Dokter'S Romantic

Askara yang berada di depan ruangan Zeva yang kembali melihat kebelakang pintu yang tertutup itu.

"Ini pasti karena trauma yang di alami Zeva dan di tambah lagi dengan Laras yang mengungkit hal itu. Bagaimana Zeva bisa sembuh jika semuanya terus seperti ini," batin Askara yang sangat paham apa yang terjadi pada Zeva.

***********

Laras kembali ke rumah sakit yang langsung keluar dari mobil dan menghampiri Askara yang sepertinya menunggu Laras di lobby.

"Aksara!" ucap Laras berdiri di depan pria itu dengan sangat semangat.

"Kamu kenapa menghubungiku? memang ada yang ingin kamu sampaikan kepadaku?" tanya Laras dengan memegang tangan Askara. Namun Askara langsung menepis yang membuat Laras kaget dengan sikap kasar Askara.

"Keterlaluan kamu Laras!" ucap Askara dengan suara dinginnya.

"Apa maksud kamu?" tanya Askara.

"Kamu masih bertanya? kamu tidak sadar apa yang baru saja kamu lakukan kemarin di rumah sakit dengan melibatkan Zeva. Akibat apa yang kamu lakukan membuat Zeva semakin lemah!" tegas Askara.

"Apa maksud kamu. Aku tidak melakukan apapun kepada dia," sahut Laras.

"Kamu tidak akan pernah mengakui kesalahan kamu. Kamu itu seorang mantan Polisi. Kamu seharusnya paham jika cara berbicara kamu bisa merusak mental seseorang dan membuat seseorang tidak bisa mengendalikan diri, seperti apa yang terjadi kepada Zeva. Kamu tidak malu dengan pendidikan yang kamu dapatkan yang membuat kerugian kepada orang lain hah!" Askara marah-marah pada Laras dan Laras masih tidak tahu apa sebabnya.

"Astaga!" umpat Laras sampai membuang nafasnya kasar dengan menyibak rambutnya ke belakang.

"Jadi kamu memanggilku. Hanya karena Zeva. Askara yang keterlaluan itu bukan aku tetapi kamu. Bukannya kamu minta maaf kepadaku karena sudah menyuruhku untuk menjauhi Chiko dan sekarang kamu malah menyalahkanku dengan yang terjadi pada Zeva yang aku sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi pada wanita itu,"

"Kamu sampai membawa bawah profesi yang dulu pernah aku jalanin. Hey! sekalian aku berikan kesadaran kepada kamu jika aku meninggalkan profesi itu karena kamu!" tegas Laras menunjuk dada Askara dengan jarinya.

"Kau selalu saja mengungkit hal itu dan menyalahkanku. Aku menegaskan kepadamu kau yang membuat pilihan sendiri dan tidak berurusan denganku!" tegas Askara

"Kau memang seperti ini terus yang selalu saja mengelak dan tidak pernah mau mengakui. Kau selalu bertindak berlebihan hanya karena Zeva...."

"Lalu kenapa jika iya!" sahut Askara.

"Kau dengarkan aku baik-baik Laras ini yang terakhir kalinya aku mengatakan kepadamu. Jika kau mengganggu Zeva lagi, aku tidak akan tinggal diam," ancam Askara. Lalu Askara langsung pergi dari hadapan Laras.

"Askara!" panggil Laras.

"Sialan kamu Askara bisa-bisanya kamu menyalahkanku atas Zeva. Keterlaluan kamu!" umpat Laras dengan emosi yang selalu saja di salahkan Askara dalam setiap hal.

Askara yang berjalan cepat di koridor rumah sakit yang mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

"Aku sedang untuk memperbaiki mental Zeva akibat kejadian yang pernah ada. Tetapi kau malah merusak semuanya dan membuat Zeva semakin lemah," batin Askara dengan wajah penuh kekesalan.

Laras yang dipanggil karena hanya berurusan dengan Zeva membuat Laras marah dan melampiaskan kemarahan itu di dalam mobil dengan beberapa kali memukul setir mobil.

"Sialan kamu Askara. Kamu tidak pernah tidak membela dia. Kamu selalu saja berusaha untuk wanita itu. Kamu tidak pernah menghargai setiap usaha yang aku lakukan. Padahal aku berkorban banyak untukmu. Lagi dan lagi wanita itu yang menjadi pemicu semuanya," umpat Askara.

"Ahhhhhh!" teriak Laras yang kembali marah dengan memegang rambutnya menggunakan kedua tangannya yang tampak sangat frustasi.

********

Zeva yang sudah pulih kembali berada di kantin yang sedang makan siang. Namun Zeva terlihat sendirian makan dengan tidak semangat.

