NovelToon NovelToon
Masa Yang Selalu Terkenang

Masa Yang Selalu Terkenang

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Keluarga / Romansa
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: lido kyungsoo

Kaluna namanya. Kata anak muda jaman sekarang, "Orang gila mana yang menjajakan dirinya & menjadi simpanan teman seangkatannya sendiri demi menopang biaya kuliah!" IYA, KALUNA SUDAH GILAAA. Si anak miskin yang mempunyai cita-cita tinggi dan menjadi wanita jahat a.k.a simpanan pemuas nafsu sang anak Taipan. Si wanita jahat yang menjadi simpanan dari teman seangkatannya yang telah mempunyai tunangan.

Brian Namanya. Lelaki tampan, mapan, kalangan taipan, dan dari keluarga berpendidikan. Berita buruknya, Kaluna berusaha sekuat tenaga untuk menahan perasaannya selama masa kontrak itu berlaku.

Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?
Kisah ini mampu membawa kalian bak merasakan rollercoaster. Senang, sedih, kecewa, tangis akan kalian rasakan.

Nantikan!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lido kyungsoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tentang Ibu

Kamar tidur yang diisi oleh dua orang wanita berbeda generasi kini terlihat temaram. Malam itu kembali Ayahnya tak pulang ke rumah. Saat itu, Kaluna sudah berada di kelas duabelas. Kaluna berbaring di samping Ibunya dan memeluk tubuh hangat yang selalu memberikan kenyamanan.

Berbicara ngalor-ngidul sebelum tidur adalah kebiasaan yang keduanya lakukan jika sang kepala rumah tangga tak ada di rumah. Entah kemana Ayahnya pergi.

"Tapi Ibu waktu muda cantik, loh! Sekarang aja Ibu masih cantik. Nggak ada yang bisa ngalahin cantiknya Ibu!" Ucap Kaluna remaja sambil mengangkat kepalanya menatap wajah Ibunya. Ibu menanggapi dengan senyuman manis yang tak akan pernah Kaluna lupa. sambil di jepitnya pelan hidung Kaluna.

"Anak Ibu, nih, bisa aja, ya, gombalnya."

"Nggak gombal, kali, Bu. Memang Ibu cantik, kok. Seandainya Ibu dandan juga kayaknya masih ada lelali yang kepincut lihatnya." Jujurnya dalam pelukan Ibunya.

"Sembarangan." dipukulnya pelan lengan atas anaknya gemas. Lalu Ayahmu mau dikemanakan, nak, monolognya. "Ayahmu denger, dijewer telingamu, loh, nduk."

"Biarin!" kesalnya jika mengingat segala tingkah laku Ayahnya. "Siapa suruh, Ayah nyianyiain Ibu, buat Ibu sedih sama selalu kasar!"

"Nggak boleh bilang seperti itu, Nak. Biar bagaimanapun, Ayah tetap orangtua kamu. Ibu yakin, suatu hari nanti Ayahmu bakalan berubah dan bisa sayang sama kita." Yakin Ibunya memberi pengertian pada anaknya.

Kaluna mendengus pelan mendengar kalimat yang diucapkan oleh Ibunya. Sudah sepuluh tahun lebih kedua orangtuanya berumahtangga namun apa yang diharapkan tak pernah terjadi.

"Nggak usah ngarepin Ayah bakalan berubah, Bu. Ayah nggak bakalan pernah berubah. Sifat dan sikapnya udah mendarah daging kayaknya." Tak lagi Ibunya sela kata anaknya. Dirinya dibuat kepikiran oleh kata yang diucapkan Kaluna. Inginnya tak percaya, namun keyakinan di hati membuatnya bertahan hingga saat ini.

Suasana kamar hening untuk beberapa saat. Setelah mendengar ucapan anaknya, tak bisa dirinya tak kepikiran. Selama ini dirinya selalu sabar, memberikan kesempatan lagi dan lagi pada suaminya. Berharap kehangatan yang pernah diberikan kembali lagi. Namun semua hanya angan belaka.

Ia rindu suaminya yang dulu sewaktu awal-awal membina keluarga. Lelaki yang hangat dan penuh kasih sayang. Sangat berbeda dengan sekarang.

"Seandainya waktu bisa diputar kembali, Una berharap semoga Ibu bisa bahagia. Una berharap Ibu nggak berjodoh dengan Ayah dan Ibu bisa merasakan kasih sayang dari lelaki lain dan diperlakukan dengan sangat baik. Dan aku..." dijedanya kalimat dan menahan sesak yang menyimpit dada. "nggak usah lahir biar Ibu bisa merasakan kebahagiaan lain diluar sana." Ucap anak remaja yang memahami dengan baik keadaan dan kesakitan Ibunya.

Dipeluknya semakin erat tubuh anak gadisnya. Setetes air mata jatuh mendengar kalimat spontan yang anaknya katakan. Anak bayinya ternyata sudah sebesar ini. Sudah bisa memberikan kata-kata penenang dikala sedihnya.

Dihapusnya air matanya pelan, tak ingin anaknya melihat kerapuhannya. "Walaupun waktu bisa diulang kembali, Ibu tetap berharap bisa melahirkan anak semanis, Kaluna!" Jawabnya menciumi kening anaknya sayang.

"Nggak ada yang lebih membahagiakan di dunia ini, selain melahirkan dan melihat tumbuh kembang anak Ibu sudah sedewasa ini." ditepuk-tepuk pelan belakang punggung anaknya. "Kata seandainya hanya diucapkan sama orang yang tidak terima dengan keadaan, Nduk."

Kaluna mendengarkan dengan seksama segala yang Ibunya katakan dan membenarkan segalanya. Namun jika waktu bisa diubah, dirinya mungkin lebih baik memilih opsi yang pertama. Demi kebahagiaan Ibunya.

"Bukan tidak terima dengan keadaan Bu, hanya saja Tuhan terkadang nggak adil."

"Huss... Ngomong opo toh, Nduk. Nggak ada yang namanya Tuhan nggak adil. Yang ada itu, semua manusia diciptakan dengan segala masalah yang telah diukur kesanggupannya masing-masing. Nggak ada satupun manusia yang luput dari cobaan, Nduk. Dan Ibu ridho dengan semua yang Allah berikan. Seharusnya kita banyak-banyak bersyukur, walaupun diberi cobaan, Alhamdulillahnya kita masih mempunyai anggota tubuh yang lengkap, masih bisa makan dan punya tempat tinggal."

Dan Kaluna tertampar dengan setiap kata yang Ibunya katakan. Selama ini memang Kaluna hanya menyalahkan keadaan dan Tuhan Sang pemberi cobaan.

"Terus... sampai kapan ya, kita begini, Bu?" tanyanya, dan Ibunya pun tak tahu sampai kapan semua ini berakhir. "Bisa nggak sih, Ibu pisah aja sama Ayah dan kita pergi sejauh-jauhnya dari jangkauan Ayah, Bu?"

Ibu menutup matanya sejenak mendengar keluh kesah anak gadisnya. Harus bagaimana dirinya memberitahu jika semua hal tak semudah membalikkan telapak tangan. Karena jujur saja, sampai saat ini dirinya masih belum bisa mengambil keputusan.

"Udah, besok kan, Una mau ujian! Mending sekarang tidur. Kita masih bisa lanjut ini esok hari."

Kaluna membuang nafas kecewa. Selalu seperti ini Ibunya. Bagaimana bisa Ibunya sangat sabar dan menerima segala perlakuan Ayahnya. Uhh, ingin rasanya Kaluna memberontak dan mengubah semua seperti apa yang ia inginkan.

Melihat raut kesal anaknya, dielusnya rambut panjang anaknya sayang, "Udah, waktu kita masih panjang. Masih ada besok dan besoknya lagi. Setelah hari ini, Ibu akan pertimbangkan saranmu, nduk." Janjinya malam itu.

Namun benar yang pernah ia dengar. Jalani hari ini, esok adalah milik Tuhan. Segala yang kita lakukan dan rencanakan ternyata hasil akhirnya adalah rahasia Tuhan.

Terlalu banyak list yang ingin ia lakukan dengan Ibunya. Terlalu banyak janji yang Ibunya perdengarkan. Dan terlalu banyak hal yang tak ia inginkan.

Ibunya ingkar janji dan meninggalkan dirinya sendirian menghadapi kerasnya dunia. Pertengkaran dengan Ayahnya tadi adalah pertengkaran yang kesekian kalinya yang tak bisa dirinya hitung banyaknya.

Kaluna menangis tersedu-sedu di dalam kamarnya yang sepi. Bagaimana bisa waktu tidak mengubah seseorang. Ayahnya selalu saja membuatnya kesal dan marah. Bisakah, Ayahnya tidak membuatnya malu dengan hanya membahas uang dan uang.

Kaluna benci dengan Ayahnya. Sangat-sangat benci. Dirinya memang durhaka karena tak pernah bersikap baik dengan Ayahnya, selalu mendebat ketidaksesuaian dengan jalan fikiran Ayahnya dan tidak hormat.

Tapi Ayahnya juga berdosa karena tak melakukan tugasnya dengan baik, tidak bertanggungjawab dan tidak bersikap sebagaimana seorang Ayah mengayomi.

Kaluna menutup mata setelah berusaha sekuat tenaga menenangkan diri karena sakit hatinya.

"Ibu, aku berusaha kuat dihantam keadaan meski rasanya hampir menyerah. Ibu, aku terus melawan pada dunia, meski setiap malam tangisku rasanya sudah membanjiri setiap ratapanku. Ibu, dunia ini tempat yang tidak adil, Bu. Yang bahagia, benar-benar diberikan bahagia. Yang terluka, benar-benar menangis hingga berdarah. Salahkan aku yang tidak terima dengan kerasnya pembagian jatah cobaan, Bu. Kaluna sangat-sangat keras kepala, namun tahu nggak sih, Bu, dibalik keras kepalaku itu, aku hanyalah anak yang lemah yang haus akan kasih sayang."

🥀🥀🥀🥀🥀

Happy reading

Salam story from By_me.

Semoga digenerasi yang sekarang ini, semua calon orangtua bisa benar-benar memantapkan diri sebelum menuju pada tahap pernikahan. Tahu nggak sih, Indonesia menduduki peringkat nomer satu, 'fatherless'. Itu artinya, sangat banyak anak-anak diluar sana yang tidak merasakan figur seorang Ayah. Sosoknya ada, namun kasih sayang dan tanggungjawabnya tak membekas diingatan seorang anak. So, nggak masalah kalau lo telat menikah dan masih mengejar karir untuk kemantapan masa depan. Siapin semua yang mesti disiapin dan menikah dengan lelaki yang juga sudah siap untuk mengarungi lautan, menjadi kapten nahkoda di dalam rumah tangganya dan menjadi panutan untuk anak-anaknya.

1
Swastika rahayu Putri
ditunggu update nya /Smile/
Fia
bagus tapi banyak typo nya
Sri Maya Sari
bahasanya santai tapi tidak lebay. cukup menguras emosi dan bikin penasaran. . lanjut thor
Ahmad Abid
lanjut thor...
Ahmad Abid
bagus ceritanya thor... ga lebay .. /Angry//Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!