DARK SIDE

Arumi berharap matahari terbit dari barat, supaya dunia cepat kiamat atau tsunami datang melanda, agar alam mencabut nyawanya.

Dalam tidur malamnya yang tidak pernah nyenyak, dia berharap Loly datang untuk mengambilnya dan mengajaknya pergi jauh. Tapi itu tidak mungkin akan terjadi lagi, karena Loly sudah jauh ntah dimana sekarang.

Bibi dan warga sudah membuat sesajen untuk kepulangannya ke alam lain. Walau kenangan itu secuil, sangat berkesan dihati Arumi. Dari pertemuannya setiap hari dengan Loly, membuat Arumi merasa nyaman dan bahagia.

"Aarrrgggghhhh....."

Arumi menarik nafas panjang dan membuangnya kasar. Lelah lahir bathin. Tuan Wijaya pasti merasa menang dan bebas mengintimidasi dirinya.

Dalam perdebatan tadi, bibi menyerah kalah ketika tuan Wijaya mengeluarkan argument, dimana dia lebih berhak terhadap Arumi daripada bibi.

"Bibi jangan banyak mvlvt, apa bibi sudah lupa, kita yang akan mengurus bibi di saat Stroke sampai waf4t. Semua upacara kremasi dan yang lain, menjadi tanggung jawab kami, karena bibi tinggal disini."

Tujuan tuan Wijaya memberi ultimatum kepada bibi, supaya bibi ingat hari tua, dan upacara kremasi yang biasanya menelan biaya banyak.

Bibi terdiam mendengar perkataan tuan Wijaya, memang benar semua yang di katakannya. Itulah yang membuat bibi menyerah, ia takut diusir, kemana harus pergi karena tidak punya sanak saudara.

Arumi sekarang tidak ada yang membela, ia menjadi putus asa. Dayan pasti senang melihat bibi menyerah, dan bisa saja ia minta bantuan orang pintar untuk kirim pelet dan menaklukan dirinya.

Ingin sekali ia memberi pelajaran kepada Dayan Kole dan kelima pengawalnya. Tapi bagaimana caranya. Dia cuma punya ilmu bela diri.

Malam semakin merangkak, perlahan Arumi menutup matanya. Sayup-sayup terdengar suara lolongan anjing kampung, sangat mengerikan membuat badan merinding.

Pukul. 11.52 wita.

Dayan beserta ke lima pengawalnya sedang berada di jalan Surapati, tempat kost King. Mencari tempat tinggal King sangat sulit, banyak informasi ngawur. Untung ada orang yang baik menunjukan jalan.

"Minumlah dulu sebelum berperang!" canda Dayan seraya memberi air mineral.

"Kami pasti menang!" ucap Ketut antusias.

Sebenarnya King termasuk orang yang humble, sehingga banyak orang senang padanya. Ia cepat sekali bergaul.

Ada yang mengatakan King orang kaya yang sengaja menyamar jadi orang miskin dan ada juga mengatakan King orang miskin yang mempunyai ilmu siluman harimau. Ntah lah, mana yang benar.

Dimata Dayan, King tetap sopir taxi miskin yang baru datang dari kampung. Disini pemuda itu mencoba menggaet Arumi yang masih hijau dan kaya raya, demi harta dalam sekejap. Untung ulah King cepat diketahui oleh tuan Wijaya. Jadi jalan satu-satunya membunuhnya.

Setelah kelima pengawalnya mencari King, Dayan berdiri dibody mobil, sekalian mengamati situasi. Ia percaya kepada lima pengawalnya, yang pintar berkelahi dan punya ilmu kesaktian.

Dayan melihat jam tangannya, sudah pukul 03.00wita. Sudah subuh. Ia berdoa dalam hati supaya King bisa ditaklukan.

Tapi doanya tidak terkabul, kelima pengawalnya berhamburan lari keluar dari gang, guna mencari perlindungan. Nafas mereka terengah-engah, dengan tubuh gemetaran.

"Ada apa, kenapa kalian lari?" tanya Dayan yang menunggu di pinggir jalan.

"Saat kami dobrak pintu kamarnya, ada makhluk hitam besar disana, duduk di lantai."

"Makhluk apa itu, tidak mungkin King bisa berubah wujud jadi (L3ak), kalian cuma mengkhayal." ucap Dayan kecewa, karena kelima anak buahnya belum berperang sudah keok.

