CEO Cantik Dan Berondong Nakal

Senin pagi, aku berangkat dari mansion bersama Agung. Ternyata semua sudah dipersiapkan oleh nenek Intan. Termasuk pakaian kerja. Bahkan segala kebutuhanku pun telah disiapkan. Tapi aku tetap bersama Agung berangkat menggunakan motornya. Lebih nyaman bagiku. Bisa peluk peluk Agung dari belakang. Sebenarnya Aku lelah, akibat semalam kami mengulang kembali penyatuan kami. Aku tidak ingin menyudahinya. Habis enak sih, bisa melayang begitu.

Ternyata mansion hadiah dari nenek tidak jauh dari tempat kerjaku. Itu kalau pakai motor. Mungkin jika pakai mobilku bisa sekitar 1 jam baru sampai. Soalnya jalanan padat begini. Dan aku pun sudah sampai kantor bersama Agung. Aku nekat saat ini jika ada yg mengetahui berboncengan dengan Agung. Mau disebut suka berondong juga bodo amat. Apalagi jika mengetahui kalau Agung adalah keturunan Dewantara.mungkin mereka akan menyebutku matre. Tapi biarlah. Cinta kami bukan karena harta atau usia. Tapi memang cinta dari kecil ketika kami bertemu.

Aku turun dari motor dan terus berjalan meninggalkan Agung, karena permintaanya. Memang ini masih pagi. Dan disini mungkin tidak banyak yg tahu jika aku berangkat bersama. Paling hanya security tapi itupun tidak mengenaliku dan Agung. Karena memang kami menutupinya dengan masker dan helm. Aku masuk kelantai ku yg masih kosong. Meta belum datang juga. Kemarin meta telpon puluhan kali. Sayangnya tidak ada yg terangkat satupun. Mungkin hari ini dia akan ngomel ngomel menawarkan panci dagangannya.

Aku melihat Agung sudah mulai bekerja. Setelah selesai, ia bilang akan pergi ke kampus dan perusahaan. Aku sebenarnya kasihan, jadwalnya padat banget. Belum kalau dirumah aku minta jatah dipacu. Tapi aku melihatnya senyuman cerah dari pagi. Aku yakin jika Agung sudah terbiasa kerja keras. Hanya mungkin, malamnya kini bertambah satu kegiatan yg menguras keringat. Tapi dia sangat menyukainya. Aku yg ketagihan. Oh begini ya kalau cinta terbalas.

Kulihat jarum jam di tanganku menunjukkan pukul 7:30. Biasanya Meta sudah datang. Aku pun menyiapkan semua pekerjaanku hari ini.

Braaakkk...

Pintu ruangan terbuka dengan kasar. Tampak Meta tersengal , mungkin dia lari dari rumah.

" Key ....!!!"

Nafas Meta memburu, seperti orang yg ketakutan entah itu apa aku hanya mengerutkan kening ku.

" Nafas dulu, hidup..buang, hirup..buang...!" perintahku. Anehnya ia ngikutin perkataan ku.

" Kenapa sih...?" tanyaku karena penasaran.

" ada berita penting Key..." Meta mencoba mengatur nafas kembali. Dan meta mendatangiku di meja.

" Berita apa...?" aku tambah penasaran karena informasi yg terpenggal itu.

" Gw dapet berita pas Sabtu sore...!!" katanya dan meta masih mengatur nafas.

" IYA META, BERITA APA...!!" sabar Key sabar. Ngadepin meta emang harus sabar.kataku dalam hati. Aku pun menghela nafas panjang.

" Sabar apa Key.." kata Meta kembali. Aku diam menunggu Meta memberikan informasi. Namun aku tetap menatapnya.

" Perusahaan Deco ganti Presdir...!" kata Meta, aku kembali mengerutkan kening. Karena perkataan Meta. Deco, berganti Presdir. Ah paling juga Agung.

" Ganti...?" tanyaku kepada Meta.

" Iya ganti, dengan tuan Dewantara muda. Cucu Tuan Daniel Dewantara.." kata Meta. Aku masih tenang, sebab secara tidak langsung aku tahu penggantinya. Tapi meta bilang tuan Dewantara muda. Ahh, Agung kan nama lengkapnya Agung Setiawan Dewantara. Tepat dugaanku. Karena tidak ada yg lain.

