Asistenku Bukan Laki-laki

Ciara menatap pantulan dirinya di depan cermin full body di kamarnya. Sejujurnya dress ungu itu cukup cocok di badannya yang lumayan tinggi dan ekhem langsing itu. Tapi Ciara yang memang memiliki jiwa tomboy benar-benar tidak nyaman memakai dan melihat penampilannya seperti ini karena Ia merasa seperti bukan jati dirinya.

Sedangkan untuk make up Ciara hanya memakai foundation tipis-tipis dan bedak tabur saja serta tak lupa Ia pun menggunakan lipstik, blush on dan eyeliner sedangkan untuk alis Ia memilih untuk menskipnya karena alis Ciara sudah cukup tebal dan lagi, mengukir alis hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan tangan skill dewa saja sedangkan Ciara tidakkkkkk.

"Hufh... Untung punya sahabat yang suka dandan jadi yah... Lumayan low budget." Ciara memperhatikan alat make up di atas meja yang memang Ia meminjamkannya dari sahabatnya, Pian.

"Duh gue PD gak ya nantinya? Mana gue gak biasa lagi pake dress sama make up an begini. Hari-hari, gue cuma cuci muka terus pergi keluar. Keluar pun selain kerja gue selalu pake levis kulot sama kaos oversize, mana punya gue dress dressan kaya cewek lain. Untung aja zaman sekarang banyak tutorial make up simple di sosmed kalo gak, udah jadi ondel-ondel gue." Celotehnya.

Untuk hasil make up yang tangan Ciara hasilnya dengan meniru tutorial make up simple di handphonenya, bisa dibilang cukup bagus. Ditambah Ciara pun memang aslinya sudah cantik.

"Pak Hassel lagi otw lagi, gue deg degan banget." Ciara mengatupkan bibirnya merasakan rasa dingin pada jari-jari tangannya.

Ciara memperhatikan chat terakhirnya dengan Hassel. Bosnya itu berkata sedang otw dengan mengandalkan google maps dari sherlockan yang Ciara kirim. Untungnya rumah Ciara berada di pinggir jalan jikalau di dalam gang sudah mampus Ia kena omel sang Bos.

Tin ...Tin...

Ciara membuka gorden jendelanya untuk mengintip sumber suara klakson mobil tersebut. Dan ternyata benar saja, mobil Hassel sudah terparkir di depan gerbang rumahnya.

Tanpa lama Ciara langsung turun dari kamarnya di lantai atas dan buru-buru keluar rumah. Ciara pun berjalan menghampiri gerbang dan membuka gerbang tersebut seraya menutupnya kembali tak lupa Ia pun menggemboknya takut ada maling. Karena sejak Ayahnya hampir bangkrut Mang Asep sang satpam rumah sudah di berhentikan oleh ayahnya.

Dari dalam mobil Hassel nampak memperhatikan penampilan sang asisten dengan tatapan takjub. Dia benar-benar cantik dan sangat cocok dengan dress ungu yang Ia belikan kemarin.

Tak lama kemudian Ciara pun masuk ke dalam mobil Hassel dan menutup pintu kembali.

"Ayo Pak."

Hassel nampak masih tertegun melihat kecantikan Ciara hingga tidak sadar Ia memperhatikan Ciara begitu lama sampai lupa berkedip.

"Pak?" Ciara menepuk pundak Hassel membuat laki-laki itu tersadar dari lamunannya.

"Ah, iya." Balas Hassel mendadak kikuk.

Hassel mengerjapkan matanya sambil menatap jalanan di depannya sebelum akhirnya Ia melajukan mobilnya kembali memasuki jalan raya.

"Rumah kamu gede banget. Kamu anak pembantu?" Hassel menatap sang asisten sekilas.

"Sembarang banget si Pak! Itu emang bener-bener rumah saya, rumah orang tua saya lebih tepatnya. Saya dari lahir udah tinggal di situ!" Tegas Ciara.

