Suami Dan Mertua Toxic

"Biar aja bu, bukannya dia juga beli sayur untuk ibu. Dari pada nanti aku di tagih lagi sama kang mamang. Malu aku sama tetangga, pikirnya aku tidak sanggup menafkahi kalian sampai berhutang. Cukup saja Saat Tiara ada disini bikin malu karena berhutang" ujar Danang pergi meninggalkan Miranda sendirian.

"Dasar suami dan mertua menyebalkan. Jadi seperti ini kelakuan mereka selama ini terhadap Tiara? Aku kenapa jadi nyesal ya menikah dengan mas Danang. Benar kata Tiara aku yang mengantikan posisinya sebagai babu...enak aja aku di jadikan pembantu disini lihat saja nanti akan aku balas." Batin Miranda.

Miranda dengan langkah gontai melangkah keluar rumah. Sebenarnya Miranda paling malas pergi ke warung lantaran Miranda tahu pasti akan di hina oleh ibu-ibu komplek apalagi masih pagi. Banyak ibu-ibu pada belanja di warung kang mamang. Tapi apa daya Miranda harus keluar rumah demi menuruti perintah suaminya.

Sepanjang perjalanan Miranda berjalan dengan sempoyongan. Dia tidak sekuat Tiara untuk menerima takdir. Jika Tiara tetap kuat dan tegar menerima perlakuan Danang dan ibu Bianca berbedah dengan Miranda. Bahkan Miranda hampir pingsan. Selain karena demam tinggi, Miranda juga kekurangan asupan makanan karena dari semalam semenjak pulang dari perusahaan Miranda belum makan apa-apa.

"Kang mau beli sayur" ujar Miranda.

Semua ibu-ibu sedang berbelanja di warung kang mamang. Langsung mengalihkan perhatiannya ke arah Miranda.

Mereka yakin Miranda pasti tidak baik-baik saja. Terlihat jelas dari raut wajah dan suaranya yang sangat sayu.

"Kamu kenapa Miranda? Apakah kamu di hajar oleh suami dan mertua karena kamu sudah berhasil menipu mereka?" Tanya bu Naomi.

Bu Naomi adalah salah satu tetangga yang paling tidak suka dengan keluarga Danang. Apalagi dengan hadirnya Miranda yang tidak kalah menyebalkan juga. Miranda dinilai wanita penghancur rumah tanggah Tiara.

"Aku tidak apa-apa bu, jadi tidak perlu julid....." ujar Miranda tidak terimah perkataan bu Naomi.

"He.... aku tidak julid justru aku kasian melihat kondisi kamu. Dasar tidak tahu bersyukur." ujar bu Naomi kesal.

"Miranda kamu itu kenapa wajah kamu sangat pucat loh" kali ini yang tanya Dedy.

Walaupun Dedy tidak menyukai Miranda karena sikap sombongnya. Tapi Dedy sebagai seorang laki-laki yang baik masih ada rasa kepedulian. Apalagi mereka r3kan kerja saat masih kerja di perusahaan Tiara.

"Bukankah pak Dedy sudah tahu apa yang terjadi sama saya semalam di kantor? Jadi untuk apa pak Dedy bertanya lagi apa mau ngejek...saya tahu pak Dedy juga bahagia bukan karena mas Danang di pecat?" ujar Miranda.

"He....perempuan gatal sadar diri sedikit masih untung ada yang mau perhatikan kamu. Itu pantas untuk perempuan penipu dan murahan seperti kamu. Sekarang kamu sudah rasakan bukan bagaimana kamu di perlakukan di keluarga itu. Nah sama seperti yang di rasakan oleh Tiara jadi sekarang kamu menikmati saja." ujar bu Rama.

Miranda menatap para ibu-ibu dengan tatapan sinis....Miranda tidak nyaman setiap kali datang ke tukang sayur....karena di mata semua orang Miranda adalah perempuan tidak benar.

"Memang ya kalian tetangga tidak punya hati nurani...orang kesakitan begini bukannya kasihan justru kalian malah mengejek...dan tolong jangan sebut-sebut Tiara itu disini aku muak." ujar Miranda.

"Halah untuk apa kasihani perempuan tak punya hati nurani seperti kamu. Kalau bukan karena kehadiran kamu di kehidupan rumah tangga Tiara mungkin sampai sekarang dia masih disini. Jadi kamu tidak pantas di kasihani " ujar Anisa tiba-tiba muncul.

