Hai, raeder semuanya... Ada yang masih ingat dengan Novel saya yang berjudul "Dibuang Suami Dinikahi Dokter Anakku" Nah, di novel ini menceritakan kisah anak-anak mereka ya. Semoga kalian suka 🤗🙏
"Aku tidak mau menikah denganmu!" Tekan Bidan Humayza menatap kesal saat Dokter obgyn itu masih membahas hal yang telah berulang kali ia tolak.
"Hei, apakah kamu kira aku terlalu menggilaimu? Apa yang aku lakukan demi memenuhi keinginanmu ibumu!" balas Dr.Razher Adriyansyah SpOG.
Ya, Humayza Andriani adalah seorang Bidan cantik yang bekerja di sebuah RS swasta. Ia Bekerja di bagian Perinatologi. Namun, terkadang ia juga di tugaskan sebagai Bidan pendamping untuk seorang Dokter spesialis obgyn. Yaitu dr Razher.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? yuk ikuti terus. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan ulasannya ya🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di antar pulang
Bu Zurra membawa Aisyah pada Bibik. Ia minta tolong Bibik untuk menjaganya sebentar. Dan tentu saja Bibik tidak keberatan sama sekali.
Keluarga Dokter itu makan dengan tenang. Sesekali Al masih curi-curi pandang pada Fatimah. Masih sangat penasaran dengan wajah gadis tersebut.
Selesai makan, mereka membawa Fatimah ngobrol di ruang keluarga. Saat mereka sedang asyik ngobrol, Revan datang dengan di dampingi oleh suster penjaganya.
Fatimah tampak bingung dengan kehadiran Revan. Tentu saja ia belum tahu siapa Revan.
"Dia Revan anak Ibu, dia Abang dari Al dan Ami," ucap Bu Zurra memberi tahu untuk menghilangkan rasa penasaran gadis tersebut.
"Oh, apakah Bang Revan juga CP, Bu?" tanya Fatimah sembari tersenyum menatap Revan .
"Ya, dulunya Revan juga tidak bisa apa-apa, tetapi Ibu dan Bapak selalu berusaha untuk memberikan pengobatan dan juga fisioterapi untuk menunjang kepandaiannya. Dan Alhamdulillah di usia sepuluh tahun Revan baru bisa berjalan," ungkap Bu Zurra menerangkan.
"Alhamdulillah... Semoga nanti Aisyah juga bisa duduk dan berjalan," ujar Fatimah mempunyai harapan yang besar pada sang adik agar bisa seperti Revan. Ia akan berusaha untuk mencari biaya pengobatan Aisyah. Ia tidak mungkin selalu berharap pada keluarga baik itu.
Jika Fatimah sedang bercengkrama dengan keluarga Al, berbeda dengan Razher yang sedang berusaha membujuk Mayza untuk mau ia antarkan pulang.
"Dek, ayolah. Kamu tidak capek nungguin taksi disini?" tanya Razher seraya turun dari moge milik Azzam yang ia kendarai.
"Saya bisa pulang sendiri, Dok. Saya sudah pesan taksi online," tolak Mayza masih enggan beranjak, ia masih betah duduk di halte yang ada di depan RS tersebut.
Razher berjalan lalu duduk di samping Mayza sehingga membuat gadis itu seketika bergeser untuk menjarak.
"Kamu beneran nggak mau pulang sama aku? Soalnya aku juga mau kerumah kamu," ujar Razher membuat mata Mayza menyipit.
"Mau ngapain Dokter ke rumah saya?" tanyanya penasaran.
"Ada urusan penting dengan Pak Imam," jawabnya acuh.
"Oh." Mayza hanya ber oh ria. Ia kembali menatap layar ponselnya untuk melihat dimana keberadaan armada yang akan menjemput dirinya.
"Ck, kenapa lama sekali. Ini kan masih jauh," gumamnya dalam hati.
"Baiklah, kalau begitu aku jalan dulu ya," ucap Razher kembali berdiri dan segera hendak beranjak.
"Ah, saya boleh numpang, Dok?" seru gadis itu membuat langkah Razher terhenti dengan senyum sumringah.
"Ternyata aku butuh sedikit cuek untuk meluluhkan hati bujud," gumam lelaki tersenyum penuh arti.
"Baiklah, ayo sekarang berangkat!"
Mayza mengangguk sedikit mengukir senyum. Sebenarnya ia masih sanggup untuk menunggu taksi online tersebut, tetapi karena hari ini ia sudah mempunyai janji dengan temannya, maka ia terpaksa menerima tawaran sang dokter.
"Ayo naik, May. Lagi mikirin apa sih? Mikirin Abang?" celetuk lelaki itu tersenyum gaje.
"Buat apa saya mikirin Dokter, saya lagi mikir gimana caranya naik keatas motor ini, karena saya pake rok. Kan susah naiknya," ungkap gadis itu dengan jujur.
Razher kembali turun dari kendaraannya. "Sini Abang gendong!"
"Eh apaan sih, Dok!" sergah Mayza seraya menjauh dari Razher.
"Hehe, kirain mau di bantu naiknya." Dokter kandungan itu cengengesan membuat Mayza menatap malas.
"Saya duduk nyamping aja ya, Dok?" tanya Mayza merasa sulit naik keatas moge tersebut.
"Jangan, kalau duduk nyamping nanti tidak seimbang," jawab Razher membuat Mayza berpikir kembali.
"Tapi saya...."
"Sudahlah, kan pake daleman," celetuk Razher membuat Mayza menyorot tajam.
"Apa maksud Dokter?"
"Eh maksud Abang, kan kamu pake laging atau celana lapisan. Apa sih mikirnya nggak pernah baik sama Abang," intrupsi Razher tersenyum tipis.
Mayza tak lagi menyahut ucapan Razher. Dengan terpaksa ia harus menaikkan sedikit rok dinasnya untuk bisa duduk di belakang lelaki itu.
"Udah?" tanya Razher memastikan bahwa gadis jutek itu sudah duduk dengan nyaman.
"Udah!" jawab Mayza sedikit bergeser agar menjarak.
Razher tersenyum gemas lalu menarik tangan Mayza untuk melingkarkan di perutnya. "Pegangan yang kuat. Karena kalau jatuh tidak ada asuransinya. Kecuali asuransi cinta," ujarnya membuat Mayza terkesiap atas tindakan lelaki itu.
Mayza hendak memberontak dan melepaskan tangannya, tetapi Razher seketika menahannya. "Untuk kali ini jangan keras kepala, karena ini semua demi keselamatanmu," intrupsi lelaki itu membuat Mayza terdiam sepi dengan perasaan entah.
semangat selalu kak dewi, sehat sehat dan lancar Nulisnya🥰