"Zeva!" Inggit menghampirinya dengan duduk di sampingnya yang membawa makanan yang di atas nampan.

"Aku mencarimu sejak tadi dan ternyata kamu sudah makan terlebih dahulu," sahut Inggit, Zeva hanya menanggapi dengan tersenyum tipis.

"Zeva kamu tahu tidak aku baru saja menyelesaikan operasi ke-3 ku," ucap Inggit dengan bangganya dengan perkembangan dirinya di rumah sakit tersebut.

"Huhhh, aku tidak sabar untuk mendapatkan operasi selanjutnya," lanjut Inggit.

"Seandainya aku bisa lolos dalam operasi pasti aku juga akan sebahagia Inggit," batin Zeva dengan sedih.

"Hmmm, Zeva semoga kamu juga secepatnya mendapatkan jadwal operasi ya," ucap Inggit

"Iya aku juga sangat berharap seperti kamu," sahut Zeva dengan wajah sedihnya.

"Tapi aku tidak tahu kapan hari itu akan terjadi," batin Zeva yang memang tidak yakin.

"Sangat beruntung sekali Inggit menjadi seorang Dokter yang sukses dan sangat berbeda denganku yang masih tetap dengan itu-itu aja dan tidak memiliki keberanian dan hanya terus menghindar," batin Zeva.

"Hey Zeva ada apa dengan dirimu kenapa sejak tadi kamu melamun?" tanya Inggit heran.

"Tidak apa-apa Inggit!" jawab Zeva bohong.

**********

Zeva berdiri di depan salah satu ruangan yang digunakan para coas untuk berlatih. Sudah di atas jam 10 malam tetapi Zeva tidak pulang dan tidak tahu apa yang dilakukannya di depan ruangan tersebut. Tangan Zeva menyentuh kenopi pintu, lalu menekan dan mendorong pintu tersebut dengan Zeva yang langsung masuk ke dalam.

Ruangan itu cukup besar dengan banyak rak-rak buku dan juga peralatan medis lainnya dan alat-alat yang digunakan sebagai pelatihan dokter-dokter di rumah sakit tersebut.

Di sana juga banyak patung-patung sebagai bahan pelatihan dengan beragam bentuk. Patung seperti tubuh manusia yang asli. Dengan organ tubuh yang berpisah-pisah. Zeva cukup dikatakan penakut jika berhubungan dengan mistis. Zeva langsung mengusap belakang lehernya dengan melihat di sekitarnya yang merasa ada yang mengikuti dia.

Ruangan itu juga tidak terlalu terang dan ada beberapa lampu yang masih mati yang khusus untuk digunakan jika ingin melakukan latihan pada satu objek.

"Huhhhhh!"

"Zeva jika tidak sekarang lalu kapan. Zeva ini sudah waktunya dan kamu tidak bisa bersembunyi terus Jika kamu masih ingin menjadi seorang Dokter. Kamu harus benar-benar kuat Zeva, jangan lemah!" batin Zeva yang mencoba untuk tenang.

Zeva langsung saja menuju salah satu meja yang tau ada alat organ tubuh manusia. Dengan keberanian yang besar Zeva mulai melatih diri sendiri yang melakukan apa yang bisa di lakukannya.

Di luar ruang tersebut Askara yang kebetulan lewat dengan seorang Suster.

"Bagaimana pemeriksaan hari ini?" tanya Askara.

"Kami melakukan pemeriksaan rutin dan semua aman. Pasien di setiap kamar juga seperti biasa mendapatkan perawatan dengan baik dan mereka mengakui jika mereka semua sangat nyaman berada di rumah sakit ini," jelas Suster tersebut.

"Syukurlah kalau begitu. Saya minta untuk kamu terus memberi arahan kepada teman-teman kamu yang lain mengenai pasien-pasien. Agar para Suster bisa melakukan tugasnya dengan baik dan membuat pasien nyaman," ucap Askara.

"Pasti Dokter," sahut Suster tersebut.

"Untuk kamar 07 kamu langsung dengan cepat berikan laporan medis pasien kepada saya dan antar ke ruangan saya!" titah Askara.

"Baik Dokter!" sahut Suster tersebut.

"Baiklah kalau begitu sampai ketemu besok dan kamu jangan lupa membawakan apa yang saya katakan!" tegas Askara.

"Iya Dokter. Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Suster tersebut.

"Baiklah!" sahut Askara dan suster tersebut langsung pergi. Askara menghela nafas pergi namun langkahnya tiba-tiba tidak jadi bergerak saat melihat ruangan di sampingnya.

Bersambung