NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3

Pukul enam sore, kami tiba di rumah Putri. Nada menekan bel rumah dengan harapan Putri akan membuka pintu. Namun, setelah beberapa kali mencoba, tidak ada jawaban yang kami terima.

 

Kami saling bertukar pandangan, merasa cemas dan khawatir. Aku mencoba memanggil-manggil nama Putri, berharap dia akan mendengar dan merespons panggilan kami. Namun, masih tidak ada tanggapan.

“Sepertinya tidak ada orang. Bagaimana sekarang?” Tanya Nada.

“Apa boleh buat. Kita tanyakan saja besok di sekolah” jawabku dengan nada yang sedikit kecewa. Namun, tidak ada yang bisa kami lakukan pada saat ini. Kami harus bersabar dan menunggu sampai besok di sekolah untuk mencoba berbicara dengan Putri.

Pukul sembilan malam, aku sedang berjalan sendirian menuju minimarket untuk membeli beberapa kebutuhan sehari-hari. Langkahku pelan saat aku memasuki toko, memperhatikan barang-barang yang tersusun rapi di atas rak.

 

Tiba-tiba, saat aku mencari shampo yang aku butuhkan, tanganku secara tidak sengaja bersentuhan dengan tangan seseorang yang juga hendak mengambil shampo tersebut. Aku terkejut dan mengangkat kepalaku untuk melihat siapa orang itu.

 

“Ah, maaf... Eh? Arvin?” ucapku dengan terkejut.

 

“Oh? Erina?” balas Arvin dengan ekspresi yang sama terkejutnya.

 

Kami saling menatap, masih terkejut dengan kebetulan ini. Tidak terduga bahwa kami akan bertemu di minimarket pada malam ini. Meskipun kami berada dalam situasi yang rumit karena tersangkut dalam kasus pembunuhan Alex, aku mencoba untuk tetap tenang dan berbicara dengan sopan. Mengingat ini adalah yang kedua kalinya kami berbicara.

 

“Hm? Kamu tahu namaku ya?” tanyaku tanpa berpikir panjang.

 

“Itu karena kamu sangat populer di sekolah. Tapi, aku tidak menyangka kamu ingat namaku,” jawab Arvin dengan sedikit kaget.

 

“Yah, karena kita ini sekelas,” ujarku sambil tersenyum, mencoba meredakan ketegangan.

 

Arvin hanya diam, membuat suasana semakin canggung. Kami memang tidak terlalu akrab dan jarang berinteraksi sebelumnya.

 

“Ini! Kamu menginginkannya kan?” ucap Arvin tiba-tiba, sambil memberikan shampo yang dia pegang kepadaku.

 

“Eh? Tapi...” ucapku, masih terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba.

 

“Inilah yang kamu cari, kan? Tinggal satu lagi, jadi ambillah” 

Aku merasa sedikit bingung, tapi kemudian menerima shampo tersebut dari tangannya. Arvin kemudian pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa.

 

“Te-terima... kasih...” ucapku, masih terkejut dengan tindakan Arvin yang tiba-tiba.

 

Aku merenung sejenak tentang tindakan Arvin yang tidak terduga ini. Rasanya seperti ada kesenjangan antara apa yang dikatakan orang tentangnya dan apa yang aku alami saat ini. Mungkin rumor-rumor yang beredar tidak sepenuhnya mencerminkan sosok sebenarnya dari Arvin.

 

Aku melanjutkan perjalananku di minimarket, masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Aku merasa sedikit bingung dan terkejut, tetapi juga penasaran untuk lebih mengenal Arvin dengan lebih baik. Mungkin ada sisi lain dari dirinya yang belum terungkap.

Keesokan harinya, ketika aku memasuki ruang kelas, aku melihat semua murid sedang heboh. Karena penasaran, aku bertanya kepada Nada yang sudah sampai terlebih dahulu. Nada menjelaskan kalau alasan Putri di interogasi adalah karena pak satpam mengatakan kalau semalam sebelum Alex ditemukan, Alex pergi ke sekolah dengan alasan mengambil barang-barang Putri yang ketinggalan dan Putri menghilang setelah di interogasi kemarin.

Sekolah ini memang memiliki sistem keamanan yang ketat dengan tembok tinggi dan hanya satu gerbang masuk. Seharusnya pak satpam dapat memantau siapa saja yang keluar masuk dari sekolah. Namun, berdasarkan kesaksian pak satpam, hanya Alex yang datang pada saat itu dan dia juga mengatakan bahwa Alex keluar dari sekolah tanpa mengucapkan sepatah katapun. Polisi juga tidak menemukan jejak yang menunjukkan bahwa ada yang memanjat tembok, membuat kasus ini semakin tidak masuk akal.

 

Pukul empat sore, kami berdua berada di sebuah kafe, mencoba mencari jawaban atas kejadian yang semakin membingungkan ini. Dan Nada sepertinya ingin mengatakan sesuatu yang tidak ingin didengar oleh orang lain padaku.

 

“Apa menurutmu pak satpam berbohong?” tanyaku pada Nada, mencoba mencari pendapatnya.

