This Is ME

Setelah melewati segala gunjingan saat dirinya masuk tadi, Andin sebenarnya lebih suka di tempat private seperti ini, sungguh dunia terasa tidak adil baginya, fitnahan negatif tentangnya tiada henti menerpa di manapun dia memijakkan kaki.

Maklum, Andin beberapa kali masuk dalam jadwal bincang dengan beberapa stasiun TV tentang karir yang luar biasa di usia muda, bahkan hasil dari kepemimpinan perusahaannya berkembang pesat.

Justru karena hal itu, kabar sekecil apapun membuatnya seketika mendapat pujian jika itu baik, hujatan jika itu hal negatif, dan inilah keadaannya saat ini.

Rupanya ruangan itu masih kosong, Andin bahkan menunggu seorang diri.

"Maaf Nona, sebentar lagi Tuan akan segera datang" ucap salah satu orang yang masuk memberitahukan, dan ada papan nama di bajunya, rupanya dia adalah manager Cafe.

Andin mengangguk, dan melihat keadaan sekitar, ruangan terasa sangat nyaman, kesan klasik namun istimewa nampak di tuangkan dengan nyata.

Tak lama kemudian, muncul sosok yang tadi malam telah menolongnya, seketika ada beberapa orang yang nampak segan menyambutnya.

"Selamat datang Tuan Muda" sambut sang manager, menunduk memberikan hormat.

"Selamat datang Tuan" ucap Andin yang juga memberikan sambutan.

Disini pencahayaan sangat terang, hingga Andin bisa menatap dengan jelas tanpa terhalang oleh apapun.

"Tunggu, bukankah itu_?" Andin terkejut, mematung di tempat, rasanya tak percaya dengan penglihatannya.

Sementara laki-laki itu sedang bicara serius dengan sang Manager Cafe sebelum melanjutkan langkahnya, Andin makin di buat tercengang tak percaya.

"Tuan Aftan Brian Nugraha" ucapnya lirih, tak salah matanya memandang dengan teliti, hingga kemudian di buat lebih terkejut lagi.

"Selamat datang Nona Andin Praharini" suara yang tegas nan berwibawa, menatap lurus ke arah wanita yang nampak begitu takut dan gugup.

Andin segera menunduk, sementara laki-laki yang membuatnya gemetar, saat ini bergerak menuju sofa, mengibaskan jasnya dan duduk kaki menyilang dengan elegan.

"Apa kamu tetap ingin berdiri?" Sebuah pertanyaan yang membuat Andin segera duduk perlahan di depannya, tanpa berani menatap sama sekali, baginya penglihatannya tadi sudah cukup membuktikan siapa laki-laki yang sekarang berada bersamanya.

Siapa yang tak kenal sosok Aftan, pengusaha ekslusif muda yang sangat terkenal namun tidak pernah nampak di luaran sana, dengan kata lain, privasi nya sangat di jaga dengan ketat.

Andin merasa susah sekali menelan saliva nya sendiri, jantungnya makin berdebar hebat, tangannya bahkan saling bertaut untuk meremas satu dengan yang lain, beribu pertanyaan berada di dalam kepalanya.

"Kita langsung makan pagi, atau_?"

"Langsung pada intinya Tuan" sahut Andin yang ingin segera tau.

"Apa kau merasa tidak nyaman?" Justru pertanyaan yang didapati.

"Sa saya, tidak, saya baik-baik saja Tuan" ucap Andin makin merasa sesak saat matanya tanpa sengaja beradu.

"Hem, benar begitu?"

"Begini Tuan, sebelumnya saya minta maaf, saya tidak tau kenapa anda bersedia menyediakan waktu berharga anda untuk pertemuan ini, sebelumnya saya tidak ada urusan dan tidak mengenal anda sama sekali" ucap Andin yang kini sudah tak lagi menatap mata tajam nan indah itu.

Aftan tersenyum tipis, lalu menyuruh satu pengawal yang dari tadi setia berada disampingnya untuk pergi dari ruangan.

Lalu kemudian, masih tanpa suara Aftan kembali mengamati Andin dari ujung kepala sampai kaki.

"Pantas saja wanita ini menjual dirinya begitu mahal, dia sempurna" batin Aftan memberikan penilaiannya.

Ruangan tampak begitu sunyi, hingga kemudian suara bersambut kembali.

"Aku akan memberikan sebuah kesepakatan, tentu saja akan menguntungkan mu"

Andin mengerutkan kening, tidak ingin salah dalam berbicara, apalagi di depan sosok laki-laki seperti Aftan Brian Nugraha.

