NovelToon NovelToon
Orin

Orin

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Mengubah Takdir / Konglomerat berpura-pura miskin
Popularitas:45.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yenny Een

VROOOM!

VROOOM!

Orin mempercepat laju motornya menerobos derasnya hujan. Orin bahkan tidak menyentuh rem sama sekali. Entah kenapa hatinya tidak terima mendengar perkataan jujur dari teman-temannya. Orin menangis di tengah gemuruh dan derasnya hujan. Matanya basah tiba-tiba penglihatannya mengabur.

SZZZZT!

Kilatan petir yang menyilaukan menyadarkan Orin. Mata Orin melebar selebar-lebarnya tatkala nampak seorang nenek tua tepat di depan motornya. Orin panik, dia menginjak rem belakang. Usahanya percuma karena Orin terlanjur menghabiskan full gas motornya. Orin berteriak dan terus menekan klaksonnya.

TIN!

TIIIIIIIIINNN!

CKIIIITTTT!

BRAAAAKK!


Yuk ikuti ceritanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Bertemu Sang Mantan

BUGH!

BUGH!

"Rendi, awassssss!" teriak Faris.

Rendi terkapar di tanah, Rendi mengelap kasar noda merah yang ada di sudut bibirnya. Rendi bangun dan menatap Aydin dengan tatapan yang mematikan. Rendi tidak menerima kekalahan. Rendi kembali melayangkan tinju ke wajah Aydin. Aydin langsung membalasnya dengan pukulan bertubi-tubi ke wajah hingga ke perut Rendi. Rendi ambruk.

Aydin kembali melihat asap hitam pekat di sekitar tempat itu. Aydin yang penasaran hendak mengikuti asap hitam itu tapi asap hitam itu menghilang.

"Kalian, kenapa menculik Orin?" tanya Aydin.

"Kamu siapa? Siapa juga yang menculik Orin. Kami sepasang kekasih yang sedang bertengkar." Jawab Faris.

Aydin mendekati Faris mencengkram kerah baju Faris dan duduk di atas perutnya menghajar wajah Faris dengan kepalan tangannya sampai babak belur. Aydin mengeluarkan sesuatu dari kantong seragam Faris, membuka dan memasukkannya ke dalam mulut Faris.

"Jangan macam-macam loe bocah! Atau gue laporin loe ke polisi!" Aydin dengan kasar melepaskan cengkramannya.

"Cuih, cuih, uhuk, uhuk," Faris memuntahkan alat kontrasepsi pria yang ada di mulutnya.

Omar tidak tinggal diam, dia melayangkan kaki dan menendang tubuh Faris dengan keras, "Kurang ajar loe ya!"

"Omar, sudah tenang, biarkan polisi yang akan menangkap mereka," Aydin menahan tubuh Omar.

Aydin berhasil membawa Omar masuk ke dalam mobil. Aydin meninggalkan Faris dan Rendi di jalanan. Tak lama setelah mobil Aydin hilang dari pandangan mata, sebuah mobil box berwarna putih berhenti. Beberapa orang berbaju serba hitam keluar dari mobil dan dengan paksa membawa Rendi dan Faris masuk ke dalam mobil box.

Rendi dan Faris terlihat melakukan perlawanan, tapi sayang kekuatan mereka tidak sebanding dengan orang-orang berbaju hitam. Mereka dibuat tidak sadarkan diri dan dibawa pergi entah kemana.

- Di kediaman keluarga Papa Thoriq

Orin sudah sadar sepenuhnya. Orin menceritakan kisah hari ini kepada keluarganya dan Aydin. Omar sangat marah dengan tindakan Faris, beruntung Aydin cepat mengambil tindakan jika tidak Omar tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi kepada adiknya.

Setelah kejadian hari ini, Papa Thoriq meragukan Orin yang ingin hidup mandiri. Papa terlebih lagi mama khawatir kalau kejadian seperti ini akan terulang lagi. Tapi Orin dengan sopan dan halus memberikan penjelasan kepada mereka apa yang ingin Orin cari.

