NovelToon NovelToon
Tawanan Hati Sang Presdir

Tawanan Hati Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Marthin Liem

Cindy, seorang karyawan yang tiga kali membuat kesalahan fatal di mata Jason, bosnya, sampai ia dipecat secara tidak hormat. Namun, malam itu, nasib buruk menghampiri ketika ia dijebak oleh saudara sepupunya sendiri di sebuah club dan dijual kepada seorang mucikari. Beruntung, Jason muncul tepat waktu untuk menyelamatkan. Namun, itu hanya awal dari petualangan yang lebih menegangkan.
Cindy kini menjadi tawanan pria yang telah membayarnya dengan harga yang sangat tinggi, tanpa ia tahu siapa sosok di balik image seorang pengusaha sukes dan terkenal itu.
Jason memiliki sisi gelap yang membuat semua orang tunduk padanya, siapa ia sebenarnya?
Bagaimana nasib Cindy saat berada di tangan Jason?
penasaran?
ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marthin Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Queen of the streets

🏍️🏍️🏍️

Lengan Jason melingkar di pinggang Cindy secara tiba-tiba tepat di hadapan Jessica.

"Dia mungkin bukan pacarku, tapi dia adalah calon ibu dari anak-anakku," ucapnya mantap, membuat Jessica terbelalak tak percaya dan tak pernah menyangka, karena sejauh yang ia ketahui Jason tak pernah dekat dengan wanita manapun, kini bisa luluh di hadapan gadis biasa seperti Cindy.

Pipi Cindy memerah saat mendengar kata-kata Jason, pikirannya berputar akibat pengakuan yang tak terduga itu.

Meski begitu, ia kembali membayangkan momen ketika pria ini melenyapkan musuh-musuhnya, meninggalkan rasa trauma yang menghantui.

"Selamat." Jessica mengulurkan tangannya kepada Jason dan Cindy, keduanya membalas jabatan tangan dengan canggung, sementara Cindy berusaha memaksakan senyum lebar untuk tidak mengecewakan Jason.

"Terima kasih, Jess." Jason berkata, dan Cindy mengikuti ucapan terima kasihnya.

"Buruan nikah, dan buatkan aku keponakan yang lucu-lucu," goda Jessica, membuat Cindy semakin merona dan menunduk, tersenyum.

"Mau berapa keponakan, ya?" tantang Jason, sesekali melirik Cindy.

"Bikin tim kesebelasan sepak bola," canda Jessica, dan mereka semua tertawa. "Baiklah, bersenang-senanglah, tapi ingat, ini kantor, bukan... " Jessica tidak melanjutkan ucapannya, tetapi tatapannya menyiratkan sesuatu yang dipahami oleh Jason dan Cindy.

"Itu tidak akan terjadi, karena kami akan melakukannya di malam pertama kami, iya kan sayang?" jawab Jason, menatap Cindy yang terdiam karena gugup.

"Y-ya." gadis itu mengangguk cepat.

Jessica melangkah keluar dari ruangan kantor Jason dengan penuh percaya diri, menarik perhatian beberapa mata yang memandangnya.

Selain cantik, ia juga memiliki postur tubuh yang tinggi, sekitar 173 cm, ukuran tinggi yang cukup mengesankan untuk seorang wanita.

Terlebih lagi, ia mengenakan sepatu pembalap yang menambahkan beberapa sentimeter ekstra pada tingginya, memberikan kesan yang lebih menonjol dan menawan.

Rambut panjangnya yang terikat rapat bergoyang-goyang ke sana kemari saat ia melangkah, tanpa ragu ia menyapa siapa pun yang berpapasan.

Langkahnya berhenti saat ia mencapai parkiran khusus sepeda motor. Dengan cekatan, Jessica menggelung rambutnya saat hendak mengenakan helm, lalu naik ke atas motor besar tersebut dan menyalakan mesin.

Suara mesin yang sedikit bising menggema di udara, diikuti oleh asap dari knalpot yang membumbung tinggi.

Wajahnya terlihat serius saat ia bersiap-siap menancap gas meninggalkan area perusahaan, dan tanpa ragu kuda besi itu melesat dengan cepat.

Jessica terus menambah kecepatan bak seorang Ratu Jalanan, dengan gesitnya menyelip di antara kendaraan yang menghadang jalannya.

Seorang pengendara motor lain merasa tertantang saat menyaksikan aksi Jessica dan mengira jika ia adalah seorang pria.

"Kurang ajar! Apa dia pikir ini jalanan miliknya? Aku akan menunjukkan padanya!" gumam pria di balik helm ful face dan motor gedenya tersebut.

