Aresha adalah gadis jenius, dia menyembunyikan identitas asli dan hidup sebagai Disha sejak kecil untuk menghindari ancaman musuh keluarga. Mengenakan kacamata tebal, Disha menutupi pesonanya dengan penampilan yang sederhana sambil diam-diam menyelidiki identitas musuh-musuhnya.
Suatu penyelamatan darurat, Disha berpartisipasi dalam penyelamatan nyawa pasien VVIP bernama Rayden, kemunculan Rayden membuat Disha menyadari adanya bau musuh yang muncul.
Di saat yang sama, karena Disha Rayden teringat pada gadis hilang yang dia cintai selama bertahun-tahun.
Tanpa sepengetahuan satu sama lain, keduanya mulai diam-diam mengawasi gerak-gerik masing-masing.
Apakah Rayden adalah musuh keluarga yang harus Disha hindari? Keterikatan macam apa yang terjadi di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGD Bab 21 - Terpana
Rafaela dan Dena berjalan beriringan, di salah satu saku celana Dena sudah ada 1 kecoa mati yang dibalut oleh tisu.
Mereka masuk ke ruang makanan untuk acara nanti. Sebelum Dokter Anna kembali memeriksa kesiapan semuanya, mereka harus mengacaukannya lebih dulu.
"Kak Vio," panggil Rafaela, seraya masuk ke dalam ruangan itu. Saat itu Vio sedang duduk di kursi yang tersedia disana. Tak jauh dari banyaknya kotak makanan yang tersusun rapi di atas meja berukuran panjang itu. Bukan hanya untuk anak-anak panti, makanan itu juga diperuntukkan untuk para panitia.
Dena pun mulai menatap penuh selidik, mencari-cari celah untuk memasukkan kecoa ini.
"Raf, ada apa?" tanya Vio pula, Rafaela dan Dena tidak termasuk dalam panitia inti, hanya diminta untuk membantu andai senggang dalam pekerjaannya.
"Jam berapa nanti makanannya dibagikan Kak? aku dan Dena akan membantu."
Mendengar itu tentu saja Vio merasa senang, dia menyambut baik niat Rafaela dan Dena.
"2 kali pembagian, 15 menit setelah anak-anak itu duduk di kursi mereka masing-masing, pembagian Snack. kemudian jam 11.30 ketika memasuki waktu makan siang."
"Baiklah, nanti aku akan datang lagi di waktu itu, setelahnya apa kamu boleh ikut menunggu stand makanan?" terang Rafaela, kembali bertanya untuk memperpanjang pembicaraan mereka. Saat ini masih jam 08.45, para panitia masih sibuk menyambut kedatangan semua tamu dari panti asuhan Kasih Bunda.
Dan disaat Rafale berbincang seperti itu bersama Vio, Dena pun dengan segera menggerakkan tangannya untuk memasukkan kecoa yang di bawa di salah satu kotak untuk makan siang. Meski cukup sulit untuk memasukkan namun untunglah dia berhasil. Sedikit membuat kotak itu jadi terkoyak. Namun untunglah Vio tidak menyadarinya. Dena lantas bergidik jijik ketika menyelesaikan tugasnya, karena tadi dia harus menyentuh kecoa menjijikkan itu secara langsung. Jika tetap menggunakan tisu membuatnya kesulitan.
Dan setelah misinya selesai, Dena pun menyentuh pinggang Rafaela, menyentuh sambil mengelap tangannya yang kotor.
Paham dengan kode yang diberikan oleh Dena, Rafalea pun kemudian pamit untuk pergi dulu dari sana.
Sementara Vio pun ikut pergi untuk melihat anak-anak dari panti asuhan itu datang. Vio mengunci pintu itu rapat, seolah tidak terjadi apapun.
"Yes!!" pekik kedua gadis itu ketika mereka sudah berada di dalam kamar mandi, Dena mencuci tangannya dengan sabun berulang kali. Setelahnya juga membasuh mengunakan antiseptik.
"Berhasil sih, tapi sampai sekarang aku masih merasa jijik Raf," ucap Dena dengan wajah cemberut, namun Rafalea hanya tertawa sana melihat sang sahabat.
"Tenang saja, tanganmu sudah bersih Dena. Dan setelah ini kita akan lihat ketua panitia cupu itu kelabakan karena harus dengan cepat mencari makanan pengganti."
Hahaha, tawa mereka berdua kembali menggelar.
Tepat setelah 15 menit anak-anak itu duduk di kursinya masing-masing, Vio dan panitia yang lain membagikan Snack, sementara di depan sana Disha menyampaikan kata sambutan dan ucapan selamat datang untuk semua orang. Suaranya begitu riang ketika dihadapan para anak-anak seperti ini. Dia tidak berdiri di atas podium yang tersedia, namun turun ke bawah dan sesekali memeluk salah satu anak-anak itu.
Menciptakan suasana yang begitu nyaman.
Meski penampilan Disha sangat cupu, namun ketika bicara di depan publik seperti itu terlihat sekali jika Disha memiliki otak yang cerdas. Pembawaannya sudah seperti seorang pemimpin besar.
Seorang pria di ujung sana yang duduk di kursi roda pun bahkan sampai terpana melihatnya.
Apa dia benar-benar cupu? kenapa ku lihat dia sebenarnya tidak seperti itu? Batin Rayden.