"Terus kenapa kamu harus capek-capek cari kerjaan sama orang lain kalo kamu orang kaya? Ayah kamu pasti pengusaha juga, kan?" Ciara menghela nafas mendengar pertanyaan Hassel.

"Perusahaan Ayah saya sudah hampir bangkrut Pak. Utang Ayah saya banyak makanya saya kerja buat bantu-bantu ekonomi keluarga."

"Siapa ayah kamu?" Ciara terdiam mendengar pertanyaan Hassel. Tidak mungkin Hassel tidak mengenal ayahnya sedangkan mereka sama-sama pengusaha. Tapi... Ciara kan sedang menggunakan nama Rivan sepertinya tidak masalah.

"Ferdi Rogers CEO perusahaan Haga Moto."

"Jadi kamu anaknya Pak Ferdi?" Hassel nampak terkejut mengetahui hal itu.

"Iya." Balas Ciara santai.

'Gue pikir dia cuma orang biasa yang butuh kerjaan doang ternyata dia anaknya Pak Ferdi. Tapi kasian juga si perusahaan sebesar itu terancam bangkrut.' Batin Hassel.

"Terus perusahaan Ayah kamu gimana sekarang?"

"Masih berjalan Pak tapi karyawannya banyak yang di PHK. Ayah dan Bunda saya sekarang lagi di Texas buat mengembangkan usaha mereka di sana." Hassel mengangguk-angguk faham.

Setelah obrolan terakhir keduanya pun hening untuk beberapa saat dan hanya terdengar suara musik pop dari radio mobil saja.

"Ngomong-ngomong kamu belajar make up dimana? Cowok kok make up-nya serapih ini?" Ciara menoleh ketika Hassel kembali berbicara.

Hassel melirik ke arah Ciara dengan tatapan curiganya.

"Tutorial Pak. Jangan nyangka saya yang enggak-enggak deh, saya gak kemayu ya! Ini saya lakuin demi Bapak biar lebih meyakinkan. Yakali mau ke pesta muka saya polos-polos aja." Tegas Ciara.

"Bagus kalo kamu inisiatif." Acuh Hassel.

Tak terasa mobil Hassel pun sampai di sebuah gedung yang menjadi tempat dilaksanakannya pesta. Keduanya pun turun dari dalam mobil. Hassel mengitari mobil dan menghampiri asistennya.

Tiba-tiba saja mata Hassel salfok pada dada gadis itu yang menurutnya seperti real. Dress yang Ciara kenakan memang dadanya cukup rendah karena memang di peruntukan untuk orang yang ingin menampakkan leher mulusnya ataupun ingin menggunakan aksesoris kalung.

"Bapak ngapain liatin dada saya?" Sinisnya.

"Kok dada kamu kaya asli?" Ciara mundur menjauh dengan cepat lantaran panik saat tangan Hassel hampir ingin menyentuh dadanya.

"Kenapa saya gak boleh pegang? Itu cuma properti kamu aja, kan?" Hassel menurunkan tangannya kembali dengan ekspresi bingung melihat reaksi asistennya.

"I__iya ini boongan Pak. Tapi jangan di pegang juga nanti rusak. Lagian ini di luar Pak nanti dikira kita mau ngapa-ngapain lagi atau Bapak dikira mau ngelecehin saya." Alibi Ciara.

Hassel hanya memainkan alisnya tanpa berkata apapun.

Ciara menghela nafas legah karena laki-laki itu nampaknya percaya dan tidak memaksa untuk memegangnya.

Hassel tiba-tiba mengulurkan tangannya ke arah Ciara membuat gadis itu bingung.

"Kita harus gandengan tangan pas masuk biar orang-orang gak curiga."

Ciara berdekhem pelan sebelum akhirnya menerima uluran tangan Hassel dan keduanya pun melangkah masuk ke dalam gedung tempat pesta di laksanakan itu.

"Inget! Harus bersikap seperti perempuan jangan sampe orang-orang sadar kalo kamu laki-laki." Bisik Hassel.

"Iya Bapak." Balas Ciara dengan malas.