Orin ingin orang-orang tidak mengetahui identitas dirinya sebagai anak perempuan satu-satunya di keluarga Thoriq. Orin ingin mencari pertemanan yang tulus yang tidak memandang siapa dirinya dan tidak memanfaatkan materinya. Begitu juga dengan percintaan. Orin ingin mencari seseorang yang benar-benar tulus.

Orin tidak pernah tahu apakah untuk sekarang dirinya akan diberikan kesempatan untuk hidup panjang. Orin ingin memanfaatkan waktunya untuk memperbaiki kesalahannya dan mencari orang-orang yang pernah tersakiti karena perbuatannya.

Papa dan Mama mengerti tapi dengan satu syarat. Orin tinggal bersama Ezar. Orin akhirnya setuju begitu juga dengan Ezar. Aydin tersenyum mendengar penjelasan Orin. Ternyata Orin benar-benar merubah sifatnya.

Papa Thoriq berjalan ke luar rumah dan duduk di teras sambil menghubungi seseorang.

"Hallo Thoriq." terdengar suara pria seumuran Papa Thoriq.

"Aku sudah menemukannya. Dia sehat. Walaupun kondisi sebelumnya sangat kacau. Dia pintar sepertimu."

"Benarkah?" orang itu terdengar senang.

"Semoga saja apa yang dulu kita rencanakan terwujud. Biar takdir mereka sendiri yang tentukan," Papa Thoriq tersenyum penuh pengharapan.

"Semoga saja, terima kasih Thoriq."

- Di Kota J

Aydin dan Omar melakukan perjalanan bisnis ke Kota J. Orin dan Ezar ikut bersama mereka sekaligus liburan. Mereka menginap di sebuah hotel di Kota J. Dan mereka makan siang di restoran yang ada hotel itu. Tatapan mata pria muda yang ada di restoran tertuju ke Orin.

"Bisa gak sih jangan maka di sini?" bisik Orin ke Bang Omar.

"Kenapa?" Omar sepertinya merasakan apa yang dirasakan Orin.

"Dek, seharusnya kamu senang dong. Yang lain pada ngiri lihat kami tiga Cowok kece mengelilingi satu Cewek cantik," goda Ezar.

"Semua gak ada yang benarnya Kak. Tuh yang duduk dipojokan lagi taruhan siapa yang mendapatkan nomor ponsel Orin hadiahnya satu juta. Noh yang dua orang di dekat pintu ngatain Orin bawa kekasih, gebetan dan selingkuhan."

"Ha, ha, ha yang benar Dek?" tanya Ezar.

"Tunggu dulu, emang kamu bisa baca pikiran orang?" Omar mengernyitkan keningnya.

Orin tersenyum menatap Omar dan Ezar.

"Hmmm, Bang O. Jangan bilang kedatangan kita ke sini cuman akal-akalan Bang O aja kan. Sebenarnya Bang O ke sini mau balikan sama mantan kan?"

"Orin!" mata Omar melotot.

"Serius?" Ezar dan Aydin menatap penuh tanya ke arah Omar.

"Aydin, please gue minta tolong sama loe." Omar mengatupkan kedua tangannya.

"Ok Bos." Jawab Aydin.

"Hmm, kalo Kak E malah menghindar dari mantan kan?" Orin menyandar pada kursinya.

"Betul, betul, betul," jawab Ezar.

"Kalo Aydin?" tanya Omar.

Orin menatap Aydin, tapi tidak mendengar suara hati Aydin. Orin mendekati Aydin yang kebetulan duduk disampingnya. Tanpa Orin sadari, di dalam diam Aydin saat ini jantung Aydin berdetak sangat cepat. Tatapan Orin mampu meruntuhkan tembok hati Aydin yang selama ini terkunci gembok besi.

"Dek, jangan lama-lama natapnya. Nanti kamu jatuh cinta," goda Ezar.