"Lampu kamarnya mati jadi kami tidak jelas melihat sosok besar itu."

"Sudahlah, rupanya kalian p3ng3cut." ucap Dayan menghidupkan mesin mobil.

"Maaf boss, kami sudah berusaha, tapi kendalanya disitu. Besok kami kembali mencari King." ucap Ketut memecah keheningan saat mereka berada di mobil.

King malas menjawab, laki-laki itu memacu mobilnya dengan kencang. Ia sangat khawatir kalau King mencari Arumi dan mengajaknya kabur.

Sekitar dua puluh menit dalam perjalanan, mobil akhirnya masuk ke carport rumah Dayan Kole. Mereka serentak turun tanpa bersuara menuju kamar masing-masing.

Terlihat wajah Dayan Kole muram, begitu juga ke lima pengawalnya. Sebenarnya ada keraguan dihati ke lima anak buahnya, tentang sosok di kamar kost King. Mereka hanya melihat sesuatu berbentuk hitam besar, tapi tidak jelas itu makhluk apa.

Tapi untuk kembali hari ini tidak mungkin sudah pukul 03.00 pagi.

Ketut berjalan menuju kamarnya, ia tiba-tiba jatuh tersungkur dan kepalanya terbentur ujung teras.

 "Tut, ada apa?" ke empat temannya berbalik dan menghampiri Ketut.

"Dia pingsan, kita bawa ke tempat tidur."

Mereka mengangkat Ketut ke kamar dan membaringkannya. Komang lantas menelpon Dayan Kole, dokter Rudy dan tuan Wijaya.

"Bagaimana keadaannya dokter?" tanya Dayan khawatir.

"Denyut nadinya sudah tidak ada." ucap dokter Rudy melipat tangan ketut di dada.

"Aahhh? yang benar dokter, ketut tidak punya penyakit jantung dan kami juga tidak melakukan hal aneh-aneh."

"Mungkin dia kelelahan." kata dokter Rudy dengan mimik aneh.

"Sekarang lebih ketat menjaga kesehatan, kalau tidak nasib buruk akan menimpa." sambungnya lagi.

"Ya dok, kami akan mengabarkan kepada keluarganya."

Setelah dokter pulang, Dayan dan anak buahnya berinisiatif memeriksa tubuh Ketut yang terbaring.

"Tidak ada gigitan binatang atau pukulan benda tumpul." ucap Dayan Kole.

"Aku yakin kena imbas siluman yang berada di rumah King. Waktu menuju ke kamar kostnya bulu kuduk merinding dan tenggorokan terasa tercekat dan kering."

"Apa kalian melihat King berubah menjadi macan atau Leak?"

"Tidak boss, tapi indikasinya kesana. Aku melihat mata King berbeda, seperti mata kucing." sahut Komang.

"Yang lebih mengherankan saat dipukul di parkir Coffee Puree dia tidak melawan sama sekali. Aku yakin King punya ilmu sakti tertentu untuk melawan kita, salah satunya adalah membunuh Ketut. Mungkin kita satu persatu sudah ditandai, tinggal menunggu giliran."

"Bagaimana kalau kita melaporkan King ke kantor polisi. Semenjak dia datang ke daerah ini, kata tetangganya sering ada macan."

"Sulit melaporkan sesuatu kalau tidak ada bukti. Semoga ada orang pintar yang bisa melawannya."

"Aku jadi takut kesana lagi, takut jadi tumbal. Mungkin kalau pagi-pagi kita jemput King, ajak dia ke laut, langsung ditinggal. Kalau malam aku takut kesana."

"Tidak boleh begitu, kita tetap kesana besok, King harus mati." kata Dayan tandas.

Perbincangan mereka terputus saat keluarga Ketut datang. Melihat Ketut sudah terbujur kaku, saudaranya semua menangis. Orang tuanya mendekati Dayan dengan wajah sedih.

"Kami akan melaporkan kepada yang berwajib, supaya tahu penyebab kematiannya."

"Maaf pak, bukannya kami melarang kalau bapak melakukan otopsi, tapi dokter sudah menjelaskan kalau Ketut punya riwayat sakit jantung."

"Ohh begitu, berarti Ketut positif sakit jantung?"

"Ya pak, mungkin ini sudah takdir!!" ucap Dayan Kole tersenyum.

****?

Ú