My Hot Step Mother

"Hei Kurir..! Sebaiknya kau tidak perlu ikut campur dengan urusan ini, kalau kau memang masih ingin nyawamu." Ucap salah satu pria yang ada di situ.

Dalam 2 mobil itu hanya ada 6 orang yang datang untuk menangkap Arya, karena mereka tahu dia pria yang lemah, jadi tidak perlu banyak- banyak, pikir para bandit itu.

Tanpa menjawab, Airin langsung memukul tangan pria yang memegang pistol, yang di arahkan kepadanya.

Airin sangat senang dengan tubuh kurus badan barunya ini, sangat cepat bergerak, tidak berat.

Dengan senyum di wajahnya, seolah- olah mainan barunya sudah datang. Tanpa membuka helmnya dia menghajar berandalan itu satu persatu.

Arya sangat terkejut sampai sebutir telur bisa masuk kedalam mulutnya, begitu juga dengan Bimo, bukankah wanita ini karyawan baru di perusahaan bosnya, batinnya.

Dengan lompatan tinggi dia menghajar mereka, dia menendang dan sambil memukul. Apa lagi tubuh badannya yang sekarang tinggi, jadi dia sangat leluasa menendang kepala mereka.

Kini kedua tangannya telah menggenggam masing- masing pemukul, satu miliknya dan satu lagi dia rampok dari berandalan itu.

Dengan tertawa dia menerjang mereka, tidak tanggung- tanggung kekuatan yang dia pakai dalam memukul lawannya.

Kalau adapun nanti yang masih hidup, pasti sudah geger otak dan lupa ingatan.

Tiba- tiba suara sirine polisi berbunyi dari jauh, Airin langsung melonjak. Dia melirik Arya dan berteriak...

Kabur...!

Jiwanya yang dulu masih terbawa... Setiap mendengar sirine polisi dan aparat negara, dia pasti ingin mengubur dirinya sendiri.

Dengan cepat dia membuang tongkat besi yang dia pegang, karena dia tidak ada waktu untuk menyimpan kembali, dari pada ketangkap mending beli yang lain nanti, pikirnya.

Ngengg...

Dia langsung ngacir.

Begitu juga dengan arya dan asistennya. Mereka dengan cepat pergi sebelum polisi datang.

Dengan cepat arya juga membuang kartu ponselnya, karena jika dia kedapatan yang menghubungi polisi, pasti akan ditanya sampai detailnya.

Dengan otomatis ibu tirinya akan terlibat. Karena dia yang menghajar para anggota mafia itu.

"Kita kemana bos..?" Tanya Bimo yang sedikit gemetaran.

"Kita kerestoran di mana wanita tadi mengambil orderan, aku ingin melihat keadaanya." Arya sangat mengkuatirkan wanita yang dia cintai itu, dia ingin merawatnya jika ada lecet di tubuhnya.

"Baik."

Sementara itu, Airin mengantarkan makanan yang di order customer yang ada di lokasi di seberang persawahan itu. Walau saat ini sawah itu di tumbuhi ilalang karena musim kemarau.

Pelanggan itu sedikit ngedumel, karena Airin terlambat beberapa menit.

Airin cuma senyum dan bilang terkena macet.

Dengan sombong pelanggan itu mencampakan uang pembayaran makanan, yang telah di antar kerumahnya.

Dengan masih tersenyum, Airin memunguti uang receh yang di berikan sebagai pembayaran makanan yang telah dia antar.

"Mungkin ini karma karena aku tadi memukuli orang." gumamnya dan naik ke atas motor boxnya.

Dia nge-cek kembali ponselnya, apakah ada yang memesan.

Sementara Polisi yang telah sampai di lokasi perkelahian tadi, menemukan 6 orang pria kekar tergeletak.

Mereka memungut pistol yang tergeletak di aspal itu.

Sang Jendral melihat dua stik yang berdekatan, satu stik sama dengan yang di bawa para bandit ini, sedangkan stik satunya berbeda.

Apakah ada orang lain selain mereka ini? Pikirnya.

"Lapor Jendral, sepertinya mereka ini berkelahi antar klan, karena kedua mobil ini berbeda klan, walau keduanya bagian dari kelompok mafia." Jelas bawahannya.

"Kumpulkan semua bukti, kita perlu memeriksa Kamera pengintai dekat area ini." perintahnya.

"Sepertinya tidak ada kamera di sekitar sini jendral, karena ini hanya area persawahan." Jelas bawahannya lagi.

Dia menarik nafas dan kembali kemobil dan pergi, cukup bawahannya saja yang mengatasi ini, pikirnya.