Rahim Sewaan

"Asal jangan kau pisahkan aku darinya."

Hati Raina hancur seketika setelah mengatakannya. Dia tidak kuat untuk berdiri lagi dan akhirnya berjongkok sembari menutup wajahnya. Tangisan penuh kepiluan terdengar hingga ke setiap sudut kamar membuat relung hati Adry ikut merasakan pedih.

Dia hanya berdiri mematung. "Beri aku waktu untuk memikirkan hal ini."

Adry lalu pergi meninggalkan Raina begitu saja sembari membenahi kancing bajunya. Pergi keluar dari rumah itu dengan membawa mobil. Bukan karena tidak peduli, dia tidak tega melihat wanita itu menangis. Seperti ada yang menyayat hatinya.

Pikirnya mungkin ini hanya sebatas rasa simpati. Dia tidak mungkin tega untuk melukai hati wanita yang telah mengorbankan hidupnya demi putra semata wayang. Putra yang dia harapkan semenjak dulu ada, kini hadir di depan mata. Namun, semua tidak seperti bayangannya.

Putranya sakit parah dan dokter kemarin mengatakan jika Leon tidak bisa bertahan lama lagi hidupnya. Namun, masalah itu bisa diatasi apabila Leon secepatnya mendapatkan ginjal baru yang sehat. Mereka telah menemukan pendonor itu hanya saja dia masih hidup walau sedang koma. Hal itu sedikit banyak membuat tenang Adry.

Hal lain muncul, apa yang dikatakan Raina benar. Nita tidak akan menerima hal ini begitu saja. Dia pasti akan mencurigai dirinya dan Raina bersiasat untuk menyingkirkannya. Padahal itu sama sekali tidak benar. Ini hanya karunia Tuhan yang mempertemukan Adry dengan darah dagingnya.

Tadinya dia ingin menekan Raina agar menyerahkan Leon dengan alasan keuangan. Namun, melihat Raina yang seperti tidak bisa melepaskan anaknya membuat hati Adry melemah. Mana ada seorang ibu yang mau melepaskan anaknya begitu saja kecuali wanita tidak punya hati dan perasaan.

Adry yang sedang mengendarai mobil lalu memukul stir mobil dengan keras. Masalah ini menguras emosi dan pikirannya. Ini orang tuanya belum tahu. Jika mereka sampai tahu dan turun tangan maka masalah akan semakin rumit.

Mobil memasuki pekarangan rumah sakit dan berhenti di basemen bawah tanah, tempat ruang parkir berada. Hari ini dia berencana bertemu dengan dokter yang akan menangani proses bayi tabung. Dokter ini direkomendasikan langsung oleh Dokter Ryan. Sedangkan sel ****** miliknya serta sel telur milik Nita telah dikirimkan ke rumah sakit ibu sebelumnya dan sudah di periksa. Hari ini dia akan mendapatkan hasilnya.

Seharusnya dia kemari bersama Raina hanya saja wanita itu sedang emosional dengan masalah mereka. Jadi, dia harus bertemu dengan dokter itu sendiri.

Adry menarik nafas panjang sebelum turun dari mobilnya. Dia menyisir rambut dengan tangan dan merapikan penampilannya baru turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Dia menanyakan kepada petugas ruangan Dokter kandungan setelah ditunjukkan dimana ruangan itu Adry mulai melangkah mencarinya.

Semua akan mudah jika ada asistennya Roy namun pria itu sedang mengurus perusahaan miliknya untuk sementara waktu setelah permasalahan ini kelar.

Setelah mengatakan pada petugas pemeriksaan jika dia aja janji dengan Dokter Daniel lalu dipersilahkan menunggu sebelum bertemu dengan Dokter Daniel. Setelah setengah jam menunggu akhirnya Adry bertemu dengan Dokter itu. Mereka lalu duduk berhadapan dan saling berkenalan sebelum berbicara tentang inti masalah mereka.

"Setelah diteliti lebih lanjut kami menemukan adanya kejanggalan pada sel telur dari Nyonya Nita. Ini yang menyebabkan dia selalu mengalami keguguran."