 

“Aku pikir tidak,” jawab Nada dengan tegas. “Polisi telah memeriksa rekaman CCTV, mereka memang menemukan kalau Alex memang keluar masuk malam itu, namun mereka tidak menemukan satupun rekaman yang menunjukkan Putri meninggalkan sekolah kemarin”

“Lalu, bagaimana dengan CCTV yang terpasang di setiap lorong sekolah? Bukankah mereka memasang banyak CCTV?” tanyaku, mencoba mencari jawaban dari Nada.

 

“Itulah yang ingin aku bahas denganmu. Sebenarnya semalam aku meretas CCTV sekolah, dan aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat,” ucap Nada sambil mengeluarkan laptop dari ranselnya dan menunjukkan hasil rekaman CCTV sekolah.

 

Aku memperhatikan dengan seksama. Aku melihat Alex masuk ke dalam kelas, tetapi tidak lama kemudian dia keluar dari kelas dan langsung pergi.

 

“Eh? Ada yang aneh!” ujarku dengan ekspresi terkejut.

 

“Ya, kan. Kenapa Alex yang ingin mengambil barang-barang Putri yang tertinggal malah masuk ke kelas kita? Terlebih lagi, yang paling aneh adalah bagaimana tubuh Alex bisa berada di dalam kelas kita sedangkan rekaman CCTV dan kesaksian pak satpam membuktikan bahwa dia pulang setelah urusannya selesai” jelas Nada dengan raut wajah yang penuh tanda tanya.

 

Aku merasa semakin bingung dan terkejut dengan temuan ini. Hal ini semakin memperumit kasus ini dan menimbulkan lebih banyak pertanyaan.

 

“Lalu, bagaimana dengan rekaman CCTV kemarin? Seharusnya jejak Putri bisa ditemukan dengan CCTV karena kemarin sekolah diliburkan dan hanya ada beberapa siswa yang datang ke sekolah,” tanyaku lagi, mencoba mencari jawaban dari Nada.

 

“Memang benar sih, tapi…” Nada terdiam sejenak, lalu mencari rekaman CCTV kemarin dan kemudian memperlihatkannya padaku.

 

Aku melihat rekaman CCTV yang menunjukkan Putri sedang berjalan sendirian di lorong sekolah. Namun, tepat ketika pukul dua belas siang, seluruh CCTV di sekolah mati selama lima belas menit, kecuali CCTV di gerbang masuk sekolah. Setelah itu, Putri tidak lagi terlihat dalam rekaman CCTV manapun.

 

Aku merasakan kebingungan yang semakin mendalam. Ada sesuatu yang tidak beres dengan rekaman CCTV ini, dan itu semakin menambah misteri dalam kasus ini. Mengapa rekaman CCTV mati selama lima belas  menit? Dan di mana Putri berada setelah itu?

Setelah beberapa menit berpikir, aku menghela nafas. Tidak peduli sekeras apapun aku berpikir, tapi tetap saja jalan buntu, aku tidak dapat menemukan jawabannya.

“Yah, tidak perlu terlalu memikirkannya! Itu hanya membuatmu sakit kepala” ucap Nada.

“Ya kamu benar. Tapi… bisakah kamu berhenti untuk meretas sesuatu seperti CCTV?”

Nada yang mendengar hal itu langsung panik dan hampir tersedak ketika dia sedang menyeruput minumannya.

“O-oh ya, Erina! Jika Putri tidak terlihat keluar sekolah dari CCTV, bukankah itu berarti dia masih berada di sekolah sampai sekarang?” Ujar Nada dengan wajah panik, sangat jelas sekali kalau dia mencoba mengalih pembicaraan.

Tapi, yang di katakan Nada ada benarnya juga. Dia mungkin saja bersembunyi di suatu tempat. Tapi dimana? Jika dia memang masih disekolah, kenapa polisi tidak dapat menemukannya? Aku benar-benar tidak mengerti lagi apa yang sebenarnya telah terjadi.

Pukul enam sore, kami sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Pikiranku masih dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, membuatku merasa sedikit pusing.

 

“Sudah kukatakan, kan? Berhenti memikirkannya, itu hanya akan membuatmu sakit kepala” ujar Nada dengan nada menyindir.

 

“Ma-maaf! Tapi, sebaiknya kamu berhenti meretas! Jika kamu ketahuan memiliki kemampuan yang sangat hebat dalam meretas, maka kamu akan dicurigai karena telah meretas CCTV sekolah saat insiden itu terjadi!” ucapku dengan ekspresi khawatir.

 

“Yah, kamu benar. Aku akan berhati-hati mulai sekarang,” kata Nada dengan ekspresi menyesal. “Tapi, bukankah itu berarti Hammer of Judgment juga bisa meretas? Itu berarti, jika dia ingin melakukan sesuatu lagi, maka dia bisa saja membuat CCTV sekolah hanya merekam bangunan kosong saja, dan melakukan aksinya tanpa khawatir akan ketahuan”

 

“Itu mungkin saja. Tapi, bagaimana caranya dia bisa keluar masuk sekolah tanpa sepengetahuan pak satpam?” Tanyaku, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang semakin rumit ini.

 

Kami berdua merasa semakin terjebak dalam teka-teki yang semakin rumit ini. Kami menyadari bahwa ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab, dan kami harus terus mencari bukti dan informasi yang dapat membantu mengungkap kebenaran di balik semua ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!