NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Setelah keluar dari toilet, ketiga laki-laki itu duduk di taman belakang sekolah. Angin bertiup sepoi membuat GS membaringkan tubuhnya di atas rumput.

Tidak ada obrolan terdengar diantara mereka hanya ada gesekan ranting pohon saling beradu, sampai seorang gadis berjalan menuju tempat mereka terduduk dengan rambut yang di kuncir kuda bergoyang searah langkahnya.

Gadis itu menggenggam kantong plastik putih berisi minuman dingin. Dari arah berlawanan Zion dan Harus datang. Zion menatap kedatangan adiknya tanpa berucap apapun.

"Kak, ini gue bawain minuman buat kakak," ucap Kalea membuat Adit, Zion, Haris, dan Bobby menoleh barengan. Namun tidak dengan sosok satu itu yang fokus menatap langit biru di atas sana.

Kehadiran gadis itu disana masih tidak membuat perhatian GS teralihkan.

"Cuman buat Dimas ajah ya... kita gak ada nih ceritanya," kata Bobby seraya tersenyum menatap Kalea.

"Ada kok Kak, malah lebih juga. Nih satu-satu ya..."

Kalea memberanikan diri mendekat pada Gabriel kemudian menyodorkan botol minuman dingin padanya. GS yang sudah duduk tegak menoleh kemudian mengulurkan tangan merima botol minuman dari Kalea.

"Cantik," lanjut GS dalam hati ketika melihat senyum merekah dari kedua sudut bibir gadis tersebut.

Melihat senyum Gabriel yang perlahan mengembang membuat Zion dan yang lainnya mengulas senyum tipis-tipis.

"Hati-hati lo Zi. GS bisa taklukkan hati adek lo yang polos," ucap Bobby.

Zion justru tersenyum kecil. " Justru yang polos susah didapatin," balas Zion.

***

"Gue gak tahu ngerjain ini, sumpah! Lo tahu gak?" Letta melirik pada Ana yang bertopang dagu.

"Hah, lo nanya gue? Gue ajah gak ngerti sama sekali."

Ana hanya bisa bengong dengan soal di atas mejanya. Sama sekali tidak ada niatan untuk mengerjakannya. Pulpennya saja ia selipkan di telinganya saking malasnya dirinya mengerjakan soal di hadapannya.

Kedua kalinya kelas mereka ditinggal oleh guru membuat mereka harus ekstra keras mengerjakan soal yang ditugaskan.

"Mending kita nanya sama pakar nya," cengir Letta.

Keduanya pun langsung melesat pergi menuju meja Kalea dibelakang. Tampak sahabat mereka itu tengah berdiskusi dengan Ono, teman sebangkunya.

Apa lagi yang bisa mereka perbuat selain meminta jawaban dari Kalea. Ya, walau kadang Kalea tidak memberinya cuma-cuma karena gadis itu tidak ingin kedua sahabatnya mengandalkan dirinya terus-menerus.

"Kalea..."

Letta tersenyum lebar membuat Kalea menatap datar.

"Gak ada niatan nih buat bagi jawaban sama sahabat lo ini. Kita gak tau ngerjainnya," ujar Ana.

"Gak ngerti atau lagi malas ngerjain?" tanya Kalea langsung ke intinya.

"Yaelah Lea, jangan pelit ilmu ah, gak baik kayak gitu Lea Sebagai sahabat sejiwa dan sepemikiran bagilah jawabannya," kata Ana membuat Ono disebelah Kalea terkekeh.

"Belum siap. Mending lo berdua kerjain dulu mana soal yang mudah, entar gue bantu," ujar Kalea.

Spontan Ana langsung menarik buku catatan Kalea dan melongo tidak percaya. Bagaimana mudahnya Kalea mengerjakan semua soal itu dalam waktu setengah jam.

"Lo bilang ini belum siap? Semua soal lo babat habis Lea, njir! Lo ngga bisa bohong sama sahabat sendiri Le," tambah Letta.

"Duduk lo! sebelum Kalea berubah pikiran," kata Ana menarik lengan Letta untuk duduk disebelahnya.

Mereka mulai menyalin jawaban dari buku catatan Kalea dengan wajah serius sedangkan Ono hanya bisa tersenyum begitu juga Rama dari meja sebelah yang sejak tadi memandang mereka.

Saat semuanya fokus dengan aktivitas masing-masing, tiba-tiba saja ketokan pintu kelas mengalihkan perhatian mereka.

Di ambang pintu, seorang cowok bertubuh tinggi, hidung mancung, dan kaca mata bulat bertengger di atas hidungnya tengah menatap mereka satu per satu.

"Permisi, yang namanya Kalea dipanggil Bu Rina ke kantor. Katanya gak pake lama, buruan ya, permisi," ujar cowok itu menghilang dari balik pintu. Sontak semua menoleh pada Kalea dan gadis itu malah mengedikan bahu tidak tahu apa yang terjadi.

Rama mencolek pundak Kalea. "Sana.. lo dipanggil Bu Rina tuh, kali ajah ada yang penting,"

Kalea tersenyum simpul lalu merapikan buku bukunya menjadi satu.

"Napa lo? buat masalah yaaa.." Ana menuduh.

"Ya engga lah. Nanti deh gue cerita kalau ada something, gue pergi dulu!"

Kalea dengan langkah buru-buru keluar dari kelas. Sepasang kakinya mulai gemetaran membuatnya harus meremas roknya kuat. Ia tidak ada salah lalu kenapa mendadak ada panggilan. Ia mengangkat tangannya, siap mengetok pintu. Mendapat izin, ia menyembulkan kepalanya menatap Bu Rina tengah tersenyum ke arahnya.

