NovelToon NovelToon
Taruhan Cinta Bad Boy Tampan

Taruhan Cinta Bad Boy Tampan

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Bad Boy / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:83.2k
Nilai: 4.7
Nama Author: Puput

"Gue menang taruhan! Gue berhasil dapatkan Wulan!"
Wulan tak mengira dia hanyalah korban taruhan cinta dari Alvero.
Hidupnya yang serba kekurangan, membuat dia bertekad menjadi atletik renang. Tapi semua tak semudah itu saat dia tidak terpilih menjadi kandidat di sebuah event besar Internasional.
Hingga akhirnya seluruh hidupnya terbalik saat sebuah kenyataan besar terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34

"Menikahi Ara? Tidak! Kamu masih sekolah dan kalian sudah 18 tahun menjadi adik kakak, bagaimana mungkin kamu mau menikahi Ara," kata Sky.

Antares mengepalkan satu tangannya. Dia sudah menebak jika kedua orang tuanya pasti akan menentang hubungannya dengan Adara. "Karena aku cinta sama Ara. Aku ingin menjaganya."

"Kamu beneran cinta sama Ara lebih dari kakak dan adik?" tanya Shena memastikan. "Kamu sadari dulu semua perasaan kamu karena rasa sayang sebagai kakak dan cinta sebagai pasangan itu pasti perbedaannya sangat tipis dan satu lagi, kamu juga harus memikirkan perasaan Ara bagaimana? Apa dia juga menginginkan hal yang sama seperti kamu. Jangan sampai Ara menerima kamu karena dia tidak ingin mengecewakan kamu."

Antares terdiam mendengar perkataan mamanya. Ya, mamanya benar.

"Begini saja, Papa akan suruh anak buah Papa untuk mengawasi Ara dari jauh. Papa juga khawatir sama Ara," kata Sky.

"Tapi entah sekarang atau nanti, aku tetap ingin menikahi Ara. Aku akan berusaha mengambil hati Ara."

"Ya sudah, terserah kamu, yang terpenting kamu tidak melukai perasaan Ara karena rasa cinta kamu itu. Pikirkan baik-baik, jangan sampai perasaan kamu menjadi penghalang kedekatan kamu dan Ara." Sky kembali melajukan motornya menuju rumah.

"Ares, menikah itu juga bukan permainan. Kamu harus memiliki tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab kepada istri kamu secara lahir dan batin. Kamu juga harus bisa membahagiakannya lebih dari kamu membahagiakan diri kamu sendiri. Nikmati masa muda kamu dulu. Jangan tiru nenek kakek kamu atau mama dan papa. Kalau bisa, kamu jangan menikah muda. Ara pasti juga masih ingin meraih impiannya," jelas Shena lagi.

Antares menatap jalanan yang dia lalui. Iya, apa yang dikatakan mama dan papanya memang benar. Dia belum punya apa-apa untuk membahagiakan Adara.

...***...

Jadi Kak Riki mau jual Ara? Ini sudah keterlaluan. Dia tidak berubah tapi malah semakin menjadi. Aku harus cari cara agar Kak Riki segera masuk penjara.

Wulan berjalan mondar mandir di kamarnya memikirkan masalah itu. Dia berusaha mencari jalan keluar yang tepat.

"Dipta! Iya, sepertinya Dipta bisa bantu. Tapi aku gak punya nomornya." Wulan mengambil ponselnya dan membuka dinding chat Alvero tapi urung. "Aku gak mungkin tanya Vero. Tanya Kak Ares saja."

Wulan keluar dari kamarnya lalu mengetuk pintu kamar Alvero. "Kak, aku boleh masuk?"

"Iya, masuk saja."

Wulan masuk ke dalam kamar dan melihat Antares sedang mengompres bahunya dengan kompres hangat. "Kak, bagaimana hasil check up hari ini?" Wulan mengambil alih kompres hangat itu dan membantu kakaknya mengompres.

Alvero terdiam beberapa saat karena kata dokter bahunya semakin parah.

"Gak papa. Kamu tenang saja," kata Antares agar Wulan tidak khawatir padanya.

"Kak, aku minta nomornya Dipta dong? Punya?"

Seketika Antares menatap Wulan. "Buat apa?"

"Aku ada perlu sama Dipta."

"Ambil saja hpku. Kamu cari saja namanya Dipta." Antares mengambil kompres itu lagi dan mengompresnya sendiri.

Wulan segera mengambil ponsel Antares dan mencari kontak Dipta.

"Kamu suka sama Dipta?" tanya Antares.

"Eh, hmm, nggak. Aku cuma ada perlu, bukan berarti suka sama dia." Kemudian Wulan mengirim nomor Dipta ke ponselnya.

