Maaf, Aku Selingkuh Mas!

"Mas, kamu ngapain disini?"

Tanya Alika, yang walau dia sadar akan keberadaan wanita di samping suaminya itu.

"Menurut kamu?"

Tanya wanita di samping mas Bagas itu dengan angkuh, sambil memeluk lengan mas Bagas dengan manja.

Tanpa menunggu lama, tangan Alika bergetar hebat.

Plakkk

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Kalina. Membuat mas Bagas dan Kalina terkejut setengah mati.

"Alika!" Bentak mas Bagas, tak terima Alika berbuat kasar pada Kalina.

Sedang Kalina meringis kesakitan memegang pipinya yang kemerahan akibat bekas tamparan Alika.

"Sakit sayang," rengek Kalina, meminta pembelaan dari Mas Bagas.

Mas Bagas maju dan ingin melayangkan tamparan pada Alika. Ingin membalas rasa sakit yang dirasakan Kalina, wanita cantik dan seksi itu. Sayang, dengan cepat, tangan Bagas ditangkap oleh Keanu.

"Mulai hari ini, jangan pernah menyentuh Alika. Kamu akan berhadapan dengan aku, jika kamu nggak patuh padaku," tegas Keanu dengan berapi-api.

Bagas tersulut emosi.

"Aku berhak melakukan apa saja padanya!" Jawab Bagas lantang.

"Tidak, mulai hari ini tidak lagi akan seperti itu," ucap Keanu menatap tajam mata Bagas sambil membuang kasar tangan Bagas yang tadi sempat ditangkapnya.

"Wanita licik kamu," umpat Kalina.

"Lihat sayang, wanita yang katanya istri kamu malah berjalan-jalan bersama pria lain kemari, dasar wanita murahan. Pantas saja nggak bisa mendapatkan keturunan. Ternyata kelakuannya lebih parah," olok Kalina yang berhasil membuat Alika emosi.

"Setidaknya aku nggak serendah kamu. Mengambil suami orang, tanpa rasa malu melahirkan anak di luar nikah," sinis Alika.

"Kami berdua udah nikah siri, kok," jawab Kalina dengan suara melengking, tanpa merasa bersalah.

Ucapan Kalina barusan, berhasil membuat lutut Alika lemas. Pengakuan yang sungguh mengejutkan bukan.

"Apa benar yang dikatakan wanita gila ini, mas?" Tanya Alika memastikan dengan suara bergetar.

Mas Bagas mengangguk.

"Aku butuh Kalina, karena aku sangat mencintainya. Dan Kalina juga sudah bisa memberikan keturunan padaku. Nggak seperti kamu, wanita mandul. Nggak berguna sama sekali menjadi istri," ucap mas Bagas, menyinggung harga diri Alika.

Air mata Alika menetes dengan deras. Tanpa berkata-kata lagi dia berlari keluar dari pusat perbelanjaan itu.

Keanu mengejarnya dari belakang. Dan meminta Alika masuk ke dalam mobilnya.

Alika menangis tersedu-sedu. Sedang Keanu hanya bisa mengelus lengan Alika dengan lembut. Berusaha menenangkan dirinya.

Keanu memilih membiarkan Alika menangis, hingga Alika berhenti.

"Kamu baik-baik saja?"

Tanya Keanu lembut, saat tangis Alika mulai mereda.

Alika menggeleng pelan.

"Aku boleh minta sesuatu pada kamu?"

Tanya Alika dengan ragu.

"Tentu, kamu boleh meminta apa pun padaku," jawab Keanu lalu mengusap air mata yang masih lolos mengalir di pipi Alika.

"Bantu aku agar aku bisa bercerai dengannya," pinta Alika lemah dengan keputusasaannya.

Selama ini, itulah yang diinginkan olehnya. Namun mas Bagas terus menolaknya.

Keanu mengangguk merasa permintaan Alika terlalu mudah baginya.

"Perceraian akan terlalu mudah untuknya. Sebelum bercerai, dia harus mendapatkan balasan seratus kali lipat dari kesedihan yang kamu peroleh, baru kita boleh menendangnya keluar," ucap Keanu serius.

Alika mengerutkan dahi, tidak mengerti kemana arah pembicaraan Keanu.

"Aku akan menyusun rencana, untuk menyiksa Bagas. Bahkan jika dia berlutut dan memohon pengampunan, itu saja nggak akan cukup untuk menebus rasa bersalahnya pada kamu."

"Seratus kali dia menyakiti kamu, seribu kali aku akan membuat dia menyesal," lanjutnya lagi.

Alika terdiam, entah apa yang ada di dalam pikirannya.

"Hapus air mata, kamu adalah wanita kuat. Dan berjanjilah padaku cukup hari ini yang terakhir kamu menangisi pria brengsek itu!"

Alika mengangguk, mengiyakan permintaan Keanu. Mobil Keanu berjalan dengan kecepatan sedang. Karena kelelahan, Alika memilih tidur sepanjang perjalanan. Hingga tiba di depan rumah pun, Alika belum terbangun.

