NovelToon NovelToon
Cinta di Badai Musim Semi

Cinta di Badai Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dwi-chan

Amira Nimra, seorang gadis yang mengidap DID atau biasa disebut dengan penyakit kepribadian ganda. Begitu banyak liku-liku yang ia jalani, di jauhi oleh orang-orang karena di anggap aneh, lalu musuh kakak-nya yang terus mengincar dirinya.

Namun, seseorang datang kepadanya. Memberikan uluran tangan untuknya, memberikan semangat, dan mengisi rasa kesepiannya setiap saat.

"Jangan bodoh, mati tidak akan menyelesaikan semuanya!" ~

***

"Amira, kau bisa mengandalkan aku kapan pun kau mau."


Don't Copy My Story
Warning Typo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

~Keesokan Paginya~

Setia mengerjapkan matanya berulang kali kala cahaya matahari menyinari wajahnya. Dengan gusar pemuda itu beranjak sembari mengusap wajahnya dengan sedikit kasar.

Tatapan teralih pada Amira yang kini tengah duduk di pinggir gua sembari menatap pemandangan hutan yang ada di depannya. Gadis itu nampaknya belum menyadari Setia yang sudah bangun dari tidurnya.

"Amira?" panggil Setia membuat gadis itu menoleh langsung padanya.

"Kau... Amira?" tanya Setia sekali lagi, Amira mengangguk, "Ya, aku Amira."

Setia menghela napas lega kala mendengarnya, ia cukup lelah menghadapi sikap dingin Eliza semalaman. Setia beranjak dan mendudukan dirinya di samping Amira. Pemuda itu melakukan hal yang sama seperti gadis itu, yaitu menatap pemandangan.

Amira menatap pemuda itu dengan gugup, gadis itu memainkan kedua tangannya dalam diam mencoba menetralkan rasa aneh dalam dirinya.

"Kita harus pulang," kata Setia tanpa menatap gadis itu, Amira mengangguk patuh.

Setia kembali ke dalam gua dan mulai membereskan semua barang-barangnya. Setelah itu, ia mendekati Amira yang masih terdiam sembari memperhatikannya.

"Aku akan turun dulu," kata Setia dan mulai menuruni gua. Amira memperhatikan pemuda itu dengan seksama hingga pemuda itu berhasil turun.

Setia mendongak, "Kau bisa turun perlahan-lahan, aku akan menjagamu."

Mendengar hal itu, Amira pun mulai menuruni tebing secara perlahan. Namun karena tebing cukup licin membuat dirinya menjadi sedikit kesusahan di atas sana. Kaki gadis itu bahkan hampir beberapa tergelincir membuat Setia yang melihatnya menjadi kian waspada.

"Aw!" ringis Amira saat tangannya tergelincir saat mencoba menahan berat tubuhnya. Mata gadis itu membola saat keseimbangannya mulai goyah.

"Amira!"

Brak!

"Ugh," ringis Setia. Amira menegakkan tubuhnya terkejut. Setia berada di sampingnya setelah berusaha menangkap dirinya dari ketinggian.

"Maaf.. Maafkan aku," Amira beranjak dan membantu pemuda itu. Gadis itu benar-benar merasa bersalah karena membuat pemuda itu terluka.

"Tidak apa-apa, hanya luka kecil. Sebaiknya kita pulang sekarang," ajak Setia sembari menenangkan Amira yang masih khawatir.

Setia menatap telapak tangan Amira yang mengeluarkan darah, pemuda itu pun merobek kaosnya dan melilitkannya di luka gadis itu, "Lain kali berhati-hatilah."

"Maaf karena sudah merepotkanmu," lirih Amira dengan nada menyesal. Setia tersenyum tipis, "Aku tidak merasa begitu. Ayo.. "

Setia mengenggam tangan gadis itu dengan lembut dan keduanya pun berjalan menyusuri hutan. Amira menatap genggaman tangan itu dalam diam, lalu diam-diam gadis itu tersenyum dan menatap punggung tegap Setia yang begitu kokoh.

Genggaman tangannya ia eratkan membuat Setia tertegun, pemuda itu kemudian tersenyum dibuatnya.

...****************...

"Kenapa mereka belum sampai?" tanya Andra dengan khawatir. Ia dan teman-temannya tengah menunggu Setia yang masih belum pulang.

"Mungkin mereka masih di perjalanan, setidaknya Setia sudah menemukan Amira," kata Nina mencoba menenangkan Andra.

Mika, Gita dan Ryan hanya diam menyimak. Ketiganya merasakan hal yang sama, khawatir kepada sahabatnya.

Sementara itu, Rio kini tengah di tempat yang berbeda sembari menatap hutan. Setelah mendapatkan kabar bahwa Amira bersama Setia, pemuda itu menjadi sedikit lega. Ia langsung menarik semua anak buahnya untuk kembali agar tidak menarik perhatian musuh yang masih mengintainya dari kejauhan.