Dengan tekad yang bulat, ia bermaksud menyusul laju motor Jessica, membuat wanita itu mengerutkan kening saat motor lain berhasil melaju di depannya.

"Oh, dia ingin menantangku, hm... Dia tidak tahu siapa yang dia hadapi," pikir Jessica, tanpa berniat untuk mundur.

Ia kembali menambah kecepatan dan melakukan manuver begitu gesit, bahkan mampu melakukan aksi free style yang memukau.

Motornya melompat di antara mobil dengan lincah dan mendarat sempurna.

"Wow, dia sungguh luar biasa," puji pria di balik helm dan jaket kulit yang dikenakannya. Namun, tampaknya pria tersebut belum puas dan terus menantang Jessica, terjadilah adegan saling susul di jalanan yang ramai.

Akhirnya, saat motor mereka berbelok ke jalanan yang sunyi, motor pria itu berhasil menghentikan laju motor Jessica dengan menyusul dan berhenti tepat di depannya.

Jessica pun terpaksa mengerem mendadak, tak bisa menghindari situasi yang tercipta.

Wanita itu merasa geram atas tindakan pria tersebut, akan tetapi ia tidak ingin terlibat masalah dengan siapapun.

Dengan gerakan tegas, Jessica membuka helm, membiarkan rambut panjang terkuncirnya bergelombang bebas, dan wajah cantiknya pun terpampang.

Pria di balik helm terpesona saat Jessica menatap tajam penuh ancaman.

"Siapa kamu? Berani-beraninya menantangku," tanya Jessica menunjuk pada pria misterius itu.

Pria itu pun turut membuka helm, membuat Jessica terpaku oleh pesona ketampanannya.

"Tenangkan dirimu, jangan marah dulu. Aku pikir kamu adalah seorang pria," ucap pria tersebut sambil menstandarkan motornya, lalu beranjak untuk meminta maaf langsung kepada Jessica.

Ia terpaku, tak mampu berkedip.

Pria itu memiliki lesung pipit di kedua pipinya saat tersenyum, gigi yang putih dan rata, alis sedikit tebal yang memicing, serta mata kecil yang tajam. Gaya rambut muletnya yang acak-acakan menambah kesan keren.

"Siapa namamu?" pria itu mengulurkan tangan, dan Jessica dengan cepat menerima jabatannya.

"Aku Jessica Liu, dan kamu?"

"Aku Yuji Suzuki," jawab pria tersebut.

"Oh, kamu orang Jepang?" tanya Jessica semakin terkesan.

Yuji mengangguk.

"Ya, benar. Aku di sini bersama keluargaku untuk mengurus bisnis, tetapi aku juga suka balapan. Bagaimana denganmu? Kamu juga pendatang, kan?" tebak Yuji.

Jessica mengangguk.

"Iya, kamu benar. Aku berasal dari Singapura, tapi kadang-kadang aku datang ke sini untuk menemani saudara sepupuku yang menetap di sini karena urusan bisnis," jelas Jessica, hingga mereka pun bertukar pembicaraan dan terlihat sangat asyik karena memiliki hobi yang sama, yakni balapan.

"Jess, bagaimana kalau kita nongkrong di Cafe?" tawar Yuji saat obrolan terus berlangsung. Jessica mengangguk setuju.

"Ya, boleh, sekalian kita ngopi," ajak Jessica.

Keduanya kembali duduk di jok motor masing-masing dan mengenakan helm.

Yuji memimpin di depan, mencari cafe yang nyaman, aman, dan memiliki menu makanan serta minuman yang lezat.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah cafe yang terletak dekat dengan tepi pantai. Setelah memarkir motor, mereka melangkah bersama-sama menuju meja yang kosong. "Kamu mau pesan kopi apa?" tawar Yuji, sementara Jessica menatap menu di sebuah tablet yang disediakan oleh pihak cafe tersebut.

"Aku pilih... espresso double shot," jawab Jessica tegas, memilih minuman yang kuat dan pekat untuk menemani obrolan mereka.

"Wah, selera kita kok sama? Aku juga sering memesan espresso double shot kalau aku dan teman-teman nongkrong," kata Yuji sambil tersenyum, lesung pipitnya semakin menonjol saat ia tersenyum.

Jessica terpana, tidak bisa menahan diri untuk tidak memandang lesung pipit itu. Begitu juga dengan Yuji, yang tampak terpesona dengan mata Jessica yang teduh dan jernih, serta bentuk bibirnya yang tipis dan hidung mancung serta kecil.

"Ah, masa?" Jessica menepis lengan Yuji dengan lembut. Sampai akhirnya mereka memesan kopi dan dessert yang sama, sementara obrolan terus berlanjut.