Pikiran Adry langsung bimbingan perkataan dokter tentang kromosom atau apa itu hanya menguap begitu saja. Dia tidak bisa mencerna semua itu karena pada dasarnya dia merasa sangat shock. Nita benar-benar tidak bisa mempunyai anak. Dadanya kini kembali merasa sesak. Mengapa dunia seperti tidak adil kepadanya dan lagi-lagi takdir mempermainkan semuanya.

"Saran saya sebaiknya Anda menggunakan sel telur dari ibu pengganti saja, kami bisa memeriksanya terlebih dahulu," saran Dokter itu.

Adry hanya tersenyum kecut. Tetapi air mukanya berubah drastis menjadi lebih pucat. Ingatan dia kembali lagi sewaktu Raina diperiksa oleh salah seorang Dokter pengganti Dokter Ryan. Dokter itu mengatakan pada Raina.

"Sayang sekali padahal tanpa bayi tabung pun kau akan mempunyai anak dengan mudah," ujar Dokter itu. "Kau punya banyak indung telur yang sehat. Jika tidak memakai KB, bisa dipastikan kau akan punya anak lebih dari lima," ucap Dokter itu tertawa kecil.

"Banyak anak," gumam Adry kala itu.

Hati Adry menjadi galau seketika. Haruskah dia berkhianat pada Nita? Namun, jika itu tidak dia lakukan maka Nita akan tahu jika wanita itu tidak bisa mempunyai anak.

Setelah mereka selesai berdiskusi akhirnya Adry keluar ruangan itu menuju ke ruangan di mana Leon berada. Kakinya terasa berat untuk melangkah. Dadanya mulai panas dan sesak. Dia merasa kalah kali ini. Tidak tahu harus melakukan apalagi.

Akhirnya Adry memilih naik ke rooftop gedung itu untuk menenangkan diri. Dia berjalan hingga ke tembok pembatas, matanya merah dan berair. Ingin dia berteriak marah pada Tuhan yang menyebabkan semua masalah ini datang menimpanya secara bertubi-tubi.

Adry lalu berdiri memandangi langit sembari berpikir keras.

Anak atau istrinya, dua pilihan yang sama-sama sulit. Jika dia melepaskan Leon agar hidup bersama Raina maka itu sama saja melepaskan masa depannya. Lagipula walau dia baru bertemu Leon beberapa kali namun perasaan sayang itu sudah hadir dalam dirinya. Semangatnya tumbuh karena dia telah punya tujuan hidup.

Jika dia jujur pada Nita, apakah wanita itu akan menerimanya? Orang tuanya akan senang mendengar berita ini namun Nita akan merasa tersingkir. Lagi pula dia tidak rela jika Leon bersama dengan Raina.

Raina berkata akan memberikan Leon pengganti, apakah itu solusi yang tepat? Ya Mungkin itu jawaban dari semua masalah yang ada. Nita akan menyayangi anak dari Raina karena menyangka itu bagian dari dirinya. Sedangkan Leon, dia akan hidup bahagia bersama Raina. Dia tidak akan begitu merasa kehilangan karena punya anak pengganti, mungkin? Namun dia tidak yakin akan perkara hatinya nanti.

Orang tuanya akan tenang karena telah memiliki pewaris sehingga tidak memintanya untuk meninggalkan Nita.

Raina benar, mereka harus merahasiakan hal ini dari semua orang. Biarkan semua berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan hanya saja kali ini caranya lain.

Adry menghela nafas berapa kali hingga hatinya merasa lebih tenang. Dia lalu berjalan kembali ke dalam rumah sakit untuk menemui Leon.

Sesampainya di depan ruang perawatan Leon Adry langsung masuk ke dalam. Anak itu sedang duduk di ruangan itu sembari menonton televisi.

"Om, sudah datang? Di mana Ibu?" tanya Leon melihat Adry berada di depannya.

"Ibumu masih di apartemen, dia sedang tidak enak badan sehingga Om, melarangnya datang kemari."

Sedangkan di luar pintu itu nampak seorang pria sedang merekam kebersamaan Leon dan Adry dari jendela kaca.