Hamdan seorang siswa SMA kelas dua. Sedari kecil sudah tinggal di Panti sehingga dia tidak pernah tahu akan keberadaan orang tuanya.
Hamdan sangat suka silat tapi dia tidak punya bakat.
Setiap kali latihan, dia hanya jadi bahan ledekan teman-temannya serta omelin Kakak pelatihnya.
Suatu hari Hamdan dijebak oleh Dewi, gadis pujaan hatinya sehingga nyawanya hampir melayang.
Tak disangka ternyata hal itu menjadi asbab berubahnya takdir Hamdan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa
Sesuai dengan prediksi Tanto, akhirnya Dewi kena batunya.
Dewi dimarah habis-habisan oleh Pak Riko.
"Kenapa harus Dewi yang disalahkan, Pa? Bukan Dewi yang mengeroyoknya. Seharusnya orang tua Hamdan menuju orang yang langsung mengeroyoknya, bukan Dewi."
"Jangan banyak alasan kamu! Siapa yang tak tahu akal bulusmu? Pasti kamu dalang di sebalik pengeroyokan itu, kan? Ngaku saja kamu!"
"Pokoknya mulai hari ini hingga seminggu ke depan, kamu tidak boleh keluar rumah. Biar kamu tidak masuk sekolah sekalian."
Dewi berdiri. Dia tidak terlalu peduli. Tidak sekolah selama setahun pun dia tidak ambil peduli.
"Kunci mobilmu!"
Pak Riko mengulurkan tangannya.
Dewi langsung meletakkan kunci di telapak tangan papanya.
"Handphone sama ATM mu juga."
Wajah Dewi berubah. "Pa, ini terlalu berlebihan."
Pak Riko tidak menjawab.
Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Dewi memberikan barang yang diminta oleh papanya.
Dengan menghentakkan kaki ke lantai, Dewi bergegas pergi ke kamar.
Tak lama kemudian.
"Brak...!!!" Dewi membanting pintu kamarnya dengan keras sehingga mengeluarkan suara yang memekakkan telinga.
Pak Riko tidak peduli. Dia menelpon seseorang.
"Aku sudah melakukan apa yang kamu minta. Tolong sampaikan kepadanya jangan menganggu bisnis aku lagi."
...****************...
Tanto ingin berteriak keras-keras untuk merayakan penderitaan yang dialami oleh Dewi. Tapi tak bisa. Setiap kali dia ingin mengeluarkan suara, dadanya akan terasa sangat sakit.
Barusan papanya telah menceritakan tentang hasil yang dia peroleh.
Papanya telah berhasil menekan Pak Riko untuk memberikan sedikit hukuman kepada Dewi atas 'perbuatannya.'
Tidak sembarang orang yang bisa menggertak Pak Riko si preman pasar itu.
Oleh karena itu papanya Tanto telah meminta bantuan seseorang guna menekan si preman gi*a itu.
Walaupun hukuman yang diterima oleh Dewi tidak terlalu berat yang penting mereka bisa membalasnya.
Bukan tipe papanya Tanto Jika dia tidak membalas perbuatan seseorang terhadap keluarganya.
Itu merupakan prinsipnya.
Dia tidak tahu bahwa sebenarnya dia telah dibohongi oleh anak kesayangannya sendiri.
Seandainya tahu mungkin papanya Tanto akan langsung muntah darah.
...****************...
Hamdan dengan rutin berolahraga untuk menguatkan fisiknya.
Walaupun dia mempunyai ilmu yang dia pelajari dari Harimau Putih, namun jika fisiknya tidak mendukung maka ilmu itu tidak bisa dia gunakan secara maksimal.
Oleh karena itu, Hamdan gila-gilaan terus berlatih dan berlatih setiap ada waktu.
Hanya dalam beberapa hari saja, sudah tampak otot yang bermunculan di lengannya.
Badannya kelihatan lebih tegap, lebih keras dan dia kelihatan sedikit lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Hamdan sedang menunggu Fitri. Hari ini mereka akan berangkat sekolah bersama-sama.
Barusan Fitri menelponnya bahwa dia sudah di jalan.
"Kamu belum sarapan kan, Hamdan?"
"Belum lah, Tuan Putri. Kan tadi katanya jangan sarapan dulu."
Hamdan membuat pose seperti prajurit yang sedang menghadap ratunya.
"Iiihh..." Fitri mecubitnya. Dia tertawa senang.
"Aku sudah bawa bekal. Kita sarapan sama-sama nanti." Fitri memperlihatkan bekal di jok motornya.
"Oke siap..."
"Ayo naik!"
Malu lah, Fit. Masa cewek terus yang bonceng."
"Apa kamu sudah bisa bawa motor?" Tanya Fitri penasaran. Semalam Hamdan bilang dia belum pernah bawa motor sendiri.
"Mudah-mudahan bisa, Fit. Ini juga mau belajar. Kamu berani tidak? Nanti kalau jatuh bagai mana?"
