkan yang menghalangi indahnya rajutan kebersamaan mereka.

"Tunggulah aku, Kirana," bisik Raka untuk yang terakhir kalinya sebelum benar-benar melangkah pergi. "Aku akan merajut kembali kebersamaan kita dengan tali persaudaraan tanpa cela sedikitpun."

Langkah kaki Raka yang mantap itu seolah membawanya menuju awal yang baru di mana cahaya kebahagiaan tengah menanti di ujung sana. Demi merajut kembali kebersamaannya dengan Kirana, dia telah menempuh perjuangan hebat yang selalu dibayangi tantangan demi tantangan.

Namun kini, rintangan itu telah tersingkir seluruhnya. Yang tersisa hanya niatnya untuk menggapai keindahan hidup, bersama sang adik angkat dalam pangkuan kasih yang senantiasa mereka rindukan.

1
Almaa
kemilau hppyEnd, thanks sehat slalu thor🙆🏻‍♀️
Almaa
/Blackmoon/
Almaa
<3
dan
wah ini raka nya mesum🤣
Almaa
nyesekkk bgt jadi Kirana, until ifeel that:/
dan
menarik ceritanya
Almaa
greged/Blackmoon/
Almaa
sangat interesting thor🌚
Anonymous
👍👍👍
Anonymous
👍
Anonymous
semangat thor
Anonymous
bagus ceritanya
Anonymous
👍
yong leee
lanjut thor
remember
bagus
remember
seru
penakosong18
🔥🔥
penakosong18
lanjut tor
HRN_18
halo raeder semua,jangan lupa tinggalkan vote kalian ya🥰😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!