NovelToon NovelToon
WARS OF SYSTEMS

WARS OF SYSTEMS

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Epik Petualangan
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA

Ketika kampus memasang sistem di tubuh setiap mahasiswanya untuk mengontrol fokus mereka dalam berkuliah dan mencegah adanya gagal lulus. Mahasiswa yang berhasil luput dari pemasangan sistem itu, berjuang untuk melawan sistem yang telah memperbudak dan membunuh perasaan para mahasiswa yang kini bagaikan robot akademik. Apakah para mahasiswa itu berhasil mengalahkan kampus dan sistemnya ? Atau justru kampus akan semakin berkuasa untuk mengontrol para mahasiswa nya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TERSESAT

Berniat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, Ray bangun lebih pagi dan menemukan Jo masih diam, tak mau bicara sepatah katapun. Ekspresinya datar bahkan tak peduli sama sekali. Ray pun yang kesal dengannya, memutuskan untuk melakukan hal serupa.

Jo berangkat lebih dulu, sementara Ray sengaja berangkat lebih lambat agar memberi jeda perjalanan mereka sehingga ia tak harus melihat Jo. Meski berangkat lebih lambat, ia tidak terlambat masuk kelas. Di kelas Hukum Pidana, ia menemukan teman-teman kelasnya pun bersikap sama dengan Jo. Dingin, cuek, tak merespon setiap obrolannya, bahkan apa yang mereka lakukan cuma berkaitan dengan materi. Ray semakin merasa ada yang tidak beres dengan kampus ini.

Siang ini, Ray sudah tak ada kelas lagi. Tapi ia tak mau kembali ke asramanya, malas bertemu Jo. Jadi, ia memutuskan untuk duduk di salah satu bangku di Taman Keadilan, sambil memperhatikan para mahasiswa yang bagai robot, melintas di sekelilingnya. Saat matanya mengamati pergerakan mereka, ia menangkap sesuatu yang berbeda. Seorang gadis yang setidaknya punya ekspresi. Bukan datar dan diam seperti kebanyakan mahasiswa.

Gadis itu terlihat bingung, celingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu. Ia seperti pernah bertemu dengannya. Tapi dimana ya ? Memorinya bekerja untuk mencari rekaman ingatan itu. Dan voila ! Yaps, itu adalah gadis yang pernah ditabrak saat pengenalan fakultas. “ Dia lagi apa, ya ? “ tanyanya pada dirinya sendiri.

Tentu pertanyaan itu tak bisa dijawab olehnya. Ya jelas, karena dia tak tahu. Penasaran, ia pun bangkit, mengambil tasnya, disandang sebelah saja, di sisi kanannya. Di langkahkan kakinya, bergerak menghampiri gadis itu.

Pandangannya tertuju padanya, tapi gadis itu melihat ke arah lain. Ray semakin mendekat, memerhatikan gerak-gerik gadis itu dengan saksama, meski tak mendapat tanggapan dari gadis itu yang cuma melihatnya sekilas. Apa dia sama saja, ya ? Ray berniat untuk mengujinya sekaligus memecahkan rasa penasarannya.

Maka, ia pun menabrakkan tasnya ke gadis itu. Tasnya jatuh, gadis itu melihatnya. Ia berhasil, namun gadis itu ternyata tak bergerak untuk menolongnya. Bahkan mengatakan sesuatu pun tidak. Gadis itu justru menjauh darinya, dan berpura-pura tak melihat. Ray geram, meninggalkan tasnya di tanah, lalu menghampiri gadis itu. “ Sialan kau ! “ teriaknya dengan wajah memerah.

Segala kekesalan yang ia miliki selama ini, ia tumpahkan pada gadis itu dengan sumpah serapah. “ Harusnya aku tahu kau sama saja seperti yang lain.. “ Ia membalikkan badan, mengambil tasnya, lalu meninggalkan gadis itu.