"Dipta itu baik. Dia pasti juga bisa jagain kamu. Tapi Vero juga cinta sama kamu. Salahku dulu nantangin Vero taruhan buat dapatkan kamu. Taruhan itu bukan sepenuhnya salah Vero, tapi salahku. Dia juga yang membatalkan taruhan itu karena dia jatuh cinta sama kamu."

Wulan terdiam mendengar perkataan Antares. Sebenarnya dia juga masih mencintai Alvero, cinta pertamanya yang tidak mungkin dia lupakan begitu saja.

"Tapi semua terserah kamu. Kalau kamu lebih memilih Dipta, gak papa. Biarin tuh si Vero nangis-nangis. Kapanlagi bad boy berubah jadi sad boy. Aku menunggu hal itu terjadi." Antares tertawa jahat. Baik dia maupun Alvero memang sering bertengkar tentang hal-hal kecil, tapi semua itu semakin memperkuat ikatan persaudaraan mereka.

Wulan tersenyum kecil. "Tapi aku masih belum mau memikirkan cinta. Sebentar lagi udah ujian akhir, lalu persiapan pertandingan secara matang. Aku mau konsentrasi dulu."

Kemudian Wulan mengirim pesan pada Dipta karena dia ingin menemuinya.

"Makasih nomornya, Kak." Wulan keluar dari kamar Antares tepat saat Dipta menghubungi nomornya.

"Nih anak tinggal balas aja kenapa telpon."

Dia masuk ke dalam kamarnya dan mengangkat panggilan itu.

"Ciee ... yang kangen sama gue." Dipta tertawa di ujung sana.

"Bukan kangen. Gue ada tugas buat lo."

"Tugas apaan?"

"Gue butuh lo sebagai pembasmi kejahatan dan penegak keadilan."

"Ahaha, udah kaya superhero aja gue. Lo mau gue jadi apa? Power ranger merah?"

Hal itu membuat Wulan semakin tertawa. "Ih, gue serius. Kita ketemuan ya, biar lebih jelas."

"Oke, 10 menit lagi gue jemput."

"Eh, tapi ...."

Belum sempat Wulan menjawabnya, Dipta sudah mematikan panggilan itu.

"Aduh, padahal kan gue mau berangkat sendiri. Nanti gimana kalau Mama dan Papa tahu. Diizinin keluar gak ya?"

Wulan mengambil jaket dan memakainya. Dia juga memasukkan ponsel serta dompetnya ke dalam tas. Kemudian dia keluar rumah.

"Wulan, mau kemana?"

Baru juga menuruni tangga dia sudah disambut oleh Alvero yang baru sampai di rumahnya.

Wulan menggigit bibir bawahnya. Bagaimana jika Alvero sampai tahu dia akan keluar dengan Dipta? Pasti mereka akan bertengkar.

"Gue cuma mau ke minimarket depan." Buru-buru Wulan melangkahkan kakinya keluar dari rumah tapi Alvero masih saja mengikutinya.

"Ayo, aku antar."

"Eh, gak usah. Lo ada perlu sama Kak Ares kan? Kak Ares ada di kamarnya."

Alvero menatap curiga pada Wulan. Dia tak juga masuk ke dalam rumah, hingga akhirnya sebuah sepeda motor berhenti di dekat pagar rumah Wulan.

Alvero menatap seseorang yang kini melepas helmnya dan berjalan mendekat. "Dipta!"

1
George Lovink
Cerita bodoh...
Jro Sriyani
nyesek aq...
Risma Waty
Adara dan Antares putus ya?
Helen Nirawan
kualat
Helen Nirawan
aneh si antares ini gk bs trima wulan ,konyol tau gk , bkn kemauan wulan kn waktu bayi ketuker , kok kesan ny kyk nyalahin wulan , gaje lu 😞😞
Helen Nirawan
adara gede di ambek issshh
aca
g suka ma ara manja amat
aca
ares tolol malah nganter orang lain daripada adek sendiri
aca
ares woy darah lebih kental dr air woy malah bela ara aneh
aca
adara biar g manja lu dr bayi hidup enak wulan yg sengsara
aca
ara egois lu tu anak orang miskin woy
aca
aneh bgt malah g suka wulan pdhl dia korban
trek petrek215
Kecewa
trek petrek215
Buruk
Arista Puri
suka sama endingnya
Arista Puri
mirip endless love tp aku
suka sekali sama cerita ini
Arista Puri
Luar biasa
Anonymous
Kayanya adik kembarnya anteres itu wulan deh bkan ara,kayanya mereka di tukar
Arcila Putri
sifat Ara ni egois nampaknya
Risma Waty
BTW, tetap ditunggu extra partnya... thanks so much for your writings. Ada nilai2 moral yang dapat dipelajari dari novel2 mbak. Sehat selalu... GBU ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!