Azalea Safira tidak pernah menyangka bahwa ia akan terikat oleh pesona Kevin. Boss arogan, angkuh dan menyebalkan.
Awalnya, hubungan mereka hanya sebatas atasan dan asisten pribadi saja. Tanpa Kevin sadari, ia mulai bergantung pada asisten pribadinya itu.
Kevin pikir, selama bersama dengan Safira setiap hari, itu sudah cukup. Namun, siapa sangka kisahnya tidak berjalan sesuai rencana.
Akankah Kevin berhasil mendapatkan hati Safira? Mengingat sikap Kevin yang selalu seenaknya sendiri padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25
"Mau kemana kamu?" Ryan menahan lengan Kiara agar gadis itu tidak pergi setelah mengacaukan semuanya.
Ya, Kiara sudah mengacaukan rencana pernikahannya dengan Safira—kakak kandungnya sendiri. Gara-gara Kiara ada di kamar yang sama dengannya, Safira memergoki mereka berdua.
Dan sekarang, gadis itu malah berniat kabur darinya tanpa bertanggungjawab.
Awalnya, Ryan dan Bram hanya bermain-main saja. Jika salah satu diantara mereka berhasil membawa gadis yang masih perawan, maka pihak yang kalah harus membayar pemenang.
Ryan bertaruh untuk sesuatu yang mustahil dengan sahabatnya itu.
Namun, siapa yang menyangka jika Bram benar-benar mendapatkan gadis perawan.
Yang ternyata adalah calon adik iparnya sendiri.
"Kakak mau apalagi?" sentak Kiara menoleh dengan tatapan tajam lalu menepis kasar tangan Ryan.
"Belum cukup Kakak menghancurkan masa depan aku dan hidup kak Safira?"
Kiara meluapkan emosinya pada Ryan. Dan sialnya, Ryan adalah laki-laki pertama yang sudah mengambil ciuman pertama Kiara.
"Aku nggak nyangka, ternyata kakak lebih brengsek dari kak Bram!" pekik Kiara.
"Menghancurkan semuanya kamu bilang? Justru karena bocah sepertimu aku jadi batal menikah dengan kakakmu! Atau jangan-jangan kamu memang sengaja ingin ini terjadi karena kamu sudah lama menyukaiku sebelum Safira, iya?" Ryan malah menuduh balik Kiara.
Selama beberapa kali datang berkunjung ke rumah sakit bersama Safira, Kiara terlihat sering mencuri pandang padanya.
Ryan pikir, Kiara pasti memendam perasaan untuknya.
"Ayok jawab! Kenapa diam?!" Ryan mencengkeram sedikit kuat pundak Kiara, menekan gadis itu dengan tatapan tajamnya.
"Nggak! Aku sama sekali nggak tertarik sama kak Ryan!" elak Kiara.
Sepertinya Ryan sudah salah paham.
"Cukup!" sahut manager klub yang sejak tadi muak mendengar pertengkaran mereka berdua. "Aku minta kalian berdua segera keluar dari sini. Atau aku tidak segan-segan menyeret kalian."
Mendengar itu, cengkraman tangan Ryan mengendur. Kesempatan untuk Kiara segera kabur.
"Hei, bocah nakal tunggu!" teriak Ryan menyambar jaketnya lalu bergegas menyusul Kiara.
••••
"Safira!" teriak Kevin seraya menegang kepalanya yang masih terasa pusing.
Sejak tadi, Kevin sengaja menahannya hanya demi Safira. Kevin tidak mau wanita itu khawatir dengan keadaanya.
"Tidak perlu dikejar lagi, Pak. Ada saya disini. Kita kembali ke dalam ya. Atau amda mau kita langsung ke hotel?" Bunga menggandeng lengan Kevin, bergelayut manja di pundak kokohnya.
"Menyingkir!"
"Tapi, Pak... "
"Mulai besok, kamu tidak perlu datang ke perusahaan lagi!" Kevin mendorong kasar pundak Bunga. "Jangan muncul lagi di hadapanku. Aku muak melihat wajahmu!" lanjutnya.
Bunga menggeleng. "Saya mohon, jangan lakukan ini, Pak. Saya minta maaf karena sudah memasukkan obat perang sang di minuman anda. Saya melakukan itu karena mencintai anda."
"Cinta kamu bilang?" langkah Kevin terhenti. Tanpa menoleh ke belakang ia kembali berucap, "Kubur jauh-jauh perasaanmu itu. Karena tidak akan mempan padaku."
Kevin berlari pergi. Sementara Bunga, diam mematung dengan perasaan kecewa.
Perjuangannya selama ini untuk mendapatkan jati Kevin harus berakhir menyedihkan.
Di sisi lain, Safira mempercepat langkah kakinya saat merasa ada seseorang mengikutinya.
"Azalea Safira, berhenti aku bilang!" benar saja dugaan Safira, ternyata Kevin masih mengejarnya.
"Berhenti, Vin. Jangan ikuti aku!" pinta Safira. Air matanya luluh membasahi pipi bersamaan dengan rintih hujan yang turun malam ini.
"Kenapa kamu keras kepala, hah?!" Kevin berhasil mendapatkan Safira. Ia menarik pinggang wanita itu, memeluknya dari belakang.
"Kamu bisa sakit jika terus berlari di tengah hujan," lirihnya seraya menggigit bibir bawah, menahan sesuatu yang ingin meledak dari tubuhnya.
"Biarkan aku sendiri dulu. Aku butuh waktu untuk—"
"Untuk memikirkan Ryan?" sahut Kevin, memotong ucapan Safira. "Apa yang kamu harapkan dari pria brengsek seperti dia?"
Kevin sudah mengetahui semuanya jauh sebelum Safira. Bagaimana Ryan dan keseharian pria itu. Bahkan mereka dulu sangat dekat.
Dia sering bermain wanita dan bergonta ganti pasangan. Menganggap wanita itu seperti pakaian. Yang bisa Ryan pakai dan lepas sesuka hati.
"Mau bukti lagi?" gumam Kevin dengan berbisik. Menempelkan pipinya di pipi Safira.
Matanya sesekali terpejam. Debaran aneh mulai menghampirinya. Menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Nggak perlu," tolak Safira hendak melepaskan pelukan Kevin, namun tidak bisa. "Aku akan meminta penjelasan pada Ryan. Aku rasa semua ini hanyalah salah paham."
Safira tidak mau mengambil kesimpulan secepat ini. Adanya Kevin dan juga Kiara bahkan Ryan di satu tempat yang sama, membuat Safira berpikir yang tidak-tidak.
"Aku curiga, atau jangan-jangan ada seseorang yang sengaja melakukan ini," ucap Safira dengan penuh keyakinan.
"Maksud kamu?" tanya Kevin penasaran. Keningnya berkerut.
"Kamu, Vin! Pasti kamu kan dalang dibalik semua ini?" tuduhnya sontak membuat Kevin menjaga jarak darinya.
kok udah end aja????????
tetap semangat jangan patah semangat!! 🤗