Tanpa membangunkannya, Keanu membuka pintu mobil. Dan mengangkat tubuh Alika, digendongnya masuk ke dalam rumah. Bi Sumi yang sedang berada di ruang keluarga, terkejut dengan kedatangan mereka. Keanu memberi kode pada Bi Sumi agar membantunya ke kamar Alika.

Setelah membaringkan Alika dia atas ranjang. Keanu keluar menuju ke kamarnya. Rasanya lelah juga, seharian mengajak Alika untuk berjalan-jalan di pantai. Setelah membersihkan diri Keanu berbaring di atas ranjang. Meski kelelahan, tapi dia merasa belum mengantuk juga.

"Tunggu saja Alika, bersabarlah. Aku pasti akan membantu kamu, keluar dari jerat hubungan gila ini," gumam Keanu dalam hatinya sudah berjanji akan membuat Alika terbebas dari Bagas pria brengsek itu.

Keanu terbangun dan menuju meja kerjanya. Membuka laptop dan berusaha mencari cara untuk menjatuhkan Bagas di kantor. Sementara Bagas sudah memegang 10% saham perusahaan papa Leo..

Setelah berkutat hingga dini hari, Keanu tersenyum puas. Menatap layar laptopnya sepanjang malam ternyata membuahkan hasil.

"Akan ada waktunya untuk kamu, Bagas! Aku akan membuat hidupmu penuh dengan penyesalan!" Gumam Keanu lalu dia memilih tidur kembali, dengan rencana yang sudah disusun rapi oleh benaknya.

Alika membuka matanya perlahan, melihat sekelilingnya yang adalah kamarnya.

Bukankah kemarin seingatnya, dia masih berada di dalam mobil Keanu. Dan tertidur di sana. Bagaimana bisa dia sudah berada di dalam kamarnya.

"Apa Keanu yang menggendong aku, hingga kemari?"

Alika bertanya-tanya dalam hatinya, lalu dengan kaget teringat sesuatu.

Alika melihat ke tubuhnya.

Sedikit lega, ternyata dia masih mengenakan pakaian yang diganti di pusat perbelanjaan kemarin.

Berarti, Keanu tidak melakukan apa-apa pada tubuhnya. Alika tersenyum kecil, entah kenapa saat menyebut nama Keanu dalam hatinya, dia merasa bahagia. Alika lalu memilih turun dari ranjang dan bergegas membersihkan diri.

Saat keluar dari kamar mandi, mata Alika membulat. Jengah melihat sosok yang kini dibenci olehnya. Alika enggan untuk menyapanya bahkan sekedar melihat wajahnya. Dia memilih untuk mengabaikan pria itu.

Setelah merapikan rambutnya Alika berniat keluar dari kamar menuju ke lantai bawah.

Tangan Alika dicekal dengan kasar.

"Lepaskan mas!"

Alika meringis kesakitan.

"Berani sekali kamu yah, seharian penuh keluar bersama pria lain."

"Apa perduli kamu mas?"

Tantang Alika, kini dia lebih berani. Terlebih karena mas Bagas, telah terang-terangan membela wanita itu kemarin, ketimbang dirinya.

"Kamu itu masih istriku, Alika!" Bentak mas Bagas lagi.

"Buat aku, kamu bukan lagi suami aku mas! Status kita di buku nikah memang masih suami dan istri. Namun hati dan perasaan aku, kini telah mati buat kamu!"

Tegas Alika tak ingin terlihat lemah di hadapan mas Bagas yang begitu angkuh.

"Nggak, aku masih butuh kamu! Aku mau kamu temui papa Leo, agar mau menepati janjinya waktu itu untuk menambah saham untuk aku di perusahaan," perintah mas Bagas tanpa beban.

"Aku nggak mau mas!"

Tolak Alika dengan tatapan penuh kebencian.

Mana mungkin Alika ingin melakukannya. Saham mas Bagas yang hanya 10% saja, membuat dia bersikap semena-mena terhadapnya. Jika sampai bulan depan uang bulanan untuknya tidak ada lagi, Alika akan bertindak.

"Kalau begitu, bersiaplah kamu akan menerima akibatnya!" Ancam mas Bagas tak terima ditolak oleh Alika.

"Kamu pikir aku takut mas?"

Alika berbalik menjadi semakin berani menjawab mas Bagas.

Kini mas Bagas telah berubah total, yang dulunya dia penyayang. Sekarang menjadi pria yang sangat kasar dan egois. Dan Alika tidak ingin menuruti permintaannya. Kemudian tanpa bersuara kembali, Alika keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.

Bi Sumi sudah terlihat sibuk di dapur.

"Selamat pagi, non," ucap bi Sumi.

Alika tersenyum ramah pada wanita paruh baya itu. Yang sudah dianggap sebagai ibu sendiri olehnya. Apa lagi setelah kepergian ibuk, Alika benar-benar merindukan sosok ibuknya hadir menemani dirinya. Dan itu dia dapatkan pada sosok bi Sumi.