"Maaf tuan, sebelumnya saya ingin mengatakan sesuatu, tolong perlakukan saya sebagai wanita dengan harga dirinya, saya akan melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian saya" ucap Andin dengan tegas dan pasti.

Seringai tipis nampak terlihat sekejap oleh Andin, dirinya semakin gugup takut salah berucap dan menyinggung.

Namun lain di hati Aftan, dia merasa Andin sedang menunjukkan identitas kepribadiannya, entah itu yang sesungguhnya atau hanya polesan drama yang sengaja di berikan untuk memberikan kesan bahwa dia adalah wanita yang sangat berharga.

"Aku ingin kau menjadi istriku"

Deg

Sebuah kalimat yang sukses membuat Andin ingin pingsan saat ini juga, matanya membulat sempurna dan tanpa sadar menatap Aftan.

"Shiit!, bahkan dalam keadaan terkejut saja wanita ini malah nampak begitu cantik, pantas banyak laki-laki yang menginginkannya, sangat berbahaya" batin Aftan masih mempertahankan tatapannya.

"Apa anda sedang mempermainkan saya Tuan Aftan?" Ucap Andin kemudian.

Aftan terdiam, mengambil map file dan melemparkan pelan diatas meja, tepat di depan Andin berada.

Andin segera meraih dan mengeluarkan kertas yang ada di dalamnya, di bacanya dengan serius hingga membuatnya terkejut.

"Apa maksud anda ini Tuan, anda berniat melecehkan saya?!" Andin merasa tersinggung, kini berani menatap tajam hingga keduanya kini salin beradu tatapan, sama-sama kuat dan saling mendominasi.

"Berani sekali wanita ini" Batin Aftan.

"Jadi maksud Anda, pernikahan hanya sebuah kesepakatan semata?" Makin Andin di buat marah oleh kediaman Aftan yang seolah menyepelekan.

"Jika setuju, hubungi saya" Aftan segera bangkit.

"Tuan!, sa_" perkataan Andin terpotong.

"Pelajari dulu semuanya, jangan gegabah mengambil keputusan, atau kau akan menyesal."

"Apa?!" Anda benar-benar_"

"10 Milyar."

"Apa?!" Andin sangat terkejut dengan nominal yang disebutkan, seketika langsung bungkam dan hanya melihat Laki-laki itu berjalan keluar disambut dengan beberapa pengawal.

Andin tertunduk, tangannya gemetar, namun entah setan mana yang menggelitik otaknya untuk mempelajari kembali isi kesepakatan yang ada di sana.

Angka yang sangat Fantastis, dan itu hanya uang muka saja, bayangkan 10 Milyar, sementara Andin butuh biaya untuk kelangsungan hidupnya.

Kemudian di buat membelalakkan mata, saat di lembar berikutnya ada nilai Nominal yang sangat besar tiap bulan yang akan di berikan rutin, saat dirinya bisa menjalani kehidupan dengan baik selama bersama dengan Aftan Brian Nugraha.

"Ya Tuhan, Tolong aku, apa ini, bagaimana aku harus memutuskan hal seperti ini, tunjukkan jalanmu" ucapnya lirih dengan wajah yang sudah ditekuk dalam keputusasaan.

Perutnya yang semula lapar, kini langsung kenyang seketika, berkali-kali membaca berkas-berkas yang ada di tangannya, bukan malah tenang, justru membuatnya makin frustasi.

"Ella!, dimana kamu!" Teriaknya makin kesal saat menghubungi sahabatnya tak kunjung diangkat juga, akhirnya pasrah.

Andin lalu berjalan keluar dan bertepatan dengan itu juga, saat akan melewati pintu terakhir di cafe itu, dirinya tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang.

"Akh!, sialan, pakai matamu!" Sebuah teriakan memekakkan telinga, hingga membuat Andin langsung menatapnya.

"Sorry, aku_" Andin terbelalak, melihat bagaimana penampilan seorang wanita dengan berlian indah yang menghiasi beberapa bagian tubuhnya.

Bukan mewahnya berlian itu yang membuat Andin sangat kaget sebenarnya, namun dia tau betul, berlian unik yang di rancang khusus itu adalah_

Bersambung.

Yang makin penasaran, yuk jangan lupa KOMENnya ditunggu ya, juga VOTE, LIKE dan hadiahnya.

Menangkan uang Tunai di Akhir Episode 40 dan 80 untuk 3 KOMENTAR POPULER dan 3 TOP FANS teratas.