"Ada apa iya, Bu?" tanyanya duduk di hadapan Bu Rina.

"Oh ini. Ibu minta tolong antarkan buku ini ke kelas XII IPA enam, bisa kan?"

Kalea menatap buku dihadapannya. "Bisa Bu, bisa. Saya permisi ya Bu," ujarnya sedikit menunduk lalu berbalik dengan buku di pelukannya.

Bisa-bisa ia mati kelaparan membawa buku sebanyak ini menuju lantai empat, belum lagi ia harus menaiki anak tangga yang bisa membuatnya naik betis.

Tidak bisakah sekolahnya ini hanya memiliki lantai dua saja. Dengan penuh semangat dia menyusuri koridor kelas duabelas. Kedua matanya menangkap tulisan diatas pintu, kelas XII IPA enam.

Pintu terbuka lebar dan tidak ada guru yang mengajar disana. Sebelum masuk, ia mengucapkan salam dari luar, tapi tidak ada yang menjawab.

Baiklah jangan salahkan jika dia menyelonong masuk.

Baru dua langkah, suara penghapus menghantam papan tulis membuat Kalea syok dan mundur dengan spontan mengalihkan perhatian dari sebagian murid di kelas itu.

Kelas itu sangat kacau, sampah permen berserak dimana-mana, persis seperti kapal pecah.

"Eh.. kita kedatangan tamu, nih," ujar cowok dengan dasi diikat pada lengannya. Cowok itu duduk di barisan kanan belakang.

"Namanya siapa cantik, boleh kenalan gak?" Suara itu membuat Kalea meneguk saliva nya kasar.

"Siswa teladan.. benar kan?" ujar cowok yang kini berdiri di ujung meja depan Kalea berada.

"Berani juga ya lo datang kesini, gak nyangka dari sekian banyak murid cuma lo yang berani datang buat antarin buku itu kesini. Murid lain gak berani datang kesini..."

"Kalau dekat gini, lo cantik juga ya. Pantas lo jadi bahan amukan Clara—kebanting sih..."

"Gue baru sadar murid kesayangan kepala sekolah secantik ini," katanya sembari menyentuh lengan Kalea membuat Kalea langsung memasang wajah tajam.

***

"Woi kampret bangun lo!"

Bobby tersadar dengan sosok di depan kelas. Ia langsung menepuk punggung GS berharap cowok itu cepat bangun karena situasi semakin menegangkan di depan sana.

Merasa terganggu, GS malah memakinya."Berisik lo, anjing!"

Bobby mendengus. "Kalau Zion ada disini gue gak bakalan bangunin lo kampret! Noh lihat di depan, ada Kalea, adeknya Zion. Dia lagi di goda sama musuh lo, Brian..."

Seketika GS menegakkan kepalanya, memicingkan mata menatap objek didepan sana. Benar saja Kalea sedang meronta kesakitan tak kala Brian meremas tangan gadis itu dengan kuat.

"Lepasin kak! Awww!!" Kalea meringis menahan sakit dipergelangan tangannya.

Refleks, GS berdiri membuat kursinya bergeser keras. Tangannya sudah mengepal sempurna, sementara seorang gadis yang menatap tingkah aneh laki-laki itu tidak menyangka dengan apa yang ia lihat.

Gadis itu adalah Clara, primadona SMA Bintang.

Brian yang belum sadar dengan kehadiran Gabriel yang berdiri dibelakangnya membuat Kalea spontan menggigit tangan cowok itu. Tak tinggal diam, Brian dengan cepat menarik rambut Kalea namun sebelum itu terjadi Gabriel menahan tangannya.

"Lo sentuh, lo habis!" ancam Zion dengan mata elangnya yang saling beradu dengan sepasang mata abu-abu milik Brian.

Melihat ada kesempatan, Kalea dengan cepat bersembunyi dibalik punggung Gabriel, menggenggam erat seragam cowok itu membuat perhatian GS teralihkan sebentar.

Ia juga bisa mendengar helaan napas Kalea yang begitu berat.

"Gue cuman bercanda, gue--"

"Bercanda lo terlalu, anjing! Jangan mengganggu kalau gak mau diganggu!" Dengan tegas GS mengatakan hal itu membuat Brian tersenyum miring lalu berbalik menuju mejanya.

GS merangkul pundak Kalea yang terus menunduk, membawa gadis itu menjauh dari kelas.

Setelah itu, Gabriel membawa Kalea ke tempat tongkrongan mereka yang biasa bersama teman-temannya.

Pergelangan tangan gadis begitu memerah karena ulah Brian. Melihat itu, GS langsung menarik tangannya lalu mengompresnya dengan air dingin.

"Pelan-pelan... yang kemarin masih terasa sakit," kata Kalea menatap tangannya kemudian menatap manik mata Gabriel.

Bukannya menjawab, cowok itu malah balik bertanya.

"Ngapain ke kelas gue?"

"Antarin buku catatan kalian Kak."

"Ngapain mesti lo yang nganterin? Siapa yang suruh?"

"Kalea gak tau kak, Bu Rina yang minta begitu. Gak nyangka juga di sekolah ini masih ajah ada kekerasan."

Gabriel menghentikan kegiatannya kemudian menatap Kalea.

"Kalau lo gak mau diganggu jangan cari perhatian dengan cara datang ke kelas gue. Kelas gue banyak singanya,"

"Sama kayak kakak...?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!