"Gerald, jika dalam 5 jam Setia belum kembali, kirim tiga orang untuk menyusulnya. Bagaimana pun juga, sedikit sulit mempercayai bocah keras kepala itu," titah Rio kepada tangan kanannya. Gerald mengangguk, "Baik, akan Saya laksanakan."

...****************...

"Kau lelah?"

"Tidak," jawab Amira. Setia menatap jam yang menunjukkan pukul 08.00 pagi.

"Mungkin sekitar 1 jam lagi kita akan sampai, kuharap panitia belum menyadari bahwa kita menghilang," ucap Setia dengan penuh harap. Amira menunduk, "Aku akan bertanggung jawab apa pun yang terjadi."

Setia cukup terkejut mendengarnya, "Hei, kau tidak perlu melakukan itu. Lagi pula ini salahku karena keras kepala, tanpaku pasti anak buah kakakmu akan dengan cepat menemukanmu."

Amira terpaku mendengarnya, entah kenapa setiap ucapan yang di lontarkan pemuda itu begitu berbeda baginya. Amira menipiskan bibirnya gugup, "Kenapa kau mencariku sampai sejauh ini?"

Tap

Setia menghentikan langkah-nya diikuti Amira yang kini memalingkan wajahnya.

"Entahlah, bagaimana menurutmu? Kenapa aku menyelamatkanmu?" tanya Setia kepada gadis itu. Amira menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu, mungkin karena kau perduli?"

Setia terkekeh, "Anggap saja begitu, karena sampai saat ini pun aku tidak tahu alasan kenapa aku sangat ingin menyelamatkanmu."

"Alasan yang aneh."

"Benarkah?"

"Mungkin."

"Sssttt.. " Setia mengarahkan telunjuknya pada Amira membuat gadis itu terdiam denga raut wajah bingung.

"Ada seseorang," bisik Setia membuat Amira mengerti. Setia sontak menarik Amira ke semak-semak dan tanpa sadar mendekapnya.

Amira yang di perlakukan seperti itu seketika gugup diikuti wajahnya yang kini memerah seperti tomat.

"Meow~"

"Kucing?" beo Setia, setelahnya pemuda itu bernapas lega. Pemuda itu sontak mematung karena baru menyadari bahwa ia tengah mendekap Amira.

Setia melepaskan dekapannya, wajahnya menjadi gugup, "Ma-maaf, aku tidak bermaksud.. "

Amira menundukkan kepalanya, mencoba menetralkan detak jantungnya yang terus berdegup dengan kencang.

"Ayo, kita harus pulang," Setia mengenggam tangan gadis itu dan mereka pun kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.

...****************...

"Setia! Akhirnya kau datang!"

"Kau baik-baik saja?"

"Amira! Syukurlah kau baik-baik saja."

Lontaran demi lontaran ucapan tertuju pada keduanya yang baru saja datang ke area perkemahan. Nina dengan penuh perhatian memberikan keduanya secangkir tes hangat.

"Terimakasih Nina," ucap Amira tulus membuat Nina tersenyum, "Sama-sama, senang kau bisa kembali Amira."

"Hei Setia, kau tahu? Kami cukup kewalahan menghadapi panitia yang terus mencarimu, jadi kami melakukan seribu satu alasan untukmu agar mereka percaya, seperti.. Kau alergi udara, kau demam, kau sedang mandi disungai, blablabla.. " Ryan mulai bercerita tidak jelas. Alis Setia sedikit berkedut mendengar hal itu, dalam hatinya sedikit menyesal mempercayakan hal itu kepada Ryan.

"Kau membuatku terlihat lebih buruk," ujar Setia dengan kesal. Ryan terkekeh, "Apa boleh buat? Kau seharusnya berterimakasih padaku."

Amira yang mendengar celotehan keduanya terkekeh. Entah kenapa mereka membuat dirinya merasa sedikit nyaman dan aman, tidak ada konflik, atau pun mempermasalahkan kasta.

"Amira," panggil seseorang membuat semua orang di sana menoleh.

Glek

Amira meneguk ludahnya kasar saat kakaknya-Rio tengah berada di hadapannya.

"Bisa kita bicara sebentar?" ucap Rio dengan nada formal. Amira mengangguk kecil, "Baiklah."

Setelah mengucapkan permisi kepada teman-temannya, Amira pun mengikuti langkah kakaknya tanpa memperdulikan ekspresi teman-temannya yang berbeda-beda.

"Tampannya.. " Mika, gadis itu nampak terpana dengan ketampanan Rio.

Plak

Gita memukul bahu gadis itu keras membuat empunya meringis kesakitan, "Jangan mengkhayal.."

"Siapa yang mengkhayal? Setidaknya wajah Kak Rio masih enak dipandang dari pada wajah Andra," ledek Mika kepada Andra yang sedari tadi diam. Andra mendengus kesal, "Sepertinya kau harus mengganti matamu Mika."

Bersambung..

1
Yoo Stefanno
kurang
Dwi-chan: makasih kak masukannya/Smirk/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!