Tapi, gadis itu kemudian memanggilnya, “ Hey.. tunggu.. “ Langkah Ray terhenti. Ia mengatur nafasnya, menunggu gadis itu tampil di hadapannya. Ketika gadis itu ada didepannya, barulah ia bertanya, “ Ada apa ? “

“ Aku bingung samamu. “ Gadis itu menyipitkan matanya. “ Kan, kau yang menabrak, kenapa kau yang marah ? Harusnya kau yang minta maaf. “ Ia melipat tangannya, menaikkan dagu dan memandang Ray dengan angkuh.

“ Masa bodo ! “ Ray tetap berjalan melewatinya. Ia sudah terlanjur kesal dengan gadis itu yang tidak merespon sesuai dugaannya. Pikirnya, gadis itu takkan mengejar ternyata suara gadis itu memanggilnya. Untuk kedua kalinya, Ray berhenti dan berbalik, hampir menabrak gadis itu yang berlari mengejarnya.

“ Apa lagi ? “ tanya Ray dengan nada malas. Ia ingin cepat-cepat pergi dari hadapan gadis itu.

“ Ehm, aku.. “ Gadis itu tampak gugup, lalu mengulurkan tangannya. “ Aku Svetlana. Salam kenal. “ Melihat itu, jelas Ray terkejut bukan main. Ada apa dengan dunia ini ? Setelah gadis ini membuat kesal, tiba-tiba mengajak kenalan. Aish, kegilaan dunia mana lagi ini ?

“ Aku Ray. “ Ray membalas jabat tangan itu, dan dalam hatinya, ia berdebar kencang. Tangan Svetlana terasa halus, hangat, dan lembut. Ia bisa betah lama-lama berjabat tangan dengannya. Tapi, sayangnya ia harus menjaga gengsi dengan gadis satu ini. Dan juga waspada karena gadis ini adalah seseorang yang baru ia kenal. “ Kenapa kau tiba-tiba mengajakku berkenalan ? “

“ Lebih baik, kita bicarakan itu sambil duduk. “ Ray menyetujui usul Svetlana itu. Keduanya pun duduk di salah satu bangku yang dekat pohon beringin. Suasana yang sejuk dan menyegarkan di taman. Harus diakui bahwa Taman Keadilan di Fakultas Hukum adalah hal paling menyenangkan yang dirasakan Ray sebagai mahasiswa jurusan Hukum.

“ Taman yang bagus. “ Svetlana memandang sekeliling. “ Aku iri pada kalian, mahasiswa Hukum. “ Sekarang Ray mulai paham kenapa Svetlana ini seperti orang kebingungan. Pantas saja karena dia bukan mahasiswa Hukum. “ Memangnya kau dari jurusan apa ? “ tanyanya sekadar penasaran saja.

“ Kartografi, “ jawab Svetlana. “ Gedungnya di sebelah sana. “ Ia menunjuk ke wilayah di luar kampus, dekat dengan Fakultas Teknik yang masih terlihat dari Taman Keadilan. Saat melihat Fakultas Teknik, ia terbayang kembali akan Jo. Akh, Jo sudah mati ! teriak hatinya yang berusaha melupakan sosok Jo.

“ Ooh.. “ Ray mengangguk-angguk saja. Terlihat bahwa ia kesulitan untuk melanjutkan topik, tapi kemudian Svetlana memberitahu sesuatu. “ Aku dulu ingin masuk ke Hukum. “

Ray tak terkejut. Hukum adalah jurusan paling favorit setelah Kedokteran. Penuh gengsi dan peluang kerja, pantaslah bila Hukum diminati banyak orang, termasuk Svetlana.

“ Kenapa mau masuk Hukum ? Padahal, sama saja dengan jurusan lain. Biasa saja, “ jelas Ray yang berusaha tidak mengistimewakan jurusannya. Lagipula ia tak merasa bangga dengan jurusannya saat ini, apalagi dibalik itu ia mendapatkannya dengan perbuatan kotor ayahnya.

“ Ucap seseorang yang masuk Hukum.. “ Svetlana melengos. “ Kalau kau jadi aku, kau akan merasakan. Menginginkan sesuatu tapi tak mendapatkannya. “ Suaranya terdengar lesu, membuat Ray jadi merasa bersalah.