" Malah melamun...?" kata Meta yg melihatku tampak berfikir.

" Kan gw nunggu kata elu. Gw disuruh sabar tadi..!"

" Sialan..." jawab Meta.

" Semenjak pergantian sudah 6 perusahaan yg diputus kontrak tiba tiba. Karena tidak sesuai dengan Audit yg diterima..."

" Terus.." tanyaku.

" Nanti orang Deco akan kemari untuk mengaudit perusahaan Wilson.." jawab Meta. Dan aku mengerutkan keningku. Sebab baru mengetahui hari ini.

" Terus...!" kataku.

" Lu mah terus terus Mulu. Gw cariin elu dari kemarin!, telpon kaga diangkat angkat!, Emang diajak kemana sih sama Agung ..!!" teriak Meta dan aku menahan tawa. Kami mengarungi samudra sampai melayang Meta. Bahkan aku pinginnya lagi dan lagi.

" Malam mingguan lah, terus Minggu seharian. Kelon..!" jawabku. Membuat mata Meta melotot.

" Lu kalau berkhayal jangan tinggi tinggi apa Key...jatuh sakit tahu...!!"kata Meta. pasti karena belum ada pasangan dia mengira gw berkhayal. Padahal kan nyata Meta.

" Emang lu telpon minggu minggu ngapain..?" tanyaku, kepada Meta. Justru meta memijit kepalanya. Karena pertanyaan ku.

" Lu denger kaga sih gw ngomong. Perusahaan Deco ganti Presdir. Dan udah 6 perusahaan putus kontrak gara gara audit. Lhah hari ini perusahaan Deco kemari mau audit. Elu kaga takut apa diputusin begitu saja. Mana Sabtu kemarin udah lembur buat perbaiki laporan. Dan elu juga sudah keluar duit banyak kan?, buat persiapan itu...?" kata Meta panjang lebar.

Meta Meta, kalau putus kontrak kerjasama gw ga masalah. Kan yg mutusin suami gw sendiri Meta, xixixi.

" Ohh.." jawabku, sengaja membuat Meta dongkol.

" Woy, lu kaga kasian ama gw sejak tadi ngomong cuma dijawab 'oh' doang..." jawab Meta dongkol.

" Bukan begitu Meta. Yg kita butuhkan adalah data dan itu udah kita usahakan. Kalau memang tidak sesuai mau bagaimana lagi. Apa sekarang gw marah marah terus pekerjaan jadi disetujui sama perusahaan Deco..!!, kaga kan..?" kataku sedikit ketus, karena Meta sebenarnya panik sebelum bertempur.

" iya sih..." jawabnya. Aku ambil nafas dalam dalam. Sebab Meta sudah mulai bisa menyadari tentang bagaimana sistem audit yg akan dilakukan oleh perusahaan Deco.

" Udah begini saja. Lu siapin saja tuh data yg sudah jadi. Terus kalau di audit oleh perusahaan Deco ya silahkan. Gw yakin perusahaan ini tidak putus kontrak kerjasama. Kecuali gw udah kaga disini.." jawabku sedikit sombong. Iya sih harus gitu. Kalau besok atau kapan tahu, perusahaan ini diambil oleh Wildan ataupun keluarganya, aku pasti minta Agung untuk memutus kerjasama.

" Seyakin itu elu Key..?" tanya Meta.

" Gw harus yakin Meta, dan nanti yg kemari siapa.?, Presdir yg baru itu langsung atau pak Hendra..?, kalau Presdir langsung kayaknya engga deh..?"

Meta mengerutkan kening karena perkataan ku

" Pak Hendra, emang elu kenal ama Presdir baru Deco...?" tanya Meta.

" Kaga, masih muda kan..?" tanyaku ke Meta.

" Iya..!"

" Ganteng kaga.?, kalau sama agung ganteng siapa..?" tanyaku.

" Agung Mulu perasaan. Emang lu jadian sama Agung..?" kata Meta kepadaku. Key, harus jawab apa coba.

