Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Kau mau bukti?
"Bee tolong percaya kepadaku. Aku terpengaruh obat bius waktu itu. Sampai aku tidak sadarkan diri dan tidak bisa datang ke pernikahan. Tolong beri aku kesempatan untuk menikahimu Bee."
"Cukup! Aku sudah menikah. Pergilah dari hadapanku sekarang! Aku tidak ingin melihatmu ada disini Devin!"
"Menikah? Kamu menikah dengan siapa? Kamu bohong kan Bee? Aku tidak akan percaya semua itu!" Devin tidak akan percaya begitu saja. Ia sangat tau kepribadian mantan kekasihnya ini.
"Bukan urusanmu. Pergi!"
"Gak. Aku gak bakalan pergi. Aku gak bakalan percaya kamu sudah menikah juga. Aku sangat tau kamu Bee. Aku akan membuktikan kalo aku tidak bersalah."
"Cukup! Aku bilang cukup jangan berkata lagi!Pergi gak!"
"Bee--"
"Cukup! Tolong jangan ganggu istriku!" Franz dari tadi sudah geram. Terlebih melihat istrinya yang sudah menitikkan air matanya. Ia berusaha menjauhkan Devin dari istrinya.
"Apa!!! Apa kau bilang???" Devin yang mendengar itu lansung tercengang. Ia juga ingin tertawa mendengarnya.
"Apa kau tidak dengar! Berhenti menggangu istriku dan pergi dari sini!"
"Wah! Akting apalagi ini Bee? Haha... Kau berani sekali ya mengakui majikanmu sebagai istrimu. Kau dibayar berapa hah??"
"Pergi sekarang atau aku akan mematahkan tanganmu!" Ujar Franz lebih geram.
"Jaga ucapanmu Franz! Kau pikir jika kau sudah menikah dengan Zenita kau bisa bersikap berkuasa seperti ini hah? Sadarlah! Memang kau ini siapa? Memang majikanmu menyukaimu juga?!"
"Devin! Kau yang jaga ucapanmu! Aku sangat mencintai Franz. Dia sangat baik dan tulus. Tidak sepertimu! Meninggal seseorang hanya karena dia kekurangan!!"
"Sudah aku katakan aku tidak meningalkanmu Bee! Lagi pula mana aku percaya kalo cinta hanya di mulut saja. Buktikan kepadaku kalo kau benar-benar mencintai Franz!" Devin sangat tau Zenita pasti hanya asal bicara di mulut saja demi mengusirnya. Karena setelah sekian lama mereka menjalin hubungan pun secara sehat dan tidak berlebihan. Tidak seperti cium sana-sini tentunya walaupun mereka sangat mencintai.
"Kau mau bukti?"
"Iya. Aku sangat yakin kau tidak akan mampu mebuktikan semua itu kan? Kau hanya berpura-pura mencintai Franz supaya kau bisa mengusir ku pergi!"
"Franz.." Panggilan lembut sang Nona. Zenita benar-benar tidak ingin melihatnya lama-lama disini.
"Iya Nona." Franz sudah menunduk karena Nona mudanya duduk di kursi roda tidak mungkin ia terus berdiri tegak mendapati panggilannya.
"Apa kau mencintaiku?" Tatapan begitu dalam Zenita yang ia tunjukan kepada lelaki brengsek itu.
"Tentu saja Nona. Aku sangat mencintaimu."
Devin terdiam lama. Kemudian ia tertawa mendengar semua itu.
"Haha hal yang aneh! Bahkan kau masih memanggilnya Nona sama seperti majikan dan karyawan bukan? Lalu bagaimana aku bisa percaya kalo kalian sudah menikah?"
Dasar Franz! Bukannya memanggil sayang! Kenapa dia terus memanggilku Nona dihadapan Devin.
"Justru kau salah Devin! Ini adalah panggilan sayangku pada istriku. Aku ingin berbeda dari yang lain. Dia seperti Nona manis yang ada dalam di hidupku. Dia juga seperti Nona kecil yang harus aku manjakan!"
Jawaban Franz yang begitu memukau tanpa sadar membuat Zenita tersenyum. Ternyata Franz handal juga pikirnya.
Seolah-olah pangilan Nona memang begitu melekat di hatinya.
"Ya kan sayang?" Tanya Franz menggoda untuk menciptakan suasana lebih dari apa yang Devin pikirkan.
"Eum. Ini manis sekali. Muach." Satu kecupan manis dibibir Franz dari Zenita dengan penuh senyumannya. Mereka tidak perduli dimana mereka berada sekarang. Walaupun nyatanya mereka menjadi pusat perhatian tanpa sadar.
Astaga Nona mencium ku!
Sementara Devin terdiam. Kali ini ia benar-benar terdiam. Walupun ia masih tidak percaya juga tapi rasanya begitu sakit melihat kecupan manis itu.