“ Maaf, aku tak bermaksud. “ Jelas ia bermaksud, tapi tak mungkin ia beberkan segala boroknya. “ Lalu, apa alasanmu ingin jurusan Hukum ? “

“ Kakakku, “ jawab Svetlana yang pelan-pelan dimengerti oleh Ray. “ Kakakku adalah alasanku ingin sekali masuk ke jurusan Hukum. “

“ Oh, berarti kakakmu sekarang adalah mahasiswa Hukum, ya ? Semester berapa ? “ tanya Ray yang tertarik untuk mendengar cerita Svetlana. Ya, setidaknya ini lebih baik daripada kembali ke asrama dan melihat Jo yang masih dalam mode robot.

“ Iya. “ Svetlana mengangguk. “ Dia masuk dua tahun lalu. Namanya Baron. Kau kenal dia ? “ Matanya penuh harap, sementara Ray terkekeh dalam hatinya. Dia saja baru jadi mahasiswa Hukum dua hari, teman-temannya yang tak bisa diajak berkenalan, bagaimana bisa kenal mahasiswa lain, apalagi untuk bisa kenal dengan mahasiswa yang dua angkatan diatasnya ?

Ray menggeleng. “ Aku tidak kenal. Baron siapa nama lengkapnya ? “ tanyanya sekadar basa-basi. Siapa tahu saja dia bisa mendengar namanya saat absen, atau membaca namanya dimana saja. Yang penting asal Baron adalah mahasiswa jurusan Hukum, dia punya peluang untuk bertemu.

“ Baron Rembrandt. “ Saat Svetlana memberitahu nama lengkap kakaknya itu, Ray merasa takjub. Nama yang bagus, tak seperti namanya. Yah, mungkin ayahnya saja yang payah membuat nama atau tak mau ambil pusing membuatkan nama untuknya. “ Nggak adik, nggak kakak, nama kalian bagus-bagus, “ puji Ray yang membuat Svetlana tersipu malu.

“ Ibuku yang memberi nama itu. Dia seorang sastrawan, juga menulis lirik lagu untuk beberapa penyanyi. “ Ray semakin berdecak kagum mendengarnya. Apalagi ia tak punya ibu sejak lahir. Betapa beruntungnya Svetlana, batin Ray. “ Tapi, sayangnya, sekarang ibu sekarat. Sejak kakakku masuk ke kampus ini, tak ada komunikasi lagi darinya. Dan ibuku ingin mendengar kabar kakakku sebelum dia tiada. Maka dari itu, aku kemari. “

Ekspresi Ray yang semula terkesima, berubah menjadi prihatin. Cerita indah yang dirangkai Svetlana tadi kini terdengar sedih. Tak terbayang bagaimana sedihnya ibu Svetlana dan kini tengah sekarat. “ Maaf, aku tidak tahu akan hal itu. “

“ Tak apa. “ Svetlana berusaha tegar. “ Aku pun tak bisa menghubungi ibuku selama disini. Katanya nomor tak dapat dijangkau. Padahal sebelum kuliah disini, aku bisa menghubungi siapa saja dengan jarak sejauh apapun. “

Ray mengerutkan kening. Ternyata ada hal aneh lagi di kampus ini. Tapi, ia pun belum pernah menghubungi siapa-siapa selama dirinya berada di kampus. Apalagi ayahnya, ia tak pernah sekalipun meneleponnya. “ Kau mau coba ? Berapa nomormu ? “

“ Heh ? “ Svetlana termangu, menatapnya curiga. “ Modus ! “ Wajahnya kesal, namun justru di mata Ray, dia tampak memesona saat seperti itu. Ingin tertawa rasanya, tapi Ray juga harus membela dirinya.

“ Aku kan cuma mau memastikan, “ jawab Ray dengan sedikit terbata-bata. Svetlana menyipitkan matanya lalu berkata dengan pelan, “ Okey.. aku percaya padamu.. “ Ray merasa lega, kemudian Svetlana meminta handphone Ray agar dirinya mengetikkan nomor teleponnya disana. Setelah nomor Svetlana disimpan, Ray langsung melakukan panggilan telepon kepadanya.