"Yuji, sudah berapa lama kamu di sini? Bahasa Indonesiamu sangat fasih," tanya Jessica, memandang wajah tampan Yuji lebih dekat.

"Aku sudah 8 tahun di sini, awalnya hanya untuk tinggal sementara, tapi lama-lama aku betah karena orang Indonesia itu ramah dan menyenangkan," ungkap Yuji, membuat Jessica tertawa kecil.

"Ya, memang, oh ya, kamu tinggal dengan siapa?" Jessica semakin penasaran dengan latar belakang hidup pria tersebut.

"Aku tinggal bersama kakak, serta ayah dan ibuku, tapi kakakku yang memiliki kuasa karena dia memiliki koneksi yang besar di negara ini. Kami juga mendirikan sasana bela diri karate, kalau kamu mau, kamu bisa ikut latihan," tawar Yuji, membuat wanita itu terkejut.

"Wow, sama! Saudara sepupuku juga mendirikan sasana bela diri Wing Chun," balas Jessica, sampai pelayan datang untuk mengantar hidangan yang mereka pesan.

"Apa itu?" tanya Yuji yang tak mengerti istilah Wing Chun, membuat Jessica menceritakan lebih lanjut tentang seni bela diri tersebut. Obrolan mereka semakin menarik dan mengalir lancar, seolah mereka sudah lama saling mengenal.

"Wing Chun adalah sebuah seni bela diri yang berasal dari Tiongkok, yang dikenal karena teknik pertahanan diri yang efektif dan efisien," jelas Jessica kepada sahabat barunya tersebut.

Yuji mengangguk paham saat Jessica menjelaskan tentang Wing Chun serta asal-usul keluarganya.

"Oh, jadi kamu dan keluarga besar mu itu aslinya orang China?" tebak Yuji dengan rasa ingin tahu. Jessica mengangguk cepat.

"Ya, tepat sekali, tetapi sebagian besar sudah tinggal di berbagai tempat dan negara, dan ada yang menikah dengan orang lokal Indonesia, serta ada yang menikah dengan orang Eropa," jelas Jessica, memperjelas latar belakang keluarganya. Ia sendiri merupakan campuran dan memiliki darah Prancis dari pihak ibunya.

"Hmm... Begitu." Yuji mengangguk lagi, merenung tentang perbedaan budaya dan latar belakang keluarga mereka.

Sampai akhirnya mereka saling bertukar nomor ponsel, lalu berjalan-jalan di sekitar kawasan pantai hingga sore menjelang. Keduanya terus menikmati pemandangan dan bertukar cerita, semakin mempererat ikatan persahabatan.

...

Ketika Jessica pulang ke mansion, senyumnya terpancar sepanjang langkah, bahkan sampai-sampai Jason heran atas keceriaan adik sepupunya tersebut.

"Kenapa kamu senyum-senyum begitu? Habis kesambet jin?" goda Jason dengan nada santai, mencoba menyelidiki penyebab kebahagiaan gadis tersebut.

Jessica memeluk erat lengan Jason, berdiri di depan Cindy yang baru saja pulang bersamanya. "Aku sangat senang hari ini," ucap Jessica, senyumannya tetap merekah tanpa meredup sedikit pun.

"Menangnya habis ngapain?" Jason tersenyum miring, mencoba menggoda Jessica lebih lanjut.

"Aku baru saja kenalan dengan cowo ganteng banget, kamu aja kalah gantengnya sama dia!" balas Jessica sambil menepuk lembut pundak Jason, menggambarkan betapa kagumnya ia pada orang yang baru dikenalnya.

"Oh ya? Seganteng apa sih?" tanya Jason, mengangkat satu alisnya dengan nada penasaran.

Jessica langsung tersipu, bayangan wajah Yuji muncul dalam benaknya.

"Pokoknya seperti seorang dewa yang diutus dari surga," jawab gadis tersebut sambil berlari kecil menaiki anak tangga satu per satu, tak mampu menyembunyikan rasa malunya.

"Hmm... Rupanya dia mulai tidak waras," bisik Jason, berusaha menahan senyum saat melihat reaksi lucu Jessica.

Cindy, yang menyaksikan interaksi mereka, hanya bisa tersenyum.

...

Bersambung...

1
Bilqies
Hay Thor aku mampir niiih...
mampir juga yaa di karya ku /Smile/
Kim Jong Unch: Makasih ya kak
total 1 replies
Arista Itaacep22
lanjut thor
Kim Jong Unch
Semangat
anita
cindy gadis lugu..percaya aja d kibuli alvian.lugu kyak saya😁😁😁😁
Arista Itaacep22
seru thor cerita ny, tapi sayang baru sedikit sudah habis aja
Kim Jong Unch: Makasih, sudah mampir kak. ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!