"Tidak mungkin! Tidak mungkin kalian jatuh cinta secepat itu. Itu hanya sekedar kecupan!" Devin masih mengelak. Ia tetap tidak percaya dengan semua ini.
"Apa harus aku tunjukkan secara brutal agar membuatmu percaya?? Aku sangat mencintai suamiku Devin!" Berbicara sengit menatap Devin. Ia langsung mengambil pipi Franz dengan kedua tangannya dan mengintimidasinya untuk berciuman bibir.
Astaga Nona apa yang anda lakukan?
Cepat lakukanlah Franz! Kau juga harus terlihat bringas dihadapkan Devin! Kenapa kau hanya menempelkan bibirmu saja. Astaga!
Saking gemesnya Zenita menarik kerah baju Franz dan mencengkramnya geram.
Franz sudah tidak tahu lagi. Ini kemauan Nona mudanya maka akan ia lakukan dengan senang hati.
Aku harap habis ini Anda tidak menimpukku Nona. Ini sungguh kemauan Anda sendiri.
Karena sudah tidak tahan lagi dengan keadaan Devin pun memilih pergi meninggalkan semua itu dengan kesal. Terlihat sekali rasa sakit yang begitu mendalam hingga membuatnya mencengkram tangannya kuat dan berkaca-kaca.
Bisa-bisanya kau berciuman bibir didepanku Bee!
Kenapa kau jahat sekali. Mungkin ini memang salahku. Seharusnya dari rumah sakit aku tidak pulang waktu itu!.
"Kakak!!" Teriakan sesorang yang membuat Franz kaget. Dan tentunya ia sangat tahu suara siapa itu. Sebenarnya ia sudah mematung dari tadi menyaksikan keromantisan itu didepan umum. Sementara Devin sudah hilang entah kemana karena amarah.
"Fara??"
Franz sudah menengok ke arah yang memanggilnya itu dengan tercengang dan Fara pun menghampirinya dengan geram sambil berlari.
"Apa yang kalian lakukan?Kakak berselingkuh??" Fara ngomong njeplak tanpa rem. Ia begitu geram melihat semua itu tadi. Sementara ini ditempat umum sudah pasti membuatnya menggebu-gebu.
"Fa-Fara. Ba-bagaimana kau ada disini?"
"Ini tidak penting Kak. Kau siapa? Kenapa berani mencium tunangan orang? Kakak berselingkuh?!"
Franz sudah membekap mulut Fara dengan tangannya agar ia berhenti mengoceh.
"Nona. Sepertinya aku harus berbicara dengnnya dulu. Suster tolong jaga Nona sebentar."
Franz langsung membawa Fara menjauh dari mereka untuk berbicara.
"Kak. Apa yang kakak lakukan? Bisa-bisanya kakak berselingkuh!"
"Tutup mulutmu. Jangan berbicara sembarangan Fara! Akan kakak jelaskan nanti. Sedang apa kau disini?"
"Aku sedang kunjungan sekaligus pembelajaran sebagai perawat kak. Kak tapi apa yang kakak lakukan? Kakak berselingkuh?" Masih tak habis pikir dengan kakaknya itu.
"Tidak. Kakak tidak berselingkuh! Kakak akan jelaskan semuanya kepadamu nanti. Yang penting kau jangan memberi tahu orang rumah dulu soal ini!"
"Wah wah...Kakak sungguh jahat bahkan menyuruhku untuk tutup mulut!"
"Astaga! Kakak akan menjelaskan semuanya kepadamu nanti. Untuk sekarang kakak tidak bisa. Jadi kakak mohon kau diam dulu untuk semua ini jangan berbicara apapun pada orang rumah."
"Enggak! Kakak berselingkuh akan ku beritahu ibu."
"Bocah ini satu! Ini pegang. Tapi jangan berbicara apapun sebelum kakak menjelaskan semuanya padamu!"
"Ini apa Kak? Kenapa banyak banget?"
"Uang tutup mulut! Kau jangan berbicara apapun sebelum kakak menjelaskan semuanya nanti!"
"Astaga! Kakak menyuap ku??"
"Fara! Jangan membuat kakak marah! Apa kau tidak dengar??"
"Iya iya Kak. Tapi dia siapa?"
"Nona muda."
"Nona muda? Bos kakak?? Astaga! Aku baru inget dia habis kecelakaan itu ya Kak?"
"Sudah diam. Makannya pergi dari sini!"
"Iya baiklah." Fara sambil menghitung uangnya. Baru kali ini juga kakaknya memberinya uang sebanyak itu pikirnya.
"Kak tapi ngomong-ngomong apa ada tuan muda juga disana?"
"Astaga..Apalagi yang kau mau???"
"Haha.. Baiklah aku akan pergi sekarang Kak. Tapi jelaskan kepadaku nanti karena semua ini tidaklah benar!!" Fara pergi sambil memberinya tatapan menohok.
Sekarang aku harus segera menjelaskan semuanya kepada Fara. Sebelum dia membuka mulut dan urusannya jadi panjang.