Handphone Svetlana langsung berdering. Svetlana terkejut, tak mengira kalau ternyata panggilan telepon itu berhasil. Ia mengambil handphonenya, dan benar saja kalau itu nomor Ray. Sontak, Ray berseru, “ Kau yang modus padaku, ya ! “

Posisi Svetlana terjepit sekarang. Ia cepat-cepat menggeleng. “ Enggak, ya. Ini beneran. Aku sama sekali tidak bisa menghubungi ibuku. “ Ia kemudian membuka nomor ibunya, dan berkata, “ Kalau kau tidak percaya, coba kau hubungi ibumu. Dan aku akan menghubungi ibuku. “

Mendengar itu, Ray langsung cemberut. “ Ibuku tidak akan membalas panggilanku sekalipun aku meneleponnya seratus kali. Dia ada di alam lain. “ Svetlana spontan menutup mulutnya, merasa bersalah dengan ucapannya itu.

“ Maaf, aku tidak tahu, “ katanya lirih, tapi Ray menenangkannya. “ Bukan apa-apa. It’s okay. “ Svetlana kemudian kembali bertanya, “ Kalau ayahmu ? Kau masih memilikinya ? “

Ray menarik nafas panjang. Dibilang memiliki, ya memiliki. Tapi, kok rasanya ia tak pernah merasakan itu. “ Yeah. Aku punya. Meski, entahlah.. “

“ Entahlah apa ? “ Svetlana merasa cemas mendengarnya. Apakah ada kisah sedih dibalik ayahnya juga ? Ia bertanya-tanya dalam benaknya. Tapi, kemudian Ray berkata,

“ Tak apa. Sudah lupakan saja, mari kita telpon saja mereka. “ Svetlana mengangguk. Ia juga tak mau membahas hal-hal yang kelam ini lebih lama. Lagipula topik pertamanya kan tentang telepon. Kenapa bisa ke pembahasan yang menyedihkan ini ?

Kedua handphone mereka menunjukkan tanda memanggil, lama sekali sampai akhirnya ada suara operator telepon yang mengatakan bahwa panggilan berada di luar jangkauan sehingga tidak bisa melakukan panggilan. Barulah dengan ini, Ray percaya sepenuhnya pada Svetlana. “ Ternyata benar. Kenapa ya tidak bisa menelepon ? “

Svetlana mengangkat bahu. “ Aku tak tahu. “ Ia bangkit dari duduknya. “ Aku ada kelas setelah ini. Terimakasih untuk hari ini, Ray. “ Senyumnya mengembang. Manis sekali hingga Ray lama terdiam, tak bisa berkata-kata.

“ Ya.. terimakasih juga.. “ Matanya masih terpaku pada Svetlana yang berdiri di hadapannya. Ia benar-benar seperti penambang yang terperangah melihat tambang penuh emas berkilau. Terkesima hingga langit ketujuh.

“ Kau adalah mahasiswa terlama yang berbicara denganku selama di kampus ini, Ray. Senang bertemu denganmu. “ Svetlana berjalan mundur, melambaikan tangannya pada Ray, yang masih tetap menatapnya meski mereka telah jauh.

~~

1
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz: semangat juga kak
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
Weh jangan 😫
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz
tapi dia pun tak bisa keluar begitu saja karena situasinya
Acelinz
Memang pada dasarnya itu adalah sifat aslinya
Acelinz
Seperti itulah manusia, mudah tergiur akan sesuatu yang menarik tapi sebenarnya tidak jelas.
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
hah tak guna egois 😒
piyo lika pelicia
sebenar nya guru ini manfaatin mereka gak sih kok di fikir fikir gitu 🤔
Acelinz: benar, meski sebenarnya ada simpati dan harapan dari dosen tersebut kepada para mahasiswa nya
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
ya gak usah kuliah kalau mau bebas diam aja di hutan
piyo lika pelicia
murit yang nakal
piyo lika pelicia
semangat adik ☺️
piyo lika pelicia
bukan kekanakan marah lah di tinggal gitu aja bahkan apa yang dia bilang enggak di dengerin.😒
Acelinz: lebih kepada kecewa, hanya saja dia juga butuh
total 1 replies
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!