"Asalkan jatuh sama kamu, aku siap saja, Hamdan."
Fitri terkekeh.
Dalam bercanda sebenarnya dia serius.
Setiap kali bertemu dengan Hamdan, rasanya hatinya ini semakin kuat terpaut.
Walau pun hingga hari ini Hamdan tidak mengungkapkan perasaannya kepada Fitri, lewat tindakannya Fitri tahu bahwa Hamdan mulai menyukainya.
Terkadang rasa cinta itu tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata yang penuh rayuan maut.
Rasa cinta itu cukup dibuktikan dengan tindakan yang nyata.
Karena hal itu akan terasa lebih asli, lebih alami dan tentunya juga jauh dari drama.
Sekarang ot*k Hamdan jauh lebih cerdas. Semenjak latihan silat di alam mimpi, bukan hanya ilmu silat yang dia dapatkan.
Ilmu pengobatan seperti ilmu urut pun mulai dia pelajari.
Selain ada perubahan pada fisiknya seperti pandangannya menjadi lebih tajam dan penciuman dan pendengarannya menjadi lebih peka.
Ot*knya juga sepertinya mendapat nutrisi sehingga pikirannya menjadi lebih cemerlang.
Secara teori, Hamdan sudah lama faham cara mengendarai motor. Cuma belum punya kesempatan untuk praktek saja.
Oleh karena itu, hanya dalam waktu sebentar, Hamdan sudah mulai terbiasa mengendarai motor ini. Apa lagi motor Fitri adalah jenis matic.
"Eh, itu si Hamdan? Lama dia tak masuk. Sekali masuk sekolah langsung berduaan sama si Fitri."
"Enak betul si Hamdan, bisa pacaran sama Fitri, selain cantik, kaya lagi."
"Tapi kemaren Hamdan masih terkejar-kejar sama Dewi. Apakah sekarang dia sudah menyerah?"
Hamdan mendengar dengan jelas setiap bisik-bisik dari teman sekelas saat mereka tiba di kelas.
Namun Fitri tidak mendengar sama sekali sehingga dia masih bisa tersenyum ramah kepada mereka.
"Hamdan?? K-kamu ternyata sudah sembuh?" Rika berusaha menutup bibirnya yang keceplosan.
"Apa maksudnya, Rika? Fitri langsung mendekati Rika.
"Apakah kamu yang mengatur semua ini?"
Hamdan tidak ikut campur karena dia sudah tahu sedari awal. Berbeda dengan Fitri, dia memang belum diberi tahu oleh Hamdan.
Atas desakan sikap agresif yang ditunjukkan oleh Fitri, Rika tanpa daya langsung membeberkan rencana mereka yang ingin memberikan pelajaran kepada Hamdan.
"Plak..."
"Plak..."
Fitri menampar wajah Rika.
"Itu peringatan bagi mu karena telah berani menyakiti Hamdan."
"Mana Dewi? Aku juga akan memberikan pelajaran kepadanya."
"Sudah, Fit. Tak enak dilihat orang."
Hamdan menarik Fitri ke bangku.
"Katanya tadi mau sarapan bersama."
Rika mengusap bibirnya yang berdarah.
"Awas kamu, Fit! Tunggu saja Dewi datang. Dewi pasti akan membalas perbuatan kamu ini."
"Coba saja kalau berani." Fitri tak takut.
Para siswa yang lain saling berpandangan.
Fitri membela Hamdan yang selama ini cuek terhadapnya.
Apa kah itu berarti dia dan Hamdan sekarang berpacaran.
Lalu mulai lah gosip itu menyebar dari mulut ke mulut.
Mereka mulai sarapan. Jelas Fitri tidak sedang berada dalam mood yang baik.
"Jadi benaran si Dewi yang telah mencelakakan kamu, Hamdan. Wajar saja kamu tak mau cerita karena jelas kamu masih ada perasaan terhadapnya sehingga kamu masih tetap ingin membelanya."
"Sebegitu besar kah cinta mu terhadapnya sehingga kamu rela mengorbankan nyawa demi dia?"
Mata Fitri sudah mulai berkaca-kaca.
"Bukan begitu, Fit. Tolong dengarkan penjelasan aku dulu."
"Penjelasan apa lagi, Hamdan? Semuanya sudah langsung kelihatan walau pun awalnya kamu ingin menutup-nutupinya."
"Berbahagia lah Dewi karena ada cowok yang benar-benar mencintainya tanpa pamrih dan rela berkorban apa saja demi dia."
"Bukan seperti aku yang hanya bisa berharap dan berangan-angan..."
jcyt. m.p u jbh vg w. h. h Bu. BB ggh u Hb vvg HH GG t gggg g. CC CF ffff. fcf CC. f. c CC cccc'c CC. v CCd, cygggv C TTDC esx GG gy c Bu CC v CC CC CC CC Z zSezszesssS