Ya Anisa memang sangat membenci Miranda. Karena gara-gara kehadiran Miranda sehingga Tiara pergi.

Karena Miranda tidak tahan dengan hinaan dari para ibu-ibu, sehingga Miranda langsung pergi meninggalkan mereka. Dedy melihat itu hanya geleng kepala.

"Biar tahu rasa tuh bu Bianca dia yang memilih wanita itu menjadi menantunya aku yakin sekarang dia sangat menyesal." ujar bu Sanas.

"Biarlah nanti Tiara kita jodohkan saja sama Dedy sepertinya mereka cocok Tiara baik dan Dedy juga anak yang bertanggung jawab. Bagaimana bu Sanas setujuh tidak" ujar bu Rama.

"Dengan senang hati bu Rama memang itu yang aku inginkan semoga Dedy bisa bersama dengan Tiara. Tapi tidak tahu ya apa Tiara mau atau tidak.

********

"Astaga lama sekali kamu belanja dimana sih, Miranda? Kamu bisa buat aku dan Danang mati kelaparan...hanya beli sayur aja hampir satu jam cepat sana masak" ujar bu Bianca ketika saat melihat Miranda baru pulang belanja.

"Bu...bisa tidak sekali saja jangan brisik! Masih untung aku mau pergi belanja. Kalau ibu mau cepat makan kenapa bukan ibu saja? Ibu juga punya kaki dan tangan kan bisa melakukan sendiri jangan hanya kerjanya perintah saja." pekik Miranda.

Dia sudah merasa tidak sanggup menghadapi sikap bu Bianca yang, semakin hari sikapnya semakin menjadi terhadap dirinya.

"Oh...sekarang kamu sudah mulai melawan ya? Kamu tidak takut aku menyuruh Danang untuk menceraikan kamu dan kembali bersatu dengan Tiara...aku yakin dengan senang hati Tiara akan kembali rujuk dengan Danang." bentak bu Bianca masih berharap Tiara kembali agar hidup mereka tidak menjadi gembel karena Danang nggak punya kerjaan.

Mendengar itu Miranda tersenyum sinis...Miranda yakin seperti apa pun perjuangan bu Bianca dengan Danang untuk merebut kembali hati Tiara, percuma karena Tiara tidak akan kembali dengan laki-laki parasit seperti Danang.

"Harap banget ya bu....apa ibu yakin Tiara masih mau kembali dengan mas Danang? Nggak usa ketinggian halunya bu takutnya kalau jatuh itu sakit" ujar Miranda.

Miranda yang lela dan merasa tubuhnya sakit langsung pergi tanpa memperdulikan apa yang di ucapkan oleh bu Bianca.

Miranda mengakhiri perdebatan hari ini tapi tidak dengan besok. Pasti ada aja masalah yang di lakukan oleh Danang dan ibunya. Jika dia sudah sembuh pasti dia akan melawan kedua manusia dajjal itu pikirnya.

"Kamu tuli apa gimana sih, Miranda? Dari tadi ibu bicara sama kamu. Kenapa kamu diam saja." tanya Danang tiba-tiba muncul.

"Kalau aku meladeni ibumu. Masakan aku tidak akan matang memangnya kamu mau kelaparan" ujar Miranda.

Padahal Miranda saja binggung bagaimana dia masak. Selama ini Miranda tidak perna masak dan ini kali pertama dia masak. Semoga masakannya enak.

"Sial..Bagaimana aku bisa masak sementara aku tidak perna masak." Miranda hanya mencuci bayam tanpa membersihkan kulit bayamnya. Dia potong panjang-panjang dengan semua batangnya itu. Begitu juga tempe Miranda goreng tempe sampai gosong.

"Hummm akhirnya selesai juga tapi kenapa dapur jadi berantakan begini. Aduh malas banget aku bersihkannya biar saja ibu yang bersihkan. Enak aja selesai makan langsung tidur sementara aku yang sakit aja harus mengerjakan semua ini." gumam Miranda

Miranda menghidangkan tempe gorong dan bayam rebus di atas meja. Setelah itu Miranda masuk kamar dan tidur membiarkan dapur seperti kapal pecah.