"Kok aku gak bisa dengar suara hati Kak Aydin ya." Orin bangun dari tempat duduknya dan menempelkan telinganya ke dada Aydin.

Aydin semakin salah tingkah, wajahnya merona.

"Ehem, maaf Orin, aku mau ke kamar mandi." Aydin perlahan berdiri dan menuju ke kamar mandi.

"Dek, apa-apa an sih gak sopan tau," Omar menepuk tangan Orin.

"Lucu Bang liat wajah Aydin merah kayak kepiting rebus, ha, ha, ha." Ezar menutup mulutnya.

"Kok aku gak dengar suara hati Kak Aydin ya?" Orin kebingungan.

Aydin mendengar percakapan di dalam toilet, ada seseorang yang jatuh hati ketika pertama kali melihat Orin. Cowok itu ingin sekali berkenalan dengan Orin dan meminta tolong kepada temannya. Tapi temannya bilang siapa tau dari ketiga cowok yang bersama Orin salah satunya adalah kekasihnya.

Terdengar suara kecewa dari cowok itu. Setelah mereka meninggalkan toilet, Aydin keluar. Ada perasaan tidak senang di hati Aydin ketika ada orang yang menyukai Orin. Aydin juga tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Kok bisa dia yang baru mengenal Orin secepat itu menyukai Orin.

Aydin sudah menutup rapat hatinya. Aydin yang sebelumnya pernah mencintai bahkan cinta mati kepada seorang gadis bahkan rela meninggalkan keluarganya demi cintanya. Tapi apa yang terjadi, gadis itu mengkhianati dan meninggalkan dirinya demi pria lain. Aydin kecewa, marah, sakit hati dan Aydin meninggalkan kota tempat tinggalnya dengan membawa luka di hati.

Aydin yang ingin kembali ke meja makan melihat kedua cowok yang tadi berada di toilet berada di di depan meja makan Orin. Entah apa yang mereka berdua lakukan di sana. Dan tanpa sengaja Aydin bertemu dengan seseorang yang baru saja dia pikirkan. Dia adalah mantan Aydin yang dengan bahagianya menggandeng tangan kekasihnya.

"Hallo Aydin," sapa Vania.

"Hallo," jawab Aydin.

"Apa kamu bekerja di sini?" tanya Vania.

"Siapa honey?" tanya kekasih Vania.

"Dia mantan aku," jawab Vania.

"Oh jadi mantan kamu. Honey bersyukur kamu punya aku. Kalau bersamanya kamu tidak akan seperti ini," sindir kekasih Vania.

"Apa kamu bekerja di sini? Tolong siapkan meja untuk kami berdua," Vania mengeluarkan beberapa lembar uang untuk Aydin.

Aydin tidak memperdulikan Vania. Aydin meninggalkan mereka berdua.

"Hei kamu! Siapkan meja untuk kami! Mau kamu dipecat!" teriakan Vania menjadi perhatian seisi restoran.

Aydin diam di tempat dan berpaling menatap tajam ke arah Vania. Aydin merasa dipermalukan. Aydin bermaksud membalas Vania tapi tiba-tiba saja seseorang menggandeng mesra lengan tangannya. Aydin dengan kebingungan memandangi gadis yang ada disampingnya.

"Sayang, kamu kemana aja sih. Sudah lama aku menunggu."

MUAAAAACCHH!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
cho mel
/Good//Good//Good//Good//Good/
Queen
😁😅
Ma Chan
🐯🐯🐯🐯🐯
Queen
oh tidak 😱
Queen
tajam kali mulutnya
Queen
nah lho?
Kara
suka
Queen
/Facepalm/
Queen
mantan lagi
Queen
hadeh ne cewek
Queen
astaga tu mulut
Queen
😅
Queen
waduh 😱
Queen
kasian
Queen
😱
Queen
😱😱😱😱😱
Queen
padahal kesempatan sdh didpn mata. terlalu bail hatimu Dikara. tidak seperti Dikara satunya.
Queen
parah ni cewek
Queen
ngidam gorengan 😅
Queen
😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!