" Kalau gw jadian sama Agung. Siap siap ya rumah minimalis...!" kataku.

" Buset dah. Nagih nih ceritanya. Nikah dulu baru gw kasih. Awas bininya Agung galak lho...!" kata Meta.

" emang lu kenal..?"

" Kaga...!"

kirain dia tahu siapa bininya,sialan Meta, gw udah gemetar lagi.

Meta pun belum beranjak dari tempatnya, namun ada yg lain dari tatapan matanya itu. Tatapan matanya mengarah ke jemariku yg sedang memutar putar pensil di tanganku. Kemudian langsung mencengkeram tangan kiriku.

" Buset dah cincin baru...?" kata Meta sambil menelisik cincin yg kupakai, pemberian Agung.

deg.....

Oh shiiitttt, aku lupa melepasnya. Sejak malam Minggu itu aku juga belum melepas cincin yg di jari manisku ini. Aku lupa.

" Baru lah..."

jawabku terpaksa, karena Meta pasti akan kepo. soalnya aku tidak pernah pakai perhiasan kecuali anting anting di telingaku.

" Jenis ini bukannya langka ya..?, dan lu bilang jika Wilson pun tak mampu membelinya...?" kata Meta

iya sih emang, tapi ini aku dapat dari suamiku sekarang. Yg harganya bikin kepala nyut nyutan Meta. Dan sepertinya Meta hafal banget dengan barang yg ku maksud dulu. Makanya ia hapal banget dengan benda ini..

" Mitasi kan banyak Meta.." kataku agar tidak terlalu fokus dengan jemariku.

" Iya emang imitasi banyak. Tapi ini mirip aslinya. Gw hafal Key..."

Mampus lu Key, meta memang hafal. Karena ingin beli dan cari yang mirip mirip tapi ga ada.

" Siapa tahu gw beruntung Met, pas Nemu yg bener bener mirip.." jawabku. Tampak Meta mengangguk.

Tok tok tok....

" Masuk..." kataku.

" Pagi Bu..." Adam masuk keruangan ku. Tampak ia membawa beberapa berkas ditangannya.

" Pagi...ada perlu apa ya..?" tanyaku. Karena memang tidak biasanya. Oh ya lupa, mereka kan sekarang satu lantai denganku.

" Ini Bu, saya membawa berkas ijin untuk pindah di lantai ini. Karena memang harus ada persetujuan dari Bu Catherine." kata Adam. Dan aku pun mengambil berkas tersebut, kemudian memeriksanya. Lalu aku pun tanda tangan.

" Oh ya, kalau untuk OB, kalian minta sama Bu Yanti. Karena Agung khusus disini. Dan dia bekerja paruh waktu.." kataku, agar orang orang IT yg ada disini tidak mengganggu kinerja agung. Meta mengerutkan keningnya, terlebih itu mengenai Agung. Orang yg membantunya untuk memperbaiki data.

" Baik Bu.." jawab Adam.

" Dan satu lagi. Yang bisa memerintah Agung hanya saya dan Meta. Mengerti..!!" kataku, aku tidak ingin membedakan Meta. Mungkin suatu saat dia yg tahu lebih dulu.

" Baik Bu..kalau begitu saya pamit undur diri.."

aku mengangguk, kemudian Adam pun menuju pintu keluar dari ruanganku.

Aku melihat Meta yg melirikku pun membuatku penasaran.

" Apa...!!' kataku kepada Meta.

" Agung elu khusus in...?" tanya Meta.

" Iya, bagaimanapun juga dialah yg membantu memperbaiki data kita Met. Dan gw tidak mau Agung disuruh kesana kemari oleh mereka. Dan jika mereka ada masalah tentang data, pasti Agung yg akan memperbaikinya. Menurut lu bagaimana..?" kataku, agar Meta tidak terlalu curiga.

" Iya sih..." jawab Meta

Dan Meta kemudian membicarakan tentang pihak perusahaan Deco yg akan datang. Ternyata Meta sudah memberitahu ke empat orang yg saat ini pindah ke lantai ini. Terima kasih Meta..batinku.

.

.

